Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jokowi Style dan Politik Jalan Tengah Prabowo

31 Juli 2023   20:15 Diperbarui: 8 Agustus 2023   06:56 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo dan Prabowo Subianto. (Dok Sekretariat Presiden via Kompas.com)

Jalan Tengah Prabowo

Prabowo makin cerdas dan realistis. Ini kesan umum yang dapat dibaca dalam menghadapi pilpres 2024. Secara personal, tampilan Prabowo makin rileks dan tidak menggebu-gebu sebagaimana jelang Pilpres 2019 lalu. Posisinya sebagai Menhan Jokowi menambah daya tarik dan daya dongkrak tersendiri dengan sejumlah capaiannya. 

Dukungan anggaran Presdien Jokowi terhadap alusista pertahanan Indonesia adalah bukti bahwa keberadaan Prabowo sebagai Menhan cukup diperhitungkan. Selebrasi kunjungan Jokowi bersama Ibu Negara di PT Pindad Malang-Jawa Timur bersama Menag BUMN Eric Thohir menambah cerita positif terhadap Prabowo. 

Seluruh kisah kebersamaan Jokowi dan Prabowo dan seluruh tampilan personal Prabowo dalam banyak event dan acara diduga bahwa Prabowo sedang menikmati jalan tengah antara bacapres Ganjar Pranowo (yang terkesan "kiri")dan Anies Baswedan (yang terkesan "kanan") dengan sejumlah dukungan simbolik Presiden Jokowi. 

Selain itu, drama-drama politik---jika itu mau disebut sebagai drama---atas manuver aktivis sekelas Budiman Sudjatmiko menambah energi bahwa peluang Prabowo untuk memenangkan kompetisi capres makin terbuka. 

Hanya saja, beberapa tantangan bebrapa bulan ke depan masih terlihat diantaranya, pertama, bagaimana kepastian hubungan dengan PKB dan Ketumnya, Muhaimin Iskandar? Ini memang dilematis. 

Prabowo membutuhkan kekuatan tengah yang selama ini eksis dalam politik Indonesia yaitu, suara Nahdliyin yang terkonsentrasi di Jawa Timur sebagai lumbung suara dalam Pemilu di Indonesia. 

Gus Imin (sejauh ini) menjadi harga mati untuk menjadi cawapresnya Prabowo di tengah elektabilitasnya sebagai cawapres masih jauh dibanding tokoh lainnya semisal Erick Thohir. Mungkinkah akan terus bersama PKB tanpa menyertakan Gus Imin sebagai cawapres? 

Bertemunya Gus Imin dengan Puan Maharani karena masuk dalam lima besar cawapres Ganjar, semacam sinyal Gus Imin terhadap Prabowo dan Gerindra. Kedua, jika PKB dan Gus Imin "bercerai" dengan Gerindra, bagaimana memastikan "suara Nahdliyin" terutama di Jawa Timur dapat tetap bersama Prabowo? 

Dalam suasana ini, Gus Imin dan PKB menjadi salah satu kuncinya. Jika, katakanlah Jokowi merestui Erick Tohir sebagai bacawapres Prabowo dengan restu PKB dan Gus Imin dengan seluruh konpensasinya, maka kekuatan ini akan menjadi "lawan tanding" yang berat bagi Ganjar dan bacawapresnya.

Di atas seluruh analisis dan rabaan yang tergelar dalam ruang publik, yang harus terus didorong adalah pelaksanaan demokrasi yang sehat tanpa polarisasi yang menajam sebagaimana mimpi seluruh kekuatan bangsa, yaitu menjadi negara maju dan terhindar dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun