"Pak de... bisa jemput Neng ga di kosan?"
Pak de tiba-tiba gugup mendapatkan pesan whatsapp di handphone pintar saat ia sedang mengikuti rapat mingguan di tempat ia bekerja. ia merasa bingung permintaan kekasih kalau nggak direspon pasti nanti akan berdampak buruk status hubungannya. kemudian ia melanjutkan rapatnya tanpa menghiraukan pesan.
Pak de sebutan akrab komunitas ojek online di kota udang ini, namanya Hartono (nama samaran). Ia bekerja di perusahan milik negara, ia adalah pendatang dari kota gudeg, sudah hampir 10 tahun ia menetap di kota ini. Tubuhnya mungil kulitnya sawo matang rambutnya hitam lurus karena usianya tidak muda lagi sela-sela rambut hitamnya ada sebagian rambut putih dan bawaanya ramah. selain ia bekerja di BUMN mengisi waktu luangnya sebagai ojek online. Sedangkan si Neng adalah pekerja di sebuah mall besar di kota udang.
setelah rapat selesai ia kemudian merespon pesan dengan menelponnya, ia berharap meminta kepada kekasihnya untuk tidak menghubungi saat ia dinasnya.
"neng... pak de kan sudah bilang, kalau pak de sedang di kantor jangan menghubungi". tegasnya.
Ia terkekeh saat menceritakan pengalamannya mempunyai hubungan dengan pelanggan ojek onlinenya, kemudian ia menceritakan asal muasal kenal sampai menjalin hubungan.
"awalnya sih saya hanya sebatas memberikan servis terbaik kepada konsumen saya, memberikan perhatian, misalnya memberikan helm, menawarkan jaket untuk dipakainya". imbuhnya.
Memberikan service terbaik adalah hal lumrah bagi siapapun ojek online untuk mendapatkan rating terbaik dari konsumen. bersikap ramah, sopan, juga berkomunikasi tanpa jarak itu adalah rumus yang dilakukan dalam pelayanan jasa.
"tiba-tiba dia minta nomor saya untuk menjadikan sebagai ojek langganannya".
Pak de sadar tidak lagi lajang, ia sudah mempunyai 3 orang anak dan seorang istri yang dicintai sejak ia lulus kuliah. sebagai orang lapangan ia sangat pandai berkomunikasi dengan siapapun. prinsipnya berkomunikasi yang baik adalah yang bisa membangun emosional".
Umurnya terpaut jauh pak de dan Neng, si Neng seumuran dengan adik bungsunya. Saat sedang mengantar si Neng ke tempat ia bekerja ia seperti sedang mengantarkan adik bungsunya.