Mohon tunggu...
Abdullah Makhrus
Abdullah Makhrus Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Trainer di pelatihan-pelatihan public speaking, pendidikan, kewirausahaan, dan spiritual motivation www.abdullahmakhrus.com.

Abdullah Makhrus. Lahir di Sidoarjo, 14 September 1981. Anak kedua dari tiga bersaudara. Bapaknya Suyanto dan Ibundanya Lutfiati. Pendidikan Dasar di SDN Pagerwojo II dan SMPN 2 Sidoarjo. Jenjang SMA diselesaikan di SMAN 2 Sidoarjo. Pernah menempuh pendidikan D3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS, S1 di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan saattelah menyelesaikan studi S2 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Saat ini bekerja di SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo dan mendapatkan amanah memimpin di kepengurusan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sidoarjo. Alhamdulillah pernah mendapatkan penghargaan terpilih menjadi salah satu penulis artikel dari Jawa Pos dalam lomba penulisan Artikel Untukmu Guru 2008 berjudul Belajar Matematika dengan Nalar. Tulisan lainnya pernah dimuat artikel di harian Republika dan Tabloid PENA Dinas Pendidikan Sidoarjo. Buku antologi pertama yang berhasil dicetak berjudul "New Class New Soul" yang dibuat bersama rekan guru di SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo. Buku Terbarunya berjudul "1 Pesan 1 Peristiwa" Di samping itu, aktif juga di kegiatan literasi, kajian keislaman, menjadi pembicara seminar, workshop, juga trainer di pelatihan-pelatihan public speaking, pendidikan, kewirausahaan, dan spiritual motivation. Telegram: t.me/ceritamotivasi IG/YouTube: @abdullahmakhrus Facebook: Abdullah Makhrus Web :www.abdullahmakhrus.com Telepon: 081333148884/085731058680

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Filosofi Sandal Jepit, Tips Menjaga Romantisme bersama Pasangan

17 Maret 2022   10:08 Diperbarui: 17 Maret 2022   10:09 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

SIAPA sih yang tidak memiliki sandal jepit di rumahnya? Ya, sandal jenis ini merupakan alas kaki yang paling terkenal dan dimiliki kebanyakan orang baik dari kalangan miskin hingga kaya raya.

Hal ini dikarenakan alas kaki yang satu ini mampu memberikan kenyamanan dalam berpergian santai. Selain itu, sandal jepit juga sangat mudah dan praktis untuk digunakan serta tidak membuat gerah pada kaki layaknya menggunakan sepatu.

Sandal jepit juga memiliki berbagai macam model yang dapat dipilih menyesuaikan selera baik untuk kaum pria maupun wanita. Masih banyak lagi kelebihan yang terdapat pada sandal jepit seperti sifat yang tahan lama serta mudah dipadupadankan dengan jenis pakaian santai

Namun, tahukah Anda. Apa penyebab sandal itu paling nyaman dipakai? Rahasianya sepele, karena sandal itu berpasangan kiri dan kanan. Dari namanya tentu memiliki perbedaan satu dengan yang lain terutama arah menghadapnya. Coba bayangkan jika benda ini Anda pakai keduanya kiri saja atau sebaliknya. Pasti repot kan memakainya?

Begitupun dengan teman hidup kita yang kita pilih saat ini? Sandal jepit ibarat pasangan hidup yang menemani kita menjalani peliknya kehidupan di dunia selama ini.

Anda yang sudah menikah entah berapa tahun pasti sudah merasakan. Ternyata pasangan hidup kadang tak selalu sejalan dengan ekspektasi kita. Sebelum menikah, kita berharap bahwa pasangan kita memiliki ciri ideal yang kita harapkan.

Jika Anda seorang suami, dulu sebelum menikah mungkin berpikir akan menemukan seorang istri yang cantik, pandai berdandan, ibadahnya rajin, pandai memasak, pintar membersihkan rumah dan seabrek impian indah lainnya.

Begitupun jika Anda seorang istri. Anda mungkin berpikir bahwa pasangan Anda memiliki perhatian lebih, menjadi pemimpin, meringankan pekerjaan di rumah, menemani ketika berbelanja, membantu mengurus anak  maupun segala kebutuhan rumah dan lain sebagainya.

Namun kenyataanya, yang selama ini kita temukan kadang justru berkebalikan dari harapan. Tak jarang yang kita temui malah  nampak berkebalikan dengan harapan atau bahkan tidak sesuai dengan kepribadian kita. Hal inilah yang membuat kita menjadi kecewa.

Padahal sejatinya, itulah yang harus kita terima dan kita syukuri. Bukankah kita dulu kita mengharapkan mendapatkan pasangan hidup? Tahu artinya pasangan? Ia merupakan pelengkap bagi yang lain. Jika ternyata yang kita dapatkan ternyata berkebalikan dengan pribadi kita, sesungguhnya Allah telah tepat menghadirkan pasangan hidup pada kita.

 Jika kita sering merasa kecewa, jengkel terhadap pasangan yang kadangkala tidak sejalan dalam pemikiran kita bukan berarti  itu hal yang menyebalkan. Namun, memang tugas kitalah untuk membantu menyempurnakan atau menyesuaikan diri dengan kekurangannya. Ibarat kapal yang sudah miring ke kiri, maka kita harus harus segera menyesuaikan miring ke kanan agar seimbang dan tidak terjungkal. 

Hidup berumah tangga tak selalu mulus berjalan, kadang ada saja sedikit guncangan dan rasa kesal menghinggapi kita? Tak perlu heran karena hidup ini adalah ujian  sesungguhnya. Tanpa bumbu kecewa rasanya tidak akan pernah ada selama kita masih  hidup di dunia. Sebab setiap kita dan pasangan punya isi kepala dan karakter berbeda.

Rasa kecewa karena hal-hal sepele sebenarnya sangat wajar terjadi. Tinggal seberapa cerdas kita memaknainya. Teringat akan pesan salah satu guru saya. Beliau pernah mengatakan sebuah inspirasi kehidupan dengan mengatakan. Penyebab stres itu cuma satu, karena ilmunya lebih sedikit dari masalahnya.

Jika kita  memiliki ilmu sebanyak lima sedangkan masalahnya ada tujuh, maka ada dua masalah yang tidak bisa ia selesaikan. Itulah yang membuat pusing dan stress dalam hidup kita. Namun jika ilmunya seratus dan masalahnya ada sembilan puluh sembilan. Ia masih memiliki kelebihan ilmu untuk menyelesaikan masalah hidupnya.

Karena itulah, wajar jika kita menemukan ada seorang kepala rumah tangga sering stress menjalani hidup karena hanya beberapa masalah hidup lantas memilih mengakhiri hidupnya.

Sementara ada orang lain yang menjabat ketua RT, ketua takmir, ketua yayasan, pimpinan organisasi dan jabatan lain namun ia tak tampak mengeluh sedikitpun dalam hidupnya.

Ternyata setelah diamati ia memang memiliki kapsitas ilmu melebihi masalahnya. Pantas saja tak pernah terlihat raut wajah murung atau stres dalam hidupnya. Karena itulah orang yang berilmu tidak pernah mengalami kesusahan dan kebuntuan dalam hidupnya.

Hal ini senada dengan pesan Allah:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (QS. al-Mujadilah : 11).

Nah, untuk itu penting bagi kita untuk terus mencari ilmu dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Ilmu menjalani kehidupan dunia terlebih ilmu untuk mempersiapkan kehidupan akhirat.

Maka, jika hari ini kita masih merasakan kekurangan pada pasangan hidup kita, maka bersyukurlah, karena jika semua sifat harus sama persis dengan kita, maka ia bukan disebut pasangan tapi kembaran. Setuju?✌️

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun