Mohon tunggu...
Abdul Malik Amrulloh
Abdul Malik Amrulloh Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia - MAN 2 Kota Probolinggo

Guru Bahasa Indonesia MAN 2 Kota Probolinggo (Penulis Sastra, Bahasa, Pendidikan, dan Sosial)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Toga untuk Farah

26 Januari 2024   10:08 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:10 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata farah berbinar-binar. Antara bingung dan senang. Senyumnya melebar sempurna. Puas dengan jawaban yang diberikan sang Ummah.

"Emang, harus hitam ya, Ummah?" tanya Farah di sela-sela rasa puasnya. Celetuk seperti ini selalu muncul dari mulut Farah. Entah, tentang apa, kapan, dan di mana saja.

"Yang namanya toga itu harus hitam Farah." Ummahnya menjawab dengan penuh kesabaran dan tentunya dilengkapi dengan senyuman.

**

Farah turun terburu-buru dari bis antarkota. Melangkah cepat melewati lorong-lorong kecil. Napasnya berkejaran, berlomba menuju rumah kesayangannya.

"Ummah, Ummah." Farah menuju ruang tamu, kegirangan. Membuka lemari kaca di sudut ruangan. Dan mengenakan toga yang disiapkan Ummahnya sejak lama.

"Farah lulus Ummah." Ummahnya tersenyum manis di mesin jahit. "Sekarang Farah sudah sarjana." Wajah dewasa Farah begitu cantik dipayungi toga hitam yang dikenakannya.

Ummahnya hanya tersenyum memerhatikan. Farah kemudian membuka tas ranselnya. Mengambil jubah yang tadinya ditata rapi.

"Tapi, Ummah salah." Wajahnya sedikit cemberut. "Toga gak selalu hitam loh, Ummah. Ini buktinya. Toga di kampus Farah warna merah, weeek." Farah bahagia. Melet kegirangan. Ummahnya masih tersenyum. Seakan mengiyakan.

Farah mengenakan jubah merahnya, berputar bak model. Seakan ingin memperlihatkan setiap inci tubuhnya kepada Ummah yang sangat ia sayangi. Farah berputar ke kanan, ke kiri, tertawa. Hingga memenuhi semua sudut ruangan.

Hingga pada akhirnya, Farah terduduk di lantai. Masih dengan tawanya. Keletihan, dengan kebahagiaan yang dirasakannya. Ia mengatur alunan napasnya. Membuka toga merah yang dikenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun