Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 lebih pulau yang tersebar dari sabang sampau merauke, dari nias hingga rote. Dengan garis pantai mencapai 100.000 km, Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 merupakan 71% dari keseluruhan wilayah Indonesia. Fakta-fakta tersebut seakan-akan dilupakan begitu saja oleh bangsanya, seperti peribahasa "semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak". Kita sibuk mencari-cari kekayaan dan mengandalkan apa yang ada di darat saja. Padahal potensi laut di Indonesia begitu banyak yang masih belum dimaksimalkan. Potensi-potensi yang dapat dilihat oleh kami mahasiswa teknik kelautan selain migas adalah sebagai berikut.
Sektor Energi Terbarukan
laut merupakan salah satu penyuplai energy terbarukan yang sangat berpotensi di Indonesia. Sebagai mahasiswa teknik kelautan, kami memahami bagaimana energy lautan dari pasang surut, gelombang, salinitas, hingga perbedaan suhu laut dapat dikonversikan menjadi energy listrik. Kondisi geografis Indonesia merupakan salah satu hambatan dalam pemasokan listrik ke sejumlah daerah dan pulau-pulau terpencil. Dewan Energi Nasional menyebutkan dari bahwa energy laut saja sudah berpotensi menghasilkan 17,9 GW, jumlah yang mampu membantu memenuhi kebutuhan listrik nasional utamanya di daerah-daerah tersebut.
Laut bagian selatan Indonesia khususnya di pulau jawa memiliki potensi gelombang laut yang besar untuk dikonversikan menjadi energy listrik. Sebuah penelitian berlokasi di pesisir selatan Jawa Barat tepatnya bernama Cidaun mencatat ketinggian gelombang mencapai 3 meter secara terus menerus dapat menghasilkan energy hingga 42,41 kW/m. Hanya dengan sebuah perangkat menggunakan buoy sebagai penggeraknya berdiameter sebesar 2 meter, mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga perkotaan hingga 300 rumah atau pedesaan hingga 700 rumah.
Selain energy gelombang laut, Indonesia juga dikenal akan potensi energy lautnya yang berupa panas lautan atau yang lebih dikenal dengan istilah ocean thermal energy conversion (OTEC). Potensi OTEC yang kita miliki merupakan yang terbesar di dunia! OTEC juga paling cocok dikembangkan di Indonesia karena minim resiko terjadi badai di perairannya. Hal ini juga sudah diklarifikasi oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) Kementerian ESDM, Ediar Usman. Karena kita berada dalam perairan laut tropis, sangat mudah ditemukan perbedaan temperature air laut mulai dari pantai barat Sumatra hingga yang terbesar potensinya di wilayah timur Indonesia. Diprediksi dari OTEC ini mampu menghasilkan hingga 41GW . Energi ini tidak hanyak akan mengasilkan listrik saja, tetapi juga dapat menghasilkan air murni akibat penguapan air laut. Pemanfaatan OTEC juga akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar di bidang perikanan karena akan memberikan nustrisi pada biota laut di permukaan laut. Nutisi tersebut bersumber dari laut dalam yang kaya akan nutrisi yang kemudian dibawa ke atas.
Energi terbarukan yang lainnya yang bisa kita manfaatkan dari laut adalah energy pasang surut (pasut). Lagi-lagi, wilayah timur Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pemanfaatan energy pasut ini. Arus laut menghasilkan energy yang lebih besar memiliki densitas 832 kali lebih rapat dibandingkan energy angin. Teknologi pembangkit listrik tenaga pasut ini mudah untuk dibuat, bertahan untuk waktu yang lama, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK), dan memiliki dampak lingkungan yang sangat minim. Selain itu, pasut dapat lebih mudah diprediksi dibandingkan energy terbarukan lainnya. Namun energy pasut seringkali tidak memenuhi pola kebutuhan listrik harian sehingga dianggap tidak memuaskan.
Pada akhirnya semua kembali ke permasalahan teknologi dan biaya. Teknologinya yang terbilang advanced menyebabkan pengaplikasian teknologi pembangkit listrik tenaga energy laut menjadi sulit untuk dieksekusi. Pemerintah juga terkesan kurang berinvestasi dalam pengembangan teknologi ini. Secara biaya, tariff per kWh dari energy laut cukup bersaing dengan tariff PLN, kecuali OTEC yang memiliki tariff yang cukup tinggi. Sudah waktunya kita mengembangkan teknologi untuk menghasilkan energy yang terbarukan untuk mengurangi polusi udara akibat penggunaan energy fosil. Masyarakat terpencil juga akan menikmati hadirnya listrik sehingga fasilitas kemanusiaan dan perekenomoian dapat meningkat.
- Sektor Pelabuhan
Pelayaran berperan sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, permerintahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Salah satu bagian pelayaran adalah pelabuhan. Pelabuhan tidak hanya berfungsi tempat bersandarnya kapal, tetapi pelabuhan juga merupakan pintu gerbang perekonomian. Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur vital sebagai penggerak roda perekonomian. Perdagangan dunia berjalan melalui jalur laut hingga 90 persen, di mana 40 persen diantaranya melalui perairan Indonesia. Namun proposi pelabuhan di Indonesia masih kurang merata. Sebanyak 65 persen atau 46 pelabuhan berada di wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sedangkan di wilayah timur yang memiliki perairan lebih luas hanya sebesar 35 persen atau 25 pelabuhan dengan infrastruktur pelabuhan yang kurang memadai.
Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan tersibuk saat ini menangani lebih dari 30 persen komoditi non migas dan 50 persen dari seluruh arus barang yang keluar dan masuk Indonesia. Ini menunjukkan bahwa pelabuhan-pelabuhan lain belum siap untuk membantu Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu gerbang perekonomian. Namun kabar baiknya, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan Pelabuhan Patimban untuk mengurangi beban Pelabuhan Tanjung Priok serta mendongkrak perekonomian. Posisinya yang strategis di Subang, Jawa Barat, akan mempermudah kawasan industri di sepanjang utara Jawa untuk proses ekspor-impor. Selain itu pelabuhan patimban akan membuka hingga 200.000 lapangan kerja baru bagi masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar pelabuhan.
Salah satu pelabuhan yang berpotensi besar lainnya untuk dikembangkan adalah Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Pelabuhan ini digadang-gadang sebagai the next logistic and supply chain hub di Indonesia. Letaknya yang sangat strategis yaitu di Selat Malaka yang dilewati 25 persen komoditas perdagangan internasional dan menjadi jalur utama ekspor-impor Indonesia. Kawasan Pelabuhan Kuala Tanjung didukung akses jaringna transportasi terpadu berupa jalan tor trans-Sumatera dan jaringan jalur kereta api yang langsung masuk ke dalam kawasan industri pelabuhan. Pengembangan Kuala Tanjung bisa dijadikan model untuk pengembangan pelabuhan yang terintegrasi di Indonesia. Namun, itu bukanlah hal yang mudah. Untuk hal itu membutuhkan modal besar dan kualitas manajemen pelabuhan berstandar internasional agar pelabuhan dapat berfungsi dengan efisien dan berdaya saing.
Pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia juga masih mengalami permasalahan yang umum dan masih coba diselesaikan. Pelabuhan kecil juga masih memerlukan perbaikan serta pengembanganan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Pelabuhan harus menjadi salah satu fokusan utama pemerintah dalam mendongkrak perekonomian negara. Tidak hanya fasilitas pelabuhan, Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM)
Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang kami pelajari dan pahami bahwa keduanya harus dikembangkan lebih lanjut. Kami meyakini bahwa ketika kedua sektor tersebut dikembangkan lebih lanjut Indonesia mampu mendongkrak perekonomian negara dan menyejahterakan masyarakatnya. Tetapi semuanya tidak bisa diselesaikan sendirian. Minimal kita sebagai masyarakat harus paham betul betapa pentingnya memaksimalkan potensi laut ini bagi kita sebagai negara kemaritiman. Akhir kata, mari kita sama-sama mendoakan untuk tokoh nasional Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, sang penjaga kedaulatan maritime Indonesia. Karena berkat beliaulah, Indonesia menjadi seperti ini, yang disatukan dengan laut yang begitu luas. Hamparan laut seluas 5,8 juta km persegi, nusantara yang terbentang sepanjang 100.000 km garis pantai dengan 17.000 lebih pulau di dalamnya dapat bersatu. Berkat kegigihannya, nama Djuanda dikenal tak akan pernah hilang di dalam dunia kelautan dan kemaritiman dunia. Tepatnya pada Konvensi Hukum Laut PBB atau lebih dikenal dengan UNCLOS, United Nation Convention on Law of Sea).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H