Mohon tunggu...
Abdullah Puja
Abdullah Puja Mohon Tunggu... Administrasi - Absolut

Wong Ndeso...\r\nTuhan itu ada dan terasa serta logis..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gagal Paham Agama...

23 Oktober 2020   13:01 Diperbarui: 23 Oktober 2020   13:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Manusia gagal paham bila Ilmu Agama hanya mencakup akal pikir dan hati...

Karena Agama diwahyukan untuk pembangunan Spiritual Manusia, melalui Wahyu spiritualnya Para Nabi...

Jadi tidak ada Wahyu Para Nabi disampaikan melalui akal pikir atau hatinya Para Nabi..

Oleh sebab itu seorang Nabi tidak mempunyai Guru sesama Manusia, yang mengajari akal dan hatinya dengan Ilmu Agama...

Semua Wahyu, semua petunjuk kepada Nabi disampaikan melalui spiritualnya yaitu Ruh atau Jiwanya..

Agama diturunkan bukan untuk konsumsi akal pikir dan hati saja, dan bukan untuk sekedar melaksanaka ritualnya saja, juga bukan sekedar meniru tingkah laku para Nabinya, namun tidak mengerti maknanya...

Akan tetapi Agama diturunkan untuk membangun sisi spiritual Manusia yaitu Ruh yang "ditiupkan" ketika usia manusia 4 bulan dalam kandungan..

Sehingga Ruh tersebut menjadi sempurna dalam diri Manusia, lalu dapat membimbing Manusia dalam Ibadahnya kepada TUHAN YANG MAHA ESA...

Agama bukan merupakan produk akal pikir atau hasil dari ciptaan akal pikir Manusia, akan tetapi merupakan pengalaman spiritual para Nabi Allah, semisal penerimaan wahyu, mendapatkan keajaiban, mendapatkan bimbingan, dll, dan pengalaman Para Nabi tersebut merupakan pengajaran langsung dari TUHAN melalui Ruh nya dan lalu dititahnya Beliau untuk mengajarkanya pada umat Manusia...
Pengalaman spiritual inilah yang dijadikan Kitab Suci sesuai dengan Kehendak TUHAN YME...

Oleh karena itu Para Nabi Allah tidak mempunyai Guru sesama Manusia, atau juga Para Nabi tersebut tidak bertemu langsung dengan TUHAN YME, untuk diajarkan Agama oleh-NYA, namun melalui Ruh nya Para Nabi mendapatkan bimbingan langsung dari TUHAN YME, karena hanya melalui Ruh-lah Manusia mampu "berkomunikasi" dengan Sang Illahi...

Oleh karena itu pula semua ilmu Agama tidak hanya mencakup ilmu ragawi, duniawi, tapi harus pula mampu membangun hidupnya sisi spiritualnya, karena justru kehidupan spiritual Manusia ini yang akan membantu selama hidupnya di dunia maupun kelak hidup dialam kelanggengan, layaknya Para Nabi Allah yang mampu beribadah sesuai kehendak DIRI-NYA, dan inilah yang dinamakan mengikuti jejak Nabi Allah, tapi bukan menirunya...

Hanya entah mengapa pembangunan Ruh sebagai sisi spiritualnya Manusia, dan sebagai Dzat Kekuasaan Tuhan yang ada dalam diri Manusia, yang nyata-nyata hakekatnya/jatidirinya Manusia yang akan bertanggung jawab di padang Mahsyar kelak, banyak diabaikan tidak diberi sedikitpun ruang dalam diri untuk sedikit saja mengakui keberadaannya  ??
Malah dikatakan mustahil, mistik, klenik, supranatural, tahayul, horor, sesat, padahal Ruh itu nyata ada dan tertulis jelas dalam Kitab Suci, baik yang dikatakan dengan JIWA atau Ruh dalam Kitab Suci...

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan RUH (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya."
(QS. Sad 38: Ayat 72)

Dan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan kepada setiap JIWA diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 70)

Lantas dimana hidupnya Ruh itu sekarang dalam diri ini..??

Dipercayai bahwa ketika usia Manusia dalam kandungan 4 bulan maka "ditiupkan" atau "diturunkan" langsung dari SISI-NYA Ruh, seperti dituangkan dalam ayat di atas..

Begitu lahir kehidupan Ruh dapat dilihat dari adanya senyum, tawa, sedih, tangis, di raut wajah bayi baru lahir tersebut, padahal semua pancaindra berikut akal pikir dan Hati masih belum sempurna atau masih kosong, yang tandanya Ruh masih mampu berkomunikasi dengan Alam Besar atau para Malaikatnya, Ruh masih mampu "berkomunikasi" dengan Kekuasaan DIRI-NYA..

Akan tetapi seiring dengan perkembangan usia bayi tersebut maka pengelihatan, pengecapan, pendengaran Ruh akan mulai memudar dan lebih merasakan kehidupan duniawi, bahkan isi alam pikir dan isi hati segera akan terisi ingatan dan pengalaman rasa dari duniawi ini...

Sehingga pandangan, pengecapan, pendengaranya Ruh yang ada dalam diri pada Alam Besar akhirnya terputus dan lebih terfokus pada yang berasal dari duniawi...
Namun itulah KEHENDAK-NYA, Agar Manusia mampu mensejahterakan hidupnya selama didunia...
Akan tetapi karena kekurang pahaman orang tuanya sehingga hubungan antara bayi tersebut dengan Alam Besar tak terjaga bahkan terputus...

Itulah tujuan Agama diturunkan agar kehidupan Ruh dapat hidup sempurna sehingga kontak dengan Alam Besar tetap terjalin dan komunikasi dengan Sang Khalik dapat terkoneksi selamanya...

Banyak orang sudah mencari jatidiri tapi sesungguhnya tak mengerti apa itu jati diri, jati diri Manusia adalah Ruh atau Jiwa tersebut yang "ditiupkan" oleh-NYA tersebut...

Banyak juga orang yang mencari sampai bertapa ditempat-tempat yang sekiranya dalam pemahamanya dapat menemukan jati dirinya, akan tetapi malah banyak yang tersasar ke alam yang dikiranya Alam Besar, dimana dulu dia merasakanya, padahal masih jauh dalam menuju Alam Besar tersebut, itu hanya tipu daya Makhluk-makhluk ghoib ciptaan-NYA yang lain, seperti Jin, Genderwo, tuyul dan banyak lagi yang lainya, dan itulah salah satu sifat Jin bisa menyaru jadi seolah menjelma Manusia Suci, suara ghoib, yang mendatangi para pertapa tersebut, dan akhirnya bisa seperti Para Nabi mendapatkan keajaiban-keajaiban, hanya bedanya kalau Para Nabi karena Titah-NYA, namun kalau para pertapa yang nyasar karena ambisinya, keinginanya sendiri, maka terlihat seolah sakti, kebal, atau banyak dikatakan orang pintar, guru spiritual, dan banyak lagi keajaiban-keajaiban yang dibantu oleh Jin tersebut, dapat dicirikan kalau memang itu nyata dari TUHAN SANG PENCIPTA, maka semuanya tidak akan instan tetapi melalui sebuah proses, dan belum tentu juga terkabulkan apa yang diminta atau dimanterakanya...

Atas dasar tersebutlah banyak orang merasa parno atau gak percaya, atau merasa gak srek, merasa tahayul, bila mendengar kata spiritual, Ruh, atau Jiwa, padahal itulah sejatinya diri Manusia..

Hanya perlu dicatat bahwa kelahiran bayi mungil tersebut setiap individunya membawa fitrahnya masing-masing walaupun bayi kembar, sehingga catatan dilauhul mahfudz atau takdirnya juga akan berbeda...

Dan berakibat pula pada kehidupan spiritualnya di dunia ini akan berbeda pula, oleh karena itu pula pengalaman spiritualnya setiap Manusia akan berbeda, sehingga pelajaran Agama sangat berguna untuk membangun sisi spiritualnya agar mendapatkan pengalaman spiritualnya masing masing dan bukan hanya meniru tapi mengikuti jejak para Nabi Allah SWT...

Jadi gagal paham bila Ilmu Agama hanya sebatas akal pikir dan hati saja tanpa membangun Ruh yang kelak pulang kesisi-NYA dan bertanggungjawab atas kehidupanya didunia..

Namun dari semua itu adalah
Wallahu'alam bis showabi....

Abd.Pj1020
Tangsel...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun