A. Pendahuluan
Desa adalah sebuah jajaran tempat orang-orang bermukim, kita lebih suka menyebutnya adalah pekampungan. Kembali lagi dari desa memang memiliki kondisi geografis yang jauh dari perkotaan, dengan beberapa kekurangannya dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun ruang publik yang dapat digunakan masyarakat terbatas. Dibandingkan dengan perkotaan, setelah itu kita memahami sifat manusia yang dahulu pada zaman kehidupan purba.
 Manusia memiliki sifat pola hidup nomaden (berpindah-pindah), dengan harapan tempat yang mereka datangi memiliki tempat yang lebih baik dalam segi pangan dan juga papan. Namun, pada abad-21 ini pola tersebut mulai ditinggalkan dikarenakan manusia mulai mendapatkan oppottunity atau kesempatan untuk berkarya maupun mendapatkan makanan maupun rumah dimanapun. Sifat ini juga membuat pola yang bernama desa ini muncul, dengan hal ini juga banyak orang akhirnya memiliki sifat untuk menetap disuatu tempat dibandingkan harus berpindah-pindah, tetapi berbeda jika mereka berpindah untuk mendapatkan keamanan atau memiliki pekerjaan di tempat yang sangat jauh.
 Berbicara tentang desa (penulis) ingin menceritakan tentang tempat tinggalnya yang sudah sangat mencakup segala hal yang sudah dijelaskan dalam asal-usul, progres terbentuknya dikarenakan transmigrasi, dan sifat manusia yang memiliki kesempatan dalam bidang nya walaupun sangat jauh dari tempat asalnya.
B. Asal-usul Desa Air Durian Jaya
Desa yang dapat ditempuh dalam waktu 5 jam 1 menit dari kota Ketapang ini, memiliki sejarah yang cukup luas dikarenakan memang dalam beberapa sensus penduduk di desa Air Durian Jaya adalah hampir keseluruhannya adalah warga Transmigrasi. Mereka datang dan menetap didesa ini pada tahun 1995. Pada saat itu pemerintah Indonesia sedang melaksanakan program Transmigrasi dengan tujuan untuk menyeimbangkan penyebaran penduduk dimana saat itu memang rata-rata penduduk yang datang ke desa ini adalah orang jawa, sunda, dan selanjutnya beberapa orang madura juga dari wilayah Indonesia timur.
 Dilihat dari replika alasan orang ingin berpindah kesini memang karena diberlakukannya hak tanah untuk beberapa orang yang ingin tinggal disini. Dikarenakan itu mereka bisa mengelola tanah nya sendiri dan juga bisa membangun rumahnya di tanah tersebut. Desa Air Durian Jaya ini memiliki 4 dusun yaitu dusun ayau-ayau, hidup-hidup, tam-tam, dan pengabuan. Diambil dari data kependudukan Kabupaten Ketapang tahun 2020 luas wilayah untuk desa Air Durian Jaya ini adalah 162,33 km, dengan kepadatan penduduk sekitar 6,94 penduduk, berkecamatan di Air Upas, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.Â
Dengan beberapa hal tersebut dikarenakan desa ini tertutupi oleh kebun kelapa sawit, jadi karena alasan tersebut yang membuat kelapa sawit menjadi komoditas utama disini dan banyak pilihan pekerjaan untuk warga yang didapat dari bekerja di perusahaan yang mengelola kelapa sawit ataupun ingin mengurus sendiri lahan mereka sendiri.
Â
C. Pendidikan di Desa Air Durian Jaya
Sebelum kita membahas tentang topik utama ini, alangkah baiknya kita mengetahui arti dari pendidikan terlebih dahulu. Menurut UU No. 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Â
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui faktor yang sangat penting dalam membina suatu tempat adalah dari segi pendidikannya. Hal ini memiliki hubungan dimana desa Air Durian Jaya sendiri memiliki akses pendidikan dalam tingkat TK (taman kanak-kanak) dan Sekolah Dasar Negeri, yang bertempat di jalur 8 FU bernama SDN 14 Air Upas.Â
Sekolah ini berdiri tahun 1996 untuk menjawab program transmigrasi dimana penduduk membutuhkan akses pendidikan di tempat baru tersebut. Menurut "Sitti Subaedah" kepala sekolah SDN 14 Air Upas yang mengabdi dari tahun 1997 semenjak kedatangannya di desa Air Durian Jaya sampai sekarang memberikan penjelasan tentang sekolah ini memiliki sekitar 9 orang tenaga pengajar dengan 100 siswa aktif. Dimana kurikulum yang diajarkan adalah kurikulum Merdeka dengan mengikuti aturan pemerintah yang diterapkan pada saat ini. Sejarah dari sekolah dasar 14 Air Upas sendiri memiliki cerita yang menarik sekaligus penuh perjuangan di awali dengan berdirinya pada tahun 1996 dengan bernama SDN 45 Air Durian, dikarenakan memang desa masih memiliki induk di kecamatan Marau.Â
Dengan tenaga pengajar masih belum diisi oleh tanaga pengajar negeri jadi hanya beberapa orang guru perintis untuk mengisi bagian pendidikan di desa Air Durian Jaya. Setelah saat datangnya orang-orang transmigrasi yang memang datang dari pulau jawa yang rata-rata memiliki latar berpendidikan, merekalah yang merintis dan juga menjadi guru pertama di SDN 45 Air Durian pada waktu itu. Setelah tahun 1997 SDN 45 Air Durian kedatangan guru negeri termasuk, ibu Siti Subaedah yang datang dari Ujung Pandang/Makassar untuk datang mengabdi dengan mengajar anak-anak transmigrasi disusul oleh ibu Suciyati dari Kendawangan dan guru-guru negeri lainnya. Dengan anak-anak didik berkisar 200-an orang, diisi oleh anak dari warga Desa Air Durian Jaya dan beberapa anak yang tinggal di daerah Perusahaan dikarenakan memang pada kala itu perusahaan belum memiliki sarana sekolah.Â
Dengan fokus pengajaran di bidang olahraga ibu Sitii Subaedah mencoba beberapa inovasi melawan kekurangan dalam segi sarana sekolah. Bersama anak-anak ibu yang akrab dipanggil ibu Ida ini mencoba hal baru dengan membuat matras olahraga dengan alang-alang yang tinggi dibelakang sekolah, lalu mengumpulkan karung untuk diisi alang-alang tersebut akhirnya jadilah matras tradisional dari tumbuhan dan barang yang bisa ditemukan.Â
Tetapi hal ini menjadi pengajaran bagi kita, bahwa hal kecil pun bisa memiliki dampak yang besar dalam tempo waktu sekarang maupun di masa depan dengan beberapa inovasi dan pemikiran baru dari tenaga pendidik maupun lewat siswa. Setelah perusahaan disekitar desa memiliki akses sekolah akhirnya mereka menarik sejumlah anak-anak yang tinggal di daerah mereka juga pemekaran kecamatan Air Upas terjadi dan lahirlah SDN 14 Air Upas yang kita kenal dan lihat sekarang.
Â
Â
Â
D. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Desa Air Durian JayaÂ
Interaksi Sosial
Penghalang utama yang harus diatasi saat memasuki lingkungan baru adalah proses adaptasi. Adaptasi mengacu pada proses kognitif dan perilaku yang terlibat dalam memperoleh kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan baru. Transmigrasi mengalami proses adaptasi secara bertahap di lingkungan baru mereka, yang mencakup penyesuaian dengan lingkungan alam dan integrasi dengan penduduk setempat.Â
Di wilayah yang baru ini, Masyarakat transmigran keadaan yang jauh berbeda dengan keadaan di pulau jawa maupun tempat tinggal mereka awalnya. Kondisi tanah Kalimantan yang pada umumnya berstruktur gambut, juga lingkungan yang masih hampir keseluruhannya adalah hutan. Membuat warga harus beradaptasi dalam lingkungan mereka yang baru ini dengan bersama saling membantu untuk membuat sarana dan prasarana bagi yang dapat mereka gunakan nantinya. Karena memang pembangunan dan juga awal program ini dimulai dari pemerintah. Pihak desa juga membantu masyarakat untuk membangun tempat-tempat umum yang bisa di rasakan sekarang contohnya, Sekolah tingkat SD, Taman kanak-kanak, Masjid, Gereja, Kantor Desa maupun prasarana seperti lapangan bola dan voli.Â
Tempat ini menjadi kawasan karena saling berdekatan dan saling memiliki hubungan Bernama Kawasan FU (fasilitas umum). Bagian yang menarik juga dalam bidang bahasa, warga desa Air Durian Jaya menggunakan bahasa Indonesia karena memang walaupun hampir semua penduduk memiliki etnis keturunan jawa tetapi mereka mengetahui bahwa masih ada orang sunda, madura, maupun etnis lainnya yang tinggal disana. Jadi, walaupun memang mereka terkadang berbicara bahasa jawa tetapi warga tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan.
Â
Keadaan Ekonomi Masyarakat
Dikarenakan pada kondisi tanah gambut yang memang tidak cocok untuk kegiatan pertanian padi, Warga memilih untuk membeli bibit kelapa sawit yang disediakan pemerintah ataupun membeli sendiri, untuk ditanam di lahan mereka. Karena memang di desa Air Durian Jaya ini sedang gencarnya dalam penanaman kelapa sawit sebagai komoditas produk minyak goreng untuk Masyarakat Indonesia. Selanjutnya, didukung oleh berdirinya banyak Perusahaan kelapa sawit disekitar desa membuat pekerjaan petani sawit lebih populer dibanding tanaman lain yang terbilang sulit ditanam. Beberapa pekerjaan yang bisa didapat di desa Air Durian Jaya adalah petani sawit, karyawan swasta, guru, bidan, dan perangkat desa. Adapun beberapa pekerjaan yang sering diisi oleh ibu-ibu adalah wirausaha dengan memperjualkan beberapa jajanan contoh nya warung yang berada di depan sekolah yaitu warung mamah radam dan mbah mul, yang menjual makanan ataupun minuman untuk anak-anak sekolah di jam istirahat maupun pulang. Pilihan pekerjaan juga makin beragam dengan banyaknya lapangan pekerjaan dibidang sektor pertanian maupun bisnis.
Â
Kehidupan Budaya
Kata yang paling cocok untuk kebudayaan di desa Air Durian Jaya adalah "campur" karena memang percampuran budaya disetiap segi masyarakat sangat menonjol disini tetapi hal itu menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi desa Air Durian Jaya. Dengan tidak adanya perasaan dominan terhadap suatu suku bangsa maupun agama, kesetaraan dalam segi budaya pun dapat tercapai dengan dibangunnya masjid dan juga gereja di jarak yang berdekatan menunjukkan juga rasa kedamaian dalam beribadah di desa yang masyarakatnya terdiri dari agama Islam dan Kristen protestan.Â
Sarana kebudayaan lain adalah lapangan madrasah yang sering Masyarakat panggil lapangan Pagar Nusa. Karena ditempat tersebut diadakan Latihan pencak silat dan untuk memang juga mengadakan acara budaya ataupun keagamaan dengan pencak silat sebagai ikon nya, dan beberapa kegiatan warga yang memang dibawa dari tempat asalnya seperti Sebagai contohnya, komunitas Jawa mengintegrasikan praktik kebiasaan mereka, yang mencakup bahasa, tradisi, dan pemeliharaan upacara, ke dalam rutinitas sehari-hari mereka, mulai dari peristiwa kehidupan yang signifikan seperti pernikahan dan kelahiran, hingga kesempatan seremonial kematian.Â
Setiap tahun, sebelum dimulainya bulan suci Ramadan, peristiwa biasa yang dikenal sebagai "selamatan megengan" berlangsung. Peristiwa ini biasanya terjadi di kediaman pemimpin asosiasi lingkungan atau di masjid setempat. Selama pertemuan ini, setiap rumah tangga menyumbang barang makanan seperti nasi dan hidangan sampingan. Setelah itu, makanan tersebut dibagikan kepada para peserta yang hadir. Praktek kebiasaan ini terjadi baik pada hari sebelum dimulainya puasa atau pada hari pertama melakukan doa Tarawih.
Â
E. Penutup/Pesan penulis
Bagian penutup banyak menyimpulkan bahwa memang untuk membina suatu desa atau pemukiman membutuhkan bukan hanya sarana yang memadai. Namun, juga masyarakat yang tinggal pada tempat tersebut dengan mereka menginginkan adanya perkembangan ataupun perubahan yang lebih baik, Desa Air Durian Jaya juga memiliki hal yang sangat unik juga sangat menarik didalamnya. Dikarenakan tempat pemukiman ini dimulai dari program transmigrasi yang dimulai tahun 1995. Dengan berisi orang-orang yang berbeda dimana mereka meninggalkan kampung halaman mereka demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Tetapi perbedaan bukan membuat Masyarakat desa menjadi terpecah tapi malah karena latar belakang mereka sama akhirnya mereka memiliki rasa yang satu untuk membangun desa ini dari segala sektor.
 Saya juga (penulis) yang memiliki latar yang lahir di desa ini setiap pulang kembali ke tempat ini saya sangat berasa pulang kerumah dan saya harap pembaca juga dapat merasakan rasa kembali kerumah seperti kata yang saya kutip dari ibu Sitti Subaedah "walaupun kami serba kekurangan tetapi adalah tantangan dimana harus mengembangkan, dimana harus mengolah yang sederhana menjadi sesuatu untuk anak didik maupun orang lain dan berdampak baik bagi mereka semua".
Terima Kasih...
Â
F. Daftar Pustaka
Â
[1] Arif, M. (2019). AWAL KEHIDUPAN MASYARAKAT TRANSMIGRASI DI RASAU JAYA 1. In MASA: Journal of History (Vol. 1, Issue 2).
Â
[2] Irawati, H., Wicaksono, A. D., Prayitno, G., Perencanaan, J., & Dan Kota, W. (n.d.). KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN TINGKAT KEMAJUAN DESA (STUDI KASUS KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG).
Â
[3] SENSUS PENDUDUK KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2020
Â
[4] Kartodirdjo, Sartono.2019. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Â
[5] Nurcahyani, Lisyawati & Juniar Purba.2018. Integrasi sosial masyarakat transmigrasi Jawa. Yogyakarta: Diva Press.Â
[6] Septiyani, Dewi. 2014. Para Transmigran di Desa Rasau Jaya 1 Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Jurnal of Indonesian History (ISSN: 2252-6633), Volume 3, Nomor 1, halaman 10-14.
Â
[7] Swasono Sri Edi dan Masri Singarimbun. 1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: Universitas Indonesia.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H