Mohon tunggu...
Abdullah Lamen
Abdullah Lamen Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Honor Pada MIS Tarbiyah Kukuwerang

Saya adalah seorang guru honorer yang berdedikasi di MIS Tarbiyah Kukuwerang, sebuah madrasah ibtidaiyah di wilayah Solor Timur Desa Watohari/ Kukuwerang. Dengan semangat mengajar yang tinggi, iasaya berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa-siswi meskipun dengan keterbatasan sebagai tenaga honorer. Selain fokus pada pengajaran, saya juga memiliki hobi bermain bola voli. Hobi ini menjadi salah satu cara bagi saya untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. saya sering menghabiskan waktu luang saya dengan bermain voli bersama rekan-rekan, baik di lingkungan sekolah maupun di komunitas sekitar. Kecintaan saya terhadap olahraga ini juga terkadang saya salurkan kepada para siswa, memberikan inspirasi tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan kerja sama dalam tim.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jejak Cinta Diantar Bintang

5 September 2024   21:44 Diperbarui: 5 September 2024   22:00 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Serangkai Alumni MIS Tarbiyah Kukuwerang Tahun 1997/dokpri

                                                                                  1. Pertemuan Dibawah Langit Malam

Arjuna, seorang pemuda sederhana dari desa kecil bernama Rengganis, selalu merasa ada yang istimewa dengan malam. Di saat kebanyakan orang tidur lelap, Arjuna lebih memilih duduk di atas bukit, memandangi bintang-bintang yang berkelip di langit. Bagi Arjuna, bintang-bintang adalah teman setianya, pendengar tanpa suara yang menemani malam-malamnya yang sunyi.

Desa Rengganis dikenal dengan langitnya yang jernih, jauh dari polusi cahaya, sehingga bintang-bintang tampak lebih terang. Arjuna, dengan rambut hitam pekat yang selalu berantakan dan mata tajam yang penuh dengan rasa ingin tahu, sering merenung di bawah langit luas, bertanya-tanya tentang arti kehidupan dan tempatnya di dunia ini.

Suatu malam, ketika ia sedang merenungi kehidupan, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Arjuna menoleh dan melihat seorang gadis berdiri tidak jauh darinya. Gadis itu, dengan rambut panjang tergerai dan wajah yang lembut, tampak tersesat dan sedikit bingung.

"Maaf, apakah ini jalan menuju desa?" tanya gadis itu dengan suara lembut yang hampir tenggelam dalam keheningan malam.

Arjuna berdiri dan tersenyum ramah. "Ini bukit di pinggiran desa. Desa ada di bawah sana," katanya sambil menunjuk ke arah cahaya lampu-lampu rumah yang terlihat dari kejauhan.

Gadis itu menghela napas lega. "Terima kasih. Aku baru pindah ke sini, jadi masih belum terbiasa dengan jalan-jalan di sini."

"Aku Arjuna," katanya, memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

"Maya," jawab gadis itu sambil tersenyum, menerima uluran tangan Arjuna.

Malam itu, mereka berbincang singkat. Arjuna membantu Maya menemukan jalan kembali ke rumahnya yang baru. Sepanjang jalan, mereka berbicara tentang hal-hal sederhana, seperti betapa indahnya malam di desa Rengganis dan bagaimana Maya menyukai suasana yang tenang dan damai.

Arjuna merasa ada yang berbeda dengan Maya. Dia bukan hanya gadis kota yang baru pindah ke desa, tetapi seseorang yang tampaknya memiliki kedalaman yang sama dalam pandangannya tentang kehidupan. Mereka berpisah di depan rumah Maya, namun ada janji tak terucap untuk bertemu lagi.

Malam berikutnya, seperti yang diduga Arjuna, Maya kembali ke bukit itu. Mereka mulai menjalin persahabatan yang tumbuh dari malam-malam panjang di bawah langit yang penuh bintang. Setiap bintang yang mereka pandangi bersama seolah menyimpan rahasia perasaan yang perlahan tumbuh di antara mereka.

                                                                               2. Janji Dibawah Bintang

Waktu berlalu, dan persahabatan mereka semakin erat. Maya sering bercerita tentang hidupnya di kota besar, bagaimana ia merindukan ketenangan yang ia temukan di desa ini. Arjuna, yang hidupnya sederhana dan penuh kedamaian, merasa seolah-olah dia menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya.

Suatu malam, saat bintang-bintang tampak lebih cerah dari biasanya, mereka berdua duduk di atas bukit, lebih dekat dari sebelumnya. Maya, yang tampak lebih hening dari biasanya, menatap langit dengan mata yang penuh harap.

"Arjuna," katanya lembut, "apa kamu percaya kalau bintang-bintang itu bisa menyimpan harapan kita?"

Arjuna tersenyum, menoleh padanya. "Mungkin. Kalau kamu percaya, mungkin harapan itu bisa sampai ke bintang-bintang."

Maya terdiam sejenak, seolah-olah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu. "Aku punya satu harapan. Aku berharap kita bisa selalu bersama, apapun yang terjadi."

Arjuna merasa hatinya berdegup lebih kencang. Ada sesuatu dalam suara Maya yang membuatnya merasa bahwa harapan itu bukan sekadar harapan biasa. "Aku juga berharap yang sama," jawab Arjuna dengan suara pelan, namun penuh kepastian.

Maya tersenyum tipis, lalu memandang ke langit. "Ayo kita buat janji. Setiap kali kita melihat bintang jatuh, kita akan mengingat janji ini."

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka membuat janji yang akan mengikat mereka dalam cara yang lebih dalam dari sekadar kata-kata. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi malam itu, mereka merasa yakin bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapi semuanya bersama.

Namun, ada sesuatu yang disembunyikan Maya dari Arjuna. Sebuah rahasia yang dia simpan rapat-rapat, takut jika mengungkapkannya akan merusak kebahagiaan yang sedang mereka nikmati.

                                                                                           3.Rahasia yang Terungkap

Musim berganti, dan ikatan antara Arjuna dan Maya semakin kuat. Namun, di balik senyum Maya, Arjuna mulai melihat tanda-tanda kelelahan yang tidak biasa. Mata Maya sering tampak lesu, dan dia semakin sering mengeluh sakit kepala. Arjuna merasa ada sesuatu yang salah, tetapi Maya selalu berhasil meyakinkannya bahwa itu hanya kelelahan biasa.

Hingga suatu hari, ketika Arjuna sedang berkunjung ke rumah Maya, dia menemukan sebuah amplop di meja Maya yang setengah terbuka. Amplop itu berisi hasil diagnosa medis yang membuat Arjuna terpaku: Maya didiagnosis menderita penyakit langka yang tak bisa disembuhkan. Arjuna merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Kenyataan pahit ini membuatnya terguncang, tetapi ia tahu bahwa dia harus tetap tegar untuk Maya.

Malam itu, Arjuna memutuskan untuk menanyai Maya tentang kebenaran dari apa yang dia temukan. Mereka duduk di atas bukit seperti biasanya, tetapi suasananya terasa berbeda. Maya tampak menyadari bahwa Arjuna mengetahui sesuatu.

"Aku menemukan hasil diagnosamu," Arjuna berkata dengan suara bergetar.

Maya menunduk, air matanya mulai mengalir. "Aku tidak ingin kamu mengetahuinya seperti ini. Aku hanya ingin kita bahagia selama waktu yang tersisa."

Arjuna merasakan campuran antara kesedihan dan amarah. "Kenapa kamu tidak memberitahuku? Aku bisa membantumu, kita bisa melalui ini bersama."

Maya menggelengkan kepalanya, tersenyum pahit. "Aku tidak ingin kamu terbebani dengan penyakitku. Aku hanya ingin kamu mengingatku sebagai seseorang yang membuatmu bahagia, bukan sebagai beban."

Malam itu, di bawah langit yang biasanya memberi mereka ketenangan, mereka merasakan rasa sakit yang tak terelakkan. Namun, Arjuna bertekad untuk memenuhi janjinya kepada Maya. Dia berjanji akan tetap di sisinya, apapun yang terjadi. Mereka mulai merencanakan hari-hari yang tersisa dengan hal-hal yang ingin mereka lakukan bersama, dengan Maya yang tahu bahwa waktunya semakin singkat.

                                                                                     4. Keajaiban Diantara Bintang

Setiap hari yang mereka lalui kini terasa seperti hadiah yang berharga. Mereka menghabiskan waktu bersama, mengunjungi tempat-tempat yang indah di sekitar desa, dan menikmati momen-momen kecil yang sebelumnya tak pernah mereka perhatikan. Maya semakin lemah, tetapi semangatnya untuk hidup tidak pernah padam. Ia ingin membuat setiap momen bersama Arjuna menjadi kenangan yang abadi.

Suatu malam, ketika Maya merasa bahwa waktunya hampir tiba, ia meminta Arjuna untuk membawanya ke bukit tempat mereka pertama kali bertemu. Malam itu, langit begitu cerah dengan ribuan bintang berkelip. Maya merasa bahwa ini mungkin malam terakhirnya untuk memandang bintang bersama Arjuna.

Ketika mereka berdua duduk di atas bukit, Maya mengungkapkan perasaannya yang terdalam kepada Arjuna. "Aku selalu mencintaimu, Arjuna. Lebih dari yang bisa kukatakan dengan kata-kata. Kamu adalah hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupku."

Arjuna, dengan air mata yang mengalir di pipinya, menggenggam tangan Maya erat-erat. "Aku juga mencintaimu, Maya. Dan aku akan selalu mencintaimu, apapun yang terjadi."

Saat mereka memandang langit, sebuah bintang jatuh melintasi langit malam. Arjuna dan Maya terdiam, merasa seolah-olah bintang itu adalah tanda dari alam semesta bahwa cinta mereka akan terus hidup, meskipun Maya harus pergi.

Maya tersenyum, matanya terpejam perlahan. "Ingat janji kita, Arjuna. Setiap kali kamu melihat bintang jatuh, ingatlah bahwa aku selalu bersamamu."

Arjuna mengangguk, menahan isak tangisnya. Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Maya pergi dengan tenang, meninggalkan Arjuna dengan kenangan indah tentang cinta mereka.

                                                                  5. Jejak Cinta Yang Abadi

Arjuna duduk sendirian di atas bukit tempat ia dan Maya biasa menghabiskan malam-malam mereka. Malam ini, bintang-bintang tampak begitu dekat, seolah-olah hanya dengan mengulurkan tangan, ia bisa meraih mereka. Namun, kenyataan yang pahit segera menghampirinya; tak ada lagi Maya di sampingnya, tak ada lagi tawa manis yang membuat malamnya hangat. Kini, hanya ada kesunyian dan kenangan yang tersisa.

Sejak kepergian Maya, bukit ini menjadi satu-satunya tempat di mana Arjuna merasa dekat dengannya. Di sini, setiap bintang yang berkelip seolah mengingatkannya pada cinta yang mereka bagi. Bagi orang lain, bintang hanyalah benda mati yang jauh di angkasa, tetapi bagi Arjuna, mereka adalah jejak cinta yang abadi, kenangan Maya yang selalu hidup di hatinya.

Waktu berlalu, tetapi rasa kehilangan itu tidak pernah benar-benar pergi. Arjuna merasa hampa, seolah-olah sebagian dari dirinya hilang bersama Maya. Namun, ia tahu bahwa ia harus terus hidup, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk memenuhi janji yang pernah ia buat kepada Maya. Arjuna pun memutuskan untuk menulis kisah cinta mereka, mengabadikan setiap momen indah yang mereka lalui bersama dalam sebuah buku.

Buku itu ia beri judul "Jejak Cinta di Antara Bintang," sebuah penghormatan kepada Maya dan cinta mereka yang tak pernah padam. Setiap halaman buku itu berisi kenangan-kenangan tentang Maya, dari pertemuan pertama mereka di bukit, janji-janji yang mereka buat di bawah bintang, hingga saat-saat terakhir yang mereka lalui bersama. Arjuna menulis dengan hati yang penuh rasa cinta dan kehilangan, tetapi juga dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan terus hidup melalui kata-kata ini.

Buku itu tidak hanya menjadi kenangan bagi Arjuna, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Ia menerbitkannya, dan dengan cepat buku itu menjadi populer, dibaca oleh orang-orang yang terinspirasi oleh kisah cinta sejati yang abadi. Mereka yang membaca buku itu merasakan kedalaman cinta Arjuna dan Maya, dan bagaimana cinta itu tetap hidup meskipun mereka harus terpisah oleh takdir.

Arjuna merasa bahwa dengan menuliskan kisah mereka, ia telah memenuhi janji terakhirnya kepada Maya. Setiap kali ia melihat bintang jatuh, ia tersenyum, mengingat janji mereka dan merasakan kehadiran Maya yang selalu ada di sisinya. Meski Maya telah tiada, cinta mereka tidak pernah benar-benar mati; ia terus hidup di antara bintang-bintang, dalam hati Arjuna, dan dalam buku yang kini menjadi jejak cinta mereka yang abadi.

Pada suatu malam yang istimewa, ketika Arjuna kembali ke bukit itu, ia membawa sebuah buku lagi, buku kedua yang ia tulis setelah "Jejak Cinta di Antara Bintang". Buku ini ia beri judul "Kenangan Malam yang Abadi," sebuah buku yang berisi puisi-puisi yang ia tulis setelah kepergian Maya. Di halaman pertama buku itu, Arjuna menulis dedikasi khusus untuk Maya: "Untuk Maya, bintangku yang paling terang, yang selalu bersinar di hatiku."

Arjuna duduk di atas bukit, membuka halaman pertama buku itu, dan mulai membaca puisi-puisinya dalam hati. Ia merasakan kehadiran Maya di setiap kata, di setiap bait, seolah-olah Maya duduk di sampingnya, tersenyum lembut seperti yang selalu ia lakukan.

Malam itu, ketika Arjuna menatap langit, sebuah bintang jatuh melintasi cakrawala. Dengan senyum di wajahnya dan air mata di matanya, Arjuna mengucapkan terima kasih kepada Maya, kepada bintang-bintang, dan kepada cinta yang telah memberinya kekuatan untuk terus hidup. Ia tahu bahwa kisah mereka tidak akan pernah berakhir, bahwa jejak cinta mereka akan terus hidup di antara bintang-bintang, abadi dan tak terhapuskan oleh waktu.

Dan begitulah, Arjuna akhirnya menemukan kedamaian dalam hatinya, mengetahui bahwa cinta mereka akan selalu ada, tidak peduli seberapa jauh Maya telah pergi. Bukit itu, bintang-bintang itu, dan kata-kata dalam buku yang ia tulis, semuanya menjadi simbol dari cinta yang akan selalu abadi---cinta yang tidak pernah pudar, tidak pernah hilang, dan akan selalu bersinar terang di antara bintang-bintang di langit malam.

TAMAT

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun