Saya yakin masih banyak cerita-cerita hal serupa, namun disini saya curiga, apakah itu hanya sebatas fantasi seks, atau fetish? Kalau begal payudara jelas masuk di akal, mungkin karena terlalu napsu, tapi tidak punya akses untuk menyalurkan napsunya, makanya mereka berkeliaran dipinggir jalan untuk mencari mangsa.Â
Tetapi kalau yang suka mempermainkan alat kemaluan dipinggir jalan, saya rasa itu agak aneh, pasalnya yang menjadi korban dari perempuan segala usia, anak-anak, remaja, dewasa, sampai ibu-ibu. Dan hal itu terjadi di berbagai kota.
Jadi kalau dikatakan fetish, maka sedikit janggal, pasalnya "fetish" ini adalah gangguan ketertarikan seksual, dimana gangguan ketertarikan seksual antara satu orang dengan orang yang lain berbeda, walaupun ada juga yang sama.
Namun yang terjadi pada fenomena yang saya sampaikan diatas, semua memiliki pola yang sama, dengan korban wanita, dan aksi dilakukan di pinggir jalan, bahkan aksi tidak dilakukan sampai mencapai klimaks. Hanya sebentar, seolah hanya menjadi syarat untuk melakukannya.
Kecurigaan saya ini muncul karena banyaknya syarat-syarat aneh untuk mencapai sesuatu di Indonesia, kita ambil contoh salah satu geng motor di Kabupaten Bekasi, atau kota-kota besar lainnya, diantara mereka banyak yang membacok orang dipinggir jalan.
Namun tidak merampas hartanya. Sangat aneh bukan? Usut punya usut, ternyata itu sebagai salah satu syarat untuk bergabung di geng motor tersebut.
Kemudian ritual seks di gunung Kemukus, Sragen, hal itu juga sebagai syarat untuk ritual pesugihan. Di Kediri, kasus perkosaan kepada 58 anak yang dilakukan oleh seorang pengusaha, juga diduga sebagai syarat pesugihan, di Kalimantan Selatan.
Seorang kakek yang dibantu istri untuk menyetubuhi gadis perawan berusia 15 tahun juga diduga sebagai ritual pesugihan, sampai bersetubuh dengan Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan, itu juga syarat ritual pesugihan, dan mungkin masih banyak berbagai ritual-ritual lain yang ada di Indonesia.Â
Maka menanggapi kasus para pelaku yang memainkan alat kemaluannya dihadapan perempuan di pinggir jalan, itu mungkin bukan sekadar fetish, bisa jadi juga ada unsur ritual tertentu.
Sedikitnya pelaku yang dapat diamankan menjadikan fenomena ini masih mesteri, ditambah beberapa dari sikap korban yang memilih diam dan enggan menceritakannya juga membuat investigasi kurang maksimal. Saya yakin banyak yang sudah menjadi korban, dan semoga kasus-kasus seperti itu dapat segera terpecahkan. Tetap waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H