Mohon tunggu...
Abdul Munawar
Abdul Munawar Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Motivator, Enterpreneur, Konten Kreator, Penulis

email : abdulmunawar950gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secangkir Kopi, Apakah Rasa Malu & Tawadlu Masih Relevan di Zaman Serba Digital?

25 September 2024   09:45 Diperbarui: 25 September 2024   10:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Agar Rasa Malu Tetap Dipertahankan?

1. Kembali kepada Nilai-Nilai Agama  

   Solusi utama adalah dengan menanamkan kembali nilai-nilai agama dalam diri kita. Agama mengajarkan bahwa rasa malu adalah kekuatan, bukan kelemahan. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda:

   اَلْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ  

 "Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan." (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Membangun Kesadaran Diri

   Media sosial bisa menjadi sarana untuk berkreativitas, namun harus disadari bahwa tidak semua perhatian itu baik. Jangan sampai rasa malu kita terkikis hanya demi validasi sosial dalam bentuk likes atau followers.

3. Pendidikan Etika Digital

   Era digital memerlukan edukasi tentang bagaimana seharusnya kita bersikap di dunia maya. Konten yang dibagikan harus tetap berlandaskan norma agama dan sosial.

4. Meneladani Akhlak Rasulullah 

   Mengikuti contoh Rasulullah dalam menjaga rasa malu dan tawadhu‘ adalah langkah terbaik. Sebagaimana beliau telah menunjukkan bahwa rasa malu bukanlah sekadar sifat individu, tetapi pilar penting yang menjaga kehormatan dan keimanan seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun