Membangun Harmoni Ukhuwah Melalui Lingkungan Belajar yang Kondusif
Perbedaan bukanlah sebuah penghalang dalam persatuan. Jika kita melihat pelangi maka tampak perbedaan warna bersatu menjadi keindahan yang selalu dirindukan oleh setiap orang ketika hujan datang. Begitu pula ketika mendengarkan alunan music orchestra, dari berbagai jenis alat music bersatu menjadi sebuah alunan harmoni yang enak di dengar. Sama halnya dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah kita. Mungkin sedikit berbeda dengan kebanyakan siswa lainnya. Kehadiran mereka janganlah di anggap menjadi penghalang dan penghambat untuk kemajuan sekolah. Sebaliknya kita harus bangga dengan mereka.
Berlakunya Kurikulum 2013 dengan program penguatan pendidikan karakter (PPK) sangat memungkinkan keberhasilan pendidikan bersama anak berkebutuhan khusus (ABK). Mengapa tidak? Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi PPK sangat memungkinkan untuk tumbuhnya karakter yang tanggguh serta kokoh dalam menghadapi keberagaman. Berdasarkan Perpres No.87 Tahun 2017 tentang PPK mendefinisikan bahwa PPK sebagai “Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1)
Dari perpres tersebut nampak jelas pelaksanaan PPK di sekolah inklusi dapat dilaksanakan dengan efektif baik melalui basis kelas, pembudayaan sekolah, serta melalui basis masyarakat. Melalui basis kelas, dengan adanya anak berkebutuhan khusus (ABK) siswa regular dapat belajar untuk mengasah hati untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah karena tidak dilahirkan sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Di lain sisi ketika ada kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) dikelas dengan ketunaan tertentu memungkinkan siswa regular untuk berempati serta membantu agar temannya dapat belajar dan bermain bersama.
Sedangkan melalui basis pembudayaan serta pembiasaan disekolah, mulai dari gerakan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, santun), berdoa sebelum memulai aktifitas serta cinta lingkungan akan sangat membantu siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar bersosialisasi bersama siswa regular sebelum nanti terjun dan berinteraksi di lingkungan masyarakat. khusunya pada sekolah inklusi berbasis Agama Islam pembudayaan membaca Al Quran secara bersama juga dapat menjadi terapi yang efektif serta bernilai pahala. Karena bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) bersalaman dengan guru, berbicara sopan, serta membuang sampah pada tempatnya adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan terutama pada ketunaan tertentu. Dengan adanya pembudayaan secara masif baik dari guru, siswa dan semua warga sekolah maka karakter tersebut dapat di terima serta dibiasakan oleh siswa anak berkebutuhan khusus (ABK). Adanya perubahan perilaku serta sikap pada anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan keberhasilan besar dari sebuah lembaga pendidikan inklusi.
Selanjutnya integrasi PPK melalui basis masyarakat, harus di mulai dengan memberi pemahaman secara kompleks tentang anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat menerima mereka. Sarana yang efektif untuk sosialisasi dan memberi pemahaman tentang tanggung jawab bersama atas kehadiran anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah melalui parenting atau pertemuan paguyuban wali murid secara berkala. Apabila kegiatan ini sudah berjalan dengan baik maka program PPK yang melibatkan masyarakat dapat dijalankan. Salah satunya melalui kegiatan outing class yang melibatkan masyarakat sekitar/dunia usaha sekitar. Adanya kegiatan ini anak berkebutuhan khusus (ABK) akhirnya dapat belajar bermasyarakat meskipun masih mendapat pendampingan dari guru pendamping khusus (GPK)
Apabila sinergi antara orangtua, kelas,pembudayaan sekolah serta pelibatan masyarakat terbagun dengan baik, maka kegiatan olah hati, olah pikir, olah raga dapat terlaksana dengan optimal. Termasuk internalisasi penguatan pendidikan karakter (PPK) baik siswa regular dan anak berkebuhan khusus (ABK) dapat berkembang bersama. Nilai karakter yang di harapkan dapat tumbuh seperti relegius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong serta integritas bagi semua warga belajar disekolah inklusi. Dengan demikian adanya komiten bersama ini maka terbentuklah sinergi ukhuwah semua pihak yang akan mengantarkan kita, kepada bangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kokoh sesuai dengan cita-cita luhur pancasila dan UUD 1945. Amin…
*) Kepala SMPIT Permata Kota Probolinggo 2016-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H