Sebagai inspirator dunia, Nabi SAW tampil memimpin transformasi moral, sosial, kultural, dan politik dengan aktualisasi keteladan dalam integrasi kompetensi kepribadian, kompetensi komunikasi, kompetensi kolaborasi lintas budaya, dan kepemimpinan yang efektif dan humanis. Beliau berhasil melalui masa-masa sulit saat di Mekkah dengan mengadvokasi dan melindungi para sahabatnya. Beliau rela berkorban dan menderita demi keselamatan dan keamanan pengikutnya.
Setelah berhasil hijrah dari Mekkah ke Madinah, Nabi SAW menginspirasi dunia dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin (dari Mekkah) dan Anshar (pribumi Madinah), lalu menyatukan umat Islam dan pemeluk agama lainnya. Beliau sukses menorehkan tinta emas dengan membuat Shahifah (Mitsaq) Madinah, sebuah traktat perjanjian damai, harmoni, dan kolaborasi lintas agama: Yahudi, Nashrani, dan komunitas lainnya dalam bingkai persatuan, perdamaian, kerukunan, toleransi, dan keamanan sosial dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Visi agung Nabi dalam membangun peradaban luhur juga menjadi inspirasi damai yang sarat nilai dan wawasan kemanusiaan universal. Ketika Umar bin Khattab dan sebagian sahabat memrotes beberapa poin dari isi perjanjian damai Shulh al-Hudaibiyah, Nabi tidak bersikap egois, mau menang sendiri. Beliau sangat arif dan berpikir strategis dalam mengedepankan pentingnya perdamaian, dengan sedikit mengalah (mengakomodasi usulan juru bicara kafir Quraisy), demi terwujudnya perdamaian. Karena hidup damai itu sumber inspirasi untuk memikirkan, merenungi, dan mengamalkan keagungan dan keindahan nilai-nilai Islam.
Keteladanan profetik beliau dalam membangun peradaban merupakan inspirasi sarat nilai. Ketika musuh-musuh Islam berprasangka buruk saat Fathu (pembebasan) Makkah bahwa Nabi dengan pasukannya datang untuk membalas dendam dan menghabisi mereka, beliau justeru memberi tawaran perdamaian dan pengampunan massal, tanpa pertumpahan darah setetespun. Bahkan, penduduk Mekkah yang merasa tidak nyaman tinggal di Mekkah dan ingin meninggalkannya, Nabipun mempersilakan: “Silakan kalian pergi. Kalian hari ini dibebaskan, tidak diperangi, tidak dimusuhi, tetapi dilindungi dan diberi jaminan keamanan.”
Dunia sangat berhutang budi kepada keteladanan, kepemimpinan, dan inspirasi Nabi. Legasi profetik, Alquran dan as-sunah, tidak hanya penting dikaji, didalami, dan dijadikan sebagai referensi dalam berislam, tetapi juga harus dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam meneguhkan akidah tauhid dan kebangkitan moral menuju khaira ummah (umat terbaik) yang berperadaban maju dan berkeadaban mulia. Meneladani sang inspirator dunia sejatinya merupakan energi positif yang menggerakkan transformasi sosial menuju kejayaan umat, bangsa, dan dunia. Shallahu alaihi wa sallam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H