MEMBANGUN HARMONI UKHUWAH BERSAMA ANAK-ANAK SURGA
(mengkondisikan lingkungan belajar yang ideal bagi Anak Berkubutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Inklusi)
Abdullah Afif, S.Pd*
Mendapat perhatian dan kasih sayang adalah fitrah semua anak, tidak terkecuali anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Terutama dalam layanan pendidikan. Memasuki abad ke-21, perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa melahirkan sebuah tuntutan besar pada sumber daya manusianya. Bagaimana tidak? Pada abad ini persaingan global tidak bisa kita hindari, maka di butuhkan sumber daya manusia unggul yang mampu untuk menghadapinya. Menjawab tantangan tersebut lembaga pendidikan berlomba-lomba dalam menyiapakan generasi yang siap bersaing di zamannya. Termasuk juga mereka yang berkebuhan khusus (ABK)
Berdasarkan Peraturan Wali Kota Probolinggo No 4 Tahun 2014 tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus. Pada tanggal 27 Oktober 2014 Kota Proolinggo juga mendeklarasikankan dirinya menjadi Kota Inklusi. Mendapat identitas menjadi Kota Inklusi mempunyai konsekuensi logis bagi para pemangku kebijakan untuk bersama-sama melayani dan mengembangkan anak berkebutuhan khusus (ABK) layaknya warga Kota Probolinggo pada umumnya. Melalui pendidikan Inklusi masyarakat Kota Probolinggo yang memiliki kebutuhan khusus dalam hal ini anak ABK dapat terlayani dengan baik sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki agar siap menghadapi tuntutan zaman.
Namun, harapan tidak selalu indah dengan kenyataan. Pendidikan Inklusi yang digaungkan tidak semua berjalan lancar, Faktanya anak berkebutuhan khusus (ABK) yang belajar di sekolah inklusi masih sering di kucilkan bahkan menjadi sasaran bahan pembicaraan teman-teman sekelasnya (bullying). Hal ini apabila tetap di abaikan maka harapan sekolah Inklusi tidak akan pernah tercapai.
Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar di sekolah inklusi adalah lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Lingkungan belajar bukan hanya bicara tentang fasilitas bagungan serta sarpras sekolah. Namun lebih utama adalah lingkungan sosial dimana mereka berinteraksi satu sama lain untuk belajar. Membentuk lingkungan sosial yang idea di sekolah inklusi tidaklah mudah, di butuhkan sinergisitas bersama antar sesama guru, guru dengan siswa,guru denga wali murid, siswa dengan siswa, siswa dengan masyarakat sekitar. faktanya banyak yang gagal membangun sinergisitas bersama ini. Salah satu penyebabnya adalah stigma negatif atau pemahaman yang kurang tentang mereka yang berkebutuhan khusus (ABK). Sering terdengar kalimat “ siswa biasa saja sudah banyak masalah, apalagi yang berkebutuhan khusus (ABK) pasti menjadi masalah” baik dari guru,siswa dan kebanyakan masyarakat yang belum paham tentang anak berkebutuhan khusus (ABK). Stigma negatif inilah yang harus kita ubah bersama dengan pandangan yang lebih luas .
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Adalah Anak Surga
Kita tidak bisa memilih lahir seperti apa?, lahir dari rahim siapa?, lahir di tempat yang bagaimana? Bahkan lahir dalam bentuk seperi apa?. Semua adalah kehendak mutlak sang pencipta Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya dan sebaik-baiknya penciptaan di banding makhluk lainnya. Tentunya AllAh SWT tidak pernah salah dan gagal dalam penciptaannya. Meskipun dalam penciptaannya ada yang tidak lazim seperti kebanyakan pada umumnya, seperti anak berkebutuhan khusus (ABK) . Kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna ganda, lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan luar biasa (genius).
Segala kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) pastilah menyimpan rahasia tersendri yang Allah SWT kirim kepada kita. Seperti firman Allah SWT dalam Alquran yang artinya” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Qs. Al-Hujurat: 13). Dari ayat tersebut dapatlah kita ambil hikmah dengan mengenal mereka lebih dekat, menjadikan menjadikan kita semakin faham bahwa kondisi fisik seseorang, tidaklah menjadi jaminan kemuliaan dihadapan Allah SWT. Bisa jadi merekalah, anak berkebutuhan khusus (ABK) lebih mulia dihadapan Allah SWT.
Semangat inilah yang harus selalu kita bangun bersama, dengan selalu menyandarkan diri kepada sang maha pencipta Allah SWT. Kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) yang kadang merepotkan, kadang membuat keributan, kadang menguji kesabaran bagi guru, dan teman disekolah, maka disitulah Allah SWT memberi pelajaran kepada kita untuk senantiasa bersabar, untuk saling mengingatkan, untuk saling berbagi dan berempati kepada mereka. Dengan demikian kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) bersama kita adalah jembatan untuk sampai di tempat yang mulia, yakni surga.
Membangun Harmoni Ukhuwah Melalui Lingkungan Belajar yang Kondusif
Perbedaan bukanlah sebuah penghalang dalam persatuan. Jika kita melihat pelangi maka tampak perbedaan warna bersatu menjadi keindahan yang selalu dirindukan oleh setiap orang ketika hujan datang. Begitu pula ketika mendengarkan alunan music orchestra, dari berbagai jenis alat music bersatu menjadi sebuah alunan harmoni yang enak di dengar. Sama halnya dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah kita. Mungkin sedikit berbeda dengan kebanyakan siswa lainnya. Kehadiran mereka janganlah di anggap menjadi penghalang dan penghambat untuk kemajuan sekolah. Sebaliknya kita harus bangga dengan mereka.
Berlakunya Kurikulum 2013 dengan program penguatan pendidikan karakter (PPK) sangat memungkinkan keberhasilan pendidikan bersama anak berkebutuhan khusus (ABK). Mengapa tidak? Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi PPK sangat memungkinkan untuk tumbuhnya karakter yang tanggguh serta kokoh dalam menghadapi keberagaman. Berdasarkan Perpres No.87 Tahun 2017 tentang PPK mendefinisikan bahwa PPK sebagai “Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1)
Dari perpres tersebut nampak jelas pelaksanaan PPK di sekolah inklusi dapat dilaksanakan dengan efektif baik melalui basis kelas, pembudayaan sekolah, serta melalui basis masyarakat. Melalui basis kelas, dengan adanya anak berkebutuhan khusus (ABK) siswa regular dapat belajar untuk mengasah hati untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah karena tidak dilahirkan sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Di lain sisi ketika ada kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) dikelas dengan ketunaan tertentu memungkinkan siswa regular untuk berempati serta membantu agar temannya dapat belajar dan bermain bersama.
Sedangkan melalui basis pembudayaan serta pembiasaan disekolah, mulai dari gerakan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, santun), berdoa sebelum memulai aktifitas serta cinta lingkungan akan sangat membantu siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar bersosialisasi bersama siswa regular sebelum nanti terjun dan berinteraksi di lingkungan masyarakat. khusunya pada sekolah inklusi berbasis Agama Islam pembudayaan membaca Al Quran secara bersama juga dapat menjadi terapi yang efektif serta bernilai pahala. Karena bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) bersalaman dengan guru, berbicara sopan, serta membuang sampah pada tempatnya adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan terutama pada ketunaan tertentu. Dengan adanya pembudayaan secara masif baik dari guru, siswa dan semua warga sekolah maka karakter tersebut dapat di terima serta dibiasakan oleh siswa anak berkebutuhan khusus (ABK). Adanya perubahan perilaku serta sikap pada anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan keberhasilan besar dari sebuah lembaga pendidikan inklusi.
Selanjutnya integrasi PPK melalui basis masyarakat, harus di mulai dengan memberi pemahaman secara kompleks tentang anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat menerima mereka. Sarana yang efektif untuk sosialisasi dan memberi pemahaman tentang tanggung jawab bersama atas kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah melalui parenting atau pertemuan paguyuban wali murid secara berkala. Apabila kegiatan ini sudah berjalan dengan baik maka program PPK yang melibatkan masyarakat dapat dijalankan. Salah satunya melalui kegiatan outing class yang melibatkan masyarakat sekitar/dunia usaha sekitar. Adanya kegiatan ini anak berkebutuhan khusus (ABK) akhirnya dapat belajar bermasyarakat meskipun masih mendapat pendampingan dari guru pendamping khusus (GPK)
Apabila sinergi antara orangtua, kelas,pembudayaan sekolah serta pelibatan masyarakat terbagun dengan baik, maka kegiatan olah hati, olah pikir, olah raga dapat terlaksana dengan optimal. Termasuk internalisasi penguatan pendidikan karakter (PPK) baik siswa regular dan anak berkebuhan khusus (ABK) dapat berkembang bersama. Nilai karakter yang di harapkan dapat tumbuh seperti relegius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong serta integritas bagi semua warga belajar disekolah inklusi. Dengan demikian adanya komiten bersama ini maka terbentuklah sinergi ukhuwah semua pihak yang akan mengantarkan kita, kepada bangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kokoh sesuai dengan cita-cita luhur pancasila dan UUD 1945. Amin…
*) Kepala SMPIT Permata Kota Probolinggo 2016-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H