Yo yoRabu, 26 Desember 2018...
Rabu, 26 Desember 2018
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pujian karena akhirnya blog ini update lagi juga hanya pantas dihaturkan pada-Nya. Setelah terbebas dari rutinitas melelahkan selama nyaris sebulan ini, akhirnya saya kembali punya waktu untuk menulis (baca : mengunggah tulisan). Menjadikan postingan kali ini mungkin menjadi satu-satunya postingan di Bulan Desember, sekaligus penutup di tahun 2018.
Nah, melanjutkan deep topic explanation kemarin, hari ini saya akan kembali memberikan list novel terbaik karangan Tere Liye. Dan karena sebelumnya list sudah sampai di novel kedelapan, akan kita awali artikel ini dengan novel di urutan sembilan.
Ok, mari kita mulai :
Kesembilan, Negeri Para Bedebah (2012)
Seperti novel-novelnya yang lain, Tere Liye berhasil mengemas isu-isu penting sembari menyisipkan drama menguras air mata dalam novel ini. Negeri Para Bedebah menguak betapa buruk cara-cara yang ditempuh para konglomerat dalam mempertahankan hartanya, lewat Tommy, pakar ekonom yang memiliki dendam masa lalu akan pahitnya masa kecil yang ia terima.
Beberapa teori yang dipaparkan berhasil membuat saya takjub. Aksi laga dan pelarian yang tak ada habisnya menciptakan suspens menyenangkan. Dan bagian terbaiknya, justru datang dari sebuah legenda Mata Picak yang dituturkan begitu kelam dan kejam.
Kesepuluh, Sepotong Hati yang Baru (2012)
Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek dengan tema serupa, yaitu cinta. Semua kisah yang ada di dalamnya menarik, unik dan orisinil. Bang Tere bahkan bermain-main dalam salah satu cerita berjudul "Itje Noerbaja & Kang Djalil", dengan menulis keseluruhan cerita menggunakan ejaan lama.
Dari total delapan cerita, "Sepotong Hati yang Baru"--cerita yang judulnya dipakai untuk buku ini--menjadi yang paling saya suka. Bagaimana cara Bang Tere menjelaskan makna sepotong hati yang baru, konfliknya, tokoh-tokohnya, semuanya manis. Membuat sepotong hati yang baru itu melekat sempurna sebagai satu kesatuan.