Dalam salah satu rangkaian Maulid Al-Barzanji, disebutkan tentang sifat Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam yang sangat pemalu dan tawadhu‘ (rendah hati):
وَكَانَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَدِيْدَ الْحَيَاءِ وَالتَّوَاضُعِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ، وَيَرْقَعُ ثَوْبَهُ، وَيَحْلِبُ شَاتَهُ، وَيَسِيْرُ فِيْ خِدْمَةِ أَهْلِهِ بِسِيْرَةٍ سَرِيَّةٍ
“Beliau Sholallahu 'alaihi wasallam adalah seorang yang sangat pemalu dan tawadhu‘, mau memperbaiki terompahnya sendiri, menambal pakaiannya sendiri, memerah kambingnya, dan membantu keperluan dalam rumah tangganya.”
Akhlak yang luar biasa ini menunjukkan betapa tingginya sifat malu dan tawadhu‘nya Rasulullah yang harus menjadi contoh bagi umatnya.
Namun, jika kita melihat fenomena di era digital saat ini, rasa malu seolah-olah telah memudar. Media sosial seperti TikTok dan Instagram sering kali dijadikan tempat pelarian, seolah-olah medsos menjadi solusi tepat untuk menampilkan sosok individu yang secara bebas mempertontonkan tentang dirinya, keluarganya, berpose mengumbar aurat seperti jadi tradisi, tanpa memikirkan norma atau etika. Banyak yang merasa bangga dan percaya diri memperlihatkan diri mereka pamer kepada dunia, tanpa merasa malu sedikit pun. Padahal, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wasallam:
اَلْحَيَاءُ مِنَ الإِيْمَانِ
"Rasa malu adalah bagian dari iman"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Akhlak Rasulullah: Keteladanan dalam Rasa Malu dan Tawadlu‘
Sejatinya, rasa malu yang benar adalah malu ketika melakukan keburukan, bukan malu untuk berbuat kebaikan. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam, dengan segala kemuliaan dan kedudukannya, selalu menunjukkan sifat pemalu dan tawadhu‘ yang harus ditiru. Berikut adalah contoh-contoh yang menunjukkan betapa luar biasanya sifat ini dalam kehidupan Rasulullah:
1. Malu Melebihi Gadis Pingitan