Mohon tunggu...
Dul
Dul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang biasa

Bahagia dan Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Pesantren

19 Oktober 2024   14:35 Diperbarui: 19 Oktober 2024   14:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta seren taun kamunitas adat sunda wiwitan, 2024 sedang menunggu rangkaian acara serentahun. Foto: Dul

"Cepat ambilkan obat luka Naimah kena pecahan kaca....!" Seru santri meminta untuk diambilkan obat untuk luka, kaca jendela dapur jatuh akibat kayunya sudah rapuh mengenai lengan kiri Naimah. Naimah dipapah menuju ruangan kesehatan pondok dengan darah berceceran meski sudah dibalut oleh kain. Reni dan Naela turut membantu proses evakuasi Naimah dengan santri lainya.

"Ren lain kali aja ya aku ceritanya, atau nanti malam setelah ngaji isya selesai? kamu lagi ga ada kegiatan kan?. Tawar Naela kepada Reni. Kemudian mereka berdua menuju kamarnya masing tanpa menghabiskan makanannya.

Naela begitu gelisah dengan penderitaannya menahan cinta yang begitu beku, ia sempat ingin keluar dari pesantren namun Reni selalu menahannya, saat ia mengambil sapu di pojokan kamar ia teringat oleh nasihat Reni yang membayanginya.

"Mencintai boleh saja, tapi jangan karena cinta kamu mengorbankan masa depanmu".

Bagi Naela Reni adalah sosok sahabat yang saling mengerti perasaannya, sosok pendengar yang baik saat ia curahkan isi hatinya. lain dengan Rohmah, ia selalu menyela dan memotong pembicaraan meski belum selesai, sebagai sesama perempuan jangan sampai saling menjatuhkan, Reni adalah sosok yang tepa bagi Naela..

Saat kondisi rumit, semua orang tidak mempunyai kemampuan bercerita kepada temannya atau orang terdekatnya. Ada yang senang menyendiri dengan masalahnya, ada juga yang ingin melepaskan masalahnya melalui bercerita atau mencurahkan isi hatinya.

Sayang sekali pesantren yang sudah setengah abad berdiri belum punya ruang aman bagi santri yang ingin menyelesaikan masalahnya, kebanyakan santri yang mempunyai masalah ia pendam atau bertingkah lain untuk menyelesaikan masalahnya, padahal peran ruang aman begitu penting untuk prose belajar mengajar di pondok pesantren.

Reni mempunyai kesadaran untuk bisa menjadi menjadi pendengar yang baik bagi siapapun yang ingin bercerita, ia pun mendorong kepada pengurus untuk membentuk lembaga di pondok pesantren sebagai lembaga atau teman curhat bagi para santri semacam peer counselor bertujuan untuk menjaga kesehatan mental para santri. Usia Reni dan Naela adalah usia yang sedang tumbuh menjadi dewasa, biasanya terjadi perkembangan baik fisik, psikologi, dan intelektual. Mereka juga memiliki kemungkinan untuk mempertanyakan dan mengeksplorasi identitas seksual. Hal-hal tersebut berpotensi memberikan stres jika tidak mendapat dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas. Kesadaran Reni muncul saat ia mendapatkan kesempatan mewakili sekolah untuk mengikuti seminar keperempuanan di perguruan tinggi semester lalu, Pengetahuan dan pengalaman ia dapat membuatnya gelisah karena teman santri lainya banyak seperti Naela-Naela lainya tidak mempunyai tempat untuk menguraikan masalahnya.

"pondok ini menjadi tempat ratusan santri yang sedang belajar agama, dengan latar belakang dan karakter yang berbeda setiap santrinya harus menjadi tempat yang nyaman bagi para santri dengan membentuk lembaga untuk bimbingan konseling saya kira pesantren ini harus memfasilitasi". tegas Reni saat memberikan penjelasan kepada ketua rapat bulanan yang rutin diadakan.

Pengalaman Reni mendampingi Naela sebagai strategi menyampaikan angan-angan untuk membentuk lembaga bimbingan konseling di pesantrennya.

Sayangnya pihak pengurus pesantren tidak begitu merespon apa yang diajukan Reni, ia tak putus asa memperjuangkan yang menurutnya penting,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun