Akhir tahun telah tiba, membawa serta momen liburan panjang yang dinanti banyak orang. Suasana ini menjadi kesempatan emas untuk berkumpul bersama keluarga, saling berkunjung, dan menikmati waktu luang di tempat-tempat wisata. Namun, di tengah euforia liburan, sebagai seorang muslim, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri: Apakah liburan ini hanya menjadi ajang bersenang-senang semata, ataukah kita bisa meraih kebahagiaan dunia sekaligus akhirat?
1. Liburan: Waktu yang Berharga
Rasulullah SAW bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Dua nikmat yang sering dilalaikan oleh banyak manusia adalah kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)
Waktu liburan adalah bagian dari nikmat yang Allah berikan. Ini adalah kesempatan untuk merengkuh kembali hubungan dengan keluarga, mempererat silaturahmi, dan memberikan hak tubuh untuk beristirahat. Namun, jangan sampai liburan menjadi waktu yang terbuang sia-sia tanpa keberkahan.
2. Rasulullah SAW dan Waktu Luang Bersama Keluarga
Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sibuk dalam urusan dakwah dan kepemimpinan umat. Namun, beliau selalu meluangkan waktu untuk keluarga, bahkan mengisinya dengan kebersamaan yang penuh makna. Dalam satu riwayat, Aisyah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah mengajaknya berlomba lari sebagai bentuk rekreasi dan kebahagiaan keluarga.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَابَقْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَبَقْتُهُ فَلَمَّا حَمَلْتُ اللَّحْمَ سَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي فَقَالَ هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ
"Aku pernah berlomba lari dengan Rasulullah SAW dan aku menang. Namun, ketika aku sudah agak gemuk, kami berlomba lagi dan beliau menang. Lalu beliau berkata, 'Ini sebagai balasan untuk kemenangan yang dulu.’ (HR. Abu Dawud)
Kisah ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya fokus pada urusan dakwah dan ibadah, tetapi juga memberikan hak kepada keluarganya untuk merasakan kebahagiaan. Rasulullah menjadikan waktu luang sebagai sarana untuk mempererat hubungan dengan keluarga dengan cara yang sederhana namun penuh kasih sayang.
3. Menjaga Adab dan Syariat di Tempat Wisata
Berlibur ke tempat wisata tentu boleh, asalkan tetap menjaga koridor syariat:
* Pilih tempat yang tidak melalaikan ibadah.
* Jika bepergian, pastikan tidak meninggalkan shalat lima waktu.
* Sediakan waktu dan tempat untuk shalat. Pakaian tetap menutup aurat.
* Liburan bukan alasan untuk mengabaikan aturan berpakaian dalam Islam.
* Di manapun berada, kita adalah seorang muslim.
* Hindari ikhtilat (campur baur tanpa batas).
* Pilih tempat yang nyaman dan terjaga suasananya agar tetap bisa menikmati liburan dengan aman dan tenteram.
4. Silaturahmi, Liburan yang Paling Berkah
Liburan tak selalu harus ke tempat mahal.
Kadang, kunjungan ke rumah orang tua, saudara, atau teman lama jauh lebih bermakna. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Menyambung silaturahmi tak hanya mendatangkan kebahagiaan, tetapi juga membuka pintu rezeki dan keberkahan umur.
5. Berlibur dengan Niat yang Lurus
Liburan yang dimulai dengan niat ibadah akan berbuah pahala. Niatkan liburan sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah, sarana membahagiakan keluarga, dan rehat sejenak untuk kembali semangat beribadah.
6. Ajak Keluarga pada Kegiatan Bermanfaat
Selain berwisata, liburan bisa diisi dengan kegiatan spiritual seperti:
* Menghadiri majelis ilmu
*Mengunjungi masjid atau tempat bersejarah Islam
* Membaca buku-buku inspiratif dan islami bersama keluarga
Pelajaran dari Kisah Rasulullah SAW
Kisah Rasulullah yang menghabiskan waktu luang bersama Aisyah RA mengajarkan kita bahwa:
Liburan bersama keluarga adalah bentuk kasih sayang dan perhatian. Kebahagiaan keluarga bisa diwujudkan dengan cara sederhana namun bermakna. Islam mendorong keseimbangan antara ibadah, dakwah, dan rekreasi.
Liburan bukan hanya tentang perjalanan jauh, tetapi tentang bagaimana kita mengisi waktu luang dengan hal yang membawa kebahagiaan dan mendatangkan ridha Allah.
Kesimpulan
Liburan adalah anugerah, tetapi tetap harus dalam bingkai ketaatan. Mari jadikan momen liburan ini sebagai kesempatan menebar kebaikan, mempererat silaturahmi, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan begitu, liburan tak hanya membawa kebahagiaan sesaat, tapi juga menjadi bekal menuju kebahagiaan yang abadi.
Selamat menikmati liburan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah di setiap langkah kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H