Mohon tunggu...
Dul
Dul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang biasa

Bahagia dan Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar dari Ojol Asmara Terselubung

6 Juni 2024   10:17 Diperbarui: 6 Juni 2024   10:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak de... bisa jemput Neng ga di kosan?"

Pak de tiba-tiba gugup mendapatkan pesan whatsapp di handphone pintar saat ia sedang mengikuti rapat mingguan di tempat ia bekerja. ia merasa bingung permintaan kekasih kalau nggak direspon pasti nanti akan berdampak buruk status hubungannya. kemudian ia melanjutkan rapatnya tanpa menghiraukan pesan.

Pak de sebutan akrab komunitas ojek online di kota udang ini, namanya Hartono (nama samaran). Ia bekerja di perusahan milik negara, ia adalah pendatang dari kota gudeg, sudah hampir 10 tahun ia menetap di kota ini. Tubuhnya mungil kulitnya sawo matang rambutnya hitam lurus karena usianya tidak muda lagi sela-sela rambut hitamnya ada sebagian rambut putih dan bawaanya ramah. selain ia bekerja di BUMN mengisi waktu luangnya sebagai ojek online. Sedangkan si Neng adalah pekerja di sebuah mall besar di kota udang.

setelah rapat selesai ia kemudian merespon pesan dengan menelponnya, ia berharap meminta kepada kekasihnya untuk tidak menghubungi saat ia dinasnya.

"neng... pak de kan sudah bilang, kalau pak de sedang di kantor jangan menghubungi". tegasnya.

Ia terkekeh saat menceritakan pengalamannya mempunyai hubungan dengan pelanggan ojek onlinenya, kemudian ia menceritakan asal muasal kenal sampai menjalin hubungan.

"awalnya sih saya hanya sebatas memberikan servis terbaik kepada konsumen saya, memberikan perhatian, misalnya memberikan helm, menawarkan jaket untuk dipakainya". imbuhnya.

Memberikan service terbaik adalah hal lumrah bagi siapapun ojek online untuk mendapatkan rating terbaik dari konsumen. bersikap ramah, sopan, juga berkomunikasi tanpa jarak itu adalah rumus yang dilakukan dalam pelayanan jasa.

"tiba-tiba dia minta nomor saya untuk menjadikan sebagai ojek langganannya".

Pak de sadar tidak lagi lajang, ia sudah mempunyai 3 orang anak dan seorang istri yang dicintai sejak ia lulus kuliah. sebagai orang lapangan ia sangat pandai berkomunikasi dengan siapapun. prinsipnya berkomunikasi yang baik adalah yang bisa membangun emosional".

Umurnya terpaut jauh pak de dan Neng, si Neng seumuran dengan adik bungsunya. Saat sedang mengantar si Neng ke tempat ia bekerja ia seperti sedang mengantarkan adik bungsunya.

"si Neng itu seumuran adik bungsu saya, saya lima saudara dan saya anak pertama, makanya saat saya mengantarkan saya seperti sedang mengantarkan adik saya". ujar pak mengenangnya.

Waktu semakan berjalan hubungan antara ojek langganan dan konsumen berubah menjadi hubungan special, pak de tak lagi sungkan berkunjung ke tempat kosnya meski bukan jam jemputnya. Juga si Neng tak malu lagi meminta untuk memenuhi segala kebutuhanya.

Petaka terjadi

Pada akhirnya hubungan pak de dan si neng terendus oleh istrinya, saat ponsel pintarnya tertinggal di rumah saat ia bekerja. saat itu pula ponselnya selalu berdering, niat baik istrinya untuk menerima panggilan berujung petaka rumah tangganya. Semua atribut ojek online dibakar seperti hatinya sang istri yang sedang membara.

Saat pulang ke rumah pintu terbuka lebar untuk pak de untuk keluar dari rumah. Tas besar dan segala macam pakaian pak de berserakan di atas tempat tidur dan ponselnya ditempat yang sama saat pak de meninggalkan ponsel, sang istri acuh dengan mata yang lebam.

"Silahkan pergi dari rumah ini". tegas istri saat pak de dalam kondisi bingung melihat kondisi kamar bak kapal pecah, berantakan. Pak de sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan penjelasan kemudian sang istri masuk ke kamar anaknya dengan membanting pintu kamar.

Pak de menghela nafas panjang mengenal kisah pilunya saat ia menjalin asmara dengan perempuan lain. Ia berpesan kepada saya untuk tidak sekecil apapun memberikan perhatian kepada lawan jenis, melainkan harus bersikap sewajarnya. Sekecil apapun perhatian itu kepada perempuan lain semakin hari semakin besar dan dianggap ia mencintainya. Saya sedang tidak menyalahkan perempuan tetapi saya sedang mempermainkanya.

"jangan sekali-kali mempermainkan perempuan yah". pesan pak de kepada saya.

Tulisan ini hasil cakapan bersama yang pak de Hartono-nama samaran, saat sedang bersama di warung kopi menunggu penumpang. Saya bersyukur bertemu pak de mengingatkan dan sekaligus memberikan kisahnya untuk menghormati dan memuliakan perempuan, karena perempuan adalah sumber kehidupan. Sungkem pak de semoga selalu sehat, bahagia dan membagiakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun