Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa Qolbun Maridl adalah hati yang masih memiliki cahaya iman, namun bercampur dengan penyakit-penyakit hati seperti cinta dunia dan hawa nafsu. Orang dengan hati yang berpenyakit sering terombang-ambing antara kebenaran dan kesalahan. Mereka mungkin berusaha untuk berbuat baik, namun tetap tergoda oleh dosa dan kemaksiatan.
Beliau mengungkapkan;
وَأَمَّا الْقَلْبُ الْمَرِيضُ فَهُوَ الَّذِي تَكُونُ فِيهِ مَحَبَّةُ اللَّهِ، وَلَكِنَّهُ مَمْزُوجٌ بِمَحَبَّةِ الدُّنْيَا وَالشَّهَوَاتِ، فَيَكُونُ بَيْنَ حَالَتَيْنِ: مَرَّةً يُقْبِلُ عَلَى الطَّاعَةِ وَمَرَّةً يَقَعُ فِي الذُّنُوبِ
"Adapun hati yang sakit (Qolbun Maridl) adalah hati yang memiliki kecintaan kepada Allah, tetapi tercampur dengan kecintaan kepada dunia dan hawa nafsu. Hati ini berada di antara dua kondisi: terkadang condong kepada ketaatan, terkadang jatuh ke dalam dosa."
Hati yang sakit masih dapat disembuhkan melalui ibadah, dzikir, dan taubat. Jika terus dibiarkan, hati yang sakit ini bisa berubah menjadi hati yang mati.
3. Qolbun Mayit: Hati yang Mati
Qolbun Mayit, menurut Imam Al-Ghazali, adalah hati yang telah mati dan tidak lagi mampu menerima petunjuk. Hati ini tidak merasa bersalah saat melakukan dosa, tidak merasa takut kepada Allah, dan sepenuhnya terperangkap dalam hawa nafsu. Orang dengan hati yang mati terputus dari cahaya Allah, tidak lagi memiliki kesadaran rohani, dan sangat jauh dari kebenaran.
Imam Al-Ghazali mengungkapkan;
فَأَمَّا الْقَلْبُ الْمَيِّتُ فَهُوَ الَّذِي لَا يُحِبُّ اللّهَ وَلَا يَتَّبِعُ أَمْرَهُ، وَلَا يَشْعُرُ بِالذُّنُوبِ وَالْمَعَاصِي، بَلْ يَكُونُ غَافِلًا عَنْ رَبِّهِ وَيَتَّبِعُ شَهَوَاتِهِ
"Adapun hati yang mati (Qolbun Mayit) adalah hati yang tidak mencintai Allah dan tidak mengikuti perintah-Nya. Hati ini tidak merasakan dosa dan maksiat, bahkan lalai dari Rabb-nya dan hanya mengikuti hawa nafsunya."
Hati yang mati menutup semua jalan menuju keselamatan, dan jika tanpa ada perubahan besar yang mendalam melalui taubatan nasuha, orang yang memiliki hati seperti ini tidak akan kembali kepada Allah kecuali melalui hidayah-Nya yang luar biasa.