Mohon tunggu...
Abdul Rosyid
Abdul Rosyid Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penerjemah, Editor

Pernah bekerja di lembaga pendidikan, penerbit, percetakan, maskapai pelayaran, maskapai penerbangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngaji Yuk: Obrolan Ringan Pak Dul (2)

17 Oktober 2021   23:45 Diperbarui: 18 Oktober 2021   00:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti biasa, hari Sabtu sore dimanfaatkan oleh Pak Dul untuk baca-baca buku di teras rumahnya. Buku apa saja. Buku umum maupun agama. Dari yang ringan hingga yang agak berat. Tapi kali ini yang ada di tangannya adalah buku Fadhailul Qur'an atau dalam bahasa Indonesianya keutamaan Al-Qur'an.

Tengah asyik-asyiknya membaca, terdengar suara orang memberi salam.

            "Assalamu alaikum Pak Dul."

            "Wa alaikumussalam wa rahmatullah," jawab Pak Dul. Ternyata Pak Slamet yang datang.

            "Oh Pak Slamet. Silakan masuk Pak. Pagar tidak dikunci kok," sambungnya sambil meletakkan buku yang dibacanya, bersiap menyambut tamunya.

            "Setiap saya lewat sini, selalu melihat Pak Dul sedang asyik membaca," kata Pak Slamet membuka pembicaraan.

            "Yaah, membaca kan bagian dari kehidupan kita. Juga bagian dari ajaran agama kita. Betul, kan?"

            "Betul, betul, Pak Dul. Tapi jangan kebanyakan membaca Pak, nanti banyak lupanya, lho," selorohnya.

            "Ha ha ha, Pak Slamet ini seperti anak muda sekarang. Mereka sering bilang seperti itu. Banyak baca banyak lupa. Ada benarnya, sih, karena memang kemampuan otak kita ada batasnya. Tapi kalau kita tidak baca, ya tidak tahu apa-apa. Nah kalau bagi saya, banyak baca banyak tahu," jelas Pak Dul.

            "Oh, ya, silakan duduk Pak Slamet. Lebih enak ngobrolnya sambil duduk. Bu, ini ada Pak Slamet," kata dia kepada yang ada di dalam rumah. Kalimat terakhir itu merupakan kode agar Bu Dul menyiapkan minuman dan makanan ringan buat tamu.

            "Betul Pak Dul, kata orang buku itu gudangnya ilmu. Ada juga yang bilang buku itu jendela dunia. Melalui buku kita bisa tahu banyak tentang apa yang ada dan apa yang terjadi di dunia ini," timpal Pak Slamet.

            "Omong-omong, buku apa lagi nih yang Pak Dul baca?" lanjut Pak Slamet.

            "Ini buku tentang keutamaan Al-Qur'an. Banyak hadis berderajat sahih dan hasan yang  menjelaskan keutamaan Al-Qur'an, masing-masing surat, dan beberapa ayat tertentu. Termasuk keutamaan membaca dan menghafalnya," papar Pak Dul.

            "Sepertinya bagus sekali isinya. Bisa nambah semangat untuk mengaji nih."

            "Tepat sekali Pak Slamet," jawab Pak Dul mengiyakan dengan antusias. "Nanti Bapak saya beri satu. Kebetulan saya punya dua."

            "Waah, terima kasih banget hadiahnya, Pak." Wajah Pak Slamet bertambah sumringah.

            "Oh ya, Pak Slamet. Bagaimana ngajinya di Pak Kyai? Masih lanjut, kan?"

            "Masih, masih. Gak boleh berhenti dong."

            Ya, semenjak belajar ngaji ke rumah Pak Kyai, semangat Pak Slamet untuk mendalami Al-Qur'an semakin tinggi.

            "Terus apa lagi isi buku itu, Pak?"

            "Intinya, jangan sampai kita tidak pernah ngaji. Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak pernah membaca Al-Qur'an bagaikan rumah yang rusak dan tidak berpenghuni.'1 Menyeramkan, kan?"

            "Betul juga, ya."

            "Maka dari itu," lanjut Pak Dul, "sebisa mungkin kita rutin tiap hari membaca Al-Qur'an."

            "Apa membacanya harus satu surat secara utuh, Pak?" tanya Pak Slamet berharap mendapatkan keterangan lebih banyak.

            "Kalau mampu, silakan. Tapi kalau tidak, beberapa ayat saja juga bagus. Bisa setengah jam, silakan. Bisanya cuma sepuluh menit juga tidak apa-apa. Semakin banyak yang dibaca, semakin banyak ganjarannya. Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an, maka dengan bacaannya itu dia berhak mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alim lam mim itu satu huruf. Akan tetapi alif atu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.'2 Begitu Pak Slamet penjelasannya."

            "Bisa baca Al-Qur'an saja sudah syukur, hati jadi tenang. Apalagi diberi pahala yang berlipat ganda seperti itu," ungkap Pak Slamet penuh takjub.

            "Ya, tapi sebaiknya soal pahala serahkan saja kepada Allah. Yang penting kita menunaikan perintah-Nya," kata Pak Dul mengingatkan agar tidak usah menghitung-hitung ganjaran yang bakal diterima.

            Di sela-sela percakapan yang sudah semakin mendalam itu, muncul Bu Dul membawakan dua cangkir teh panas dan sepiring kecil camilan.

            "Monggo, silakan diminum tehnya," kata Bu Dul mempersilakan, lalu kembali masuk ke dalam rumah.

            "Ayo Pak Slamet, mumpung masih hangat." Pak Dul menimpali sambil memberi isyarat untuk minum.

            "Wah, jadi merepotkan saja nih saya. Terima kasih banyak."

            "Gak apa-apa Pak. Ala kadarnya," jawab Pak Dul.

            Pertemuan Sabtu sore itu penuh makna. Meskipun mereka jarang bertemu karena kesibukan kerja masing-masing, tetapi setiap bertemu banyak pelajaran yang bisa mereka ambil dari obrolan santai mereka. Sebelum berpisah sore itu, Pak Dul memberikan satu eksemplar buku Fadhailul Qur'an kepada Pak Slamet sebagaimana dia janjikan.

[aros.cikarang.17.11.2021]

Catatan:

1 Hadis hasan riwayat Tirmizi, Ahmad, dan Thabrani

2 Hadis sahih riwayat Tirmizi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun