Mudik adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang dilakukan oleh ummat Islam pada bulan Ramadhan guna menjalankan lebaran di kampung untuk melaksanakank ibadah sholat Id, sungkeman dan berkumpul dengan sanak famili, kegiatan ini biasanya dilaksanakan setahun sekali menjelang hari Raya Idul Fitri
Tahun 2023 pemerintah telah memperkenankan para migran atau perantau untuk mudik ke kampung halaman, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengumumkan adanya libur menjelang hari raya 1444 H, khususnya bagi ASN, TNI dan Polri dan tentunya juga diikuti oleh masyarakat secara umum
Adanya restu pemerintah terkait kegitan mudik ke kampung halaman disambut sangat antusias oleh warga, sebab sudah lama kegiatan seperti ini dilarang mengingat wabah pandemi covid-19 belum usai, sehingga gegap gembita ASN dan warga begitu antusias dalam melaksanakan kegiatan pulang kampung atau biasa disebut mudik.
Tentang Libur Cuti untuk lebaran tahun ini, banyak mengalami simpang siur hingga perubahan tanggal cutinya, Walaupun demikian kebijakan liburan cuti mudik ini tidak terlalu dipersoalkan, sebab ditengarai bahwa ide dan pergeseran tanggal, merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memecah gelombang pemudik guna kepentingan mengurai kemacetan di jalan dan terjadinya perkumpulan massa yang cukup besar
Banyak cerita menarik dari kegiatan mudik, dengan varian dan tradisinya di masing-masing daerah, namun lazimnya mudik adalah identik dengan berkumpulnya keluarga besar, silaturrahim, berbagi rezeki (zakat, infaq, shodaqoh dan hadiah) atau istilah lainnya menerima "ampau" bagi warga kapung, anak-anak atau keponakan
Kali ini penulis akan sedikit menceritakan tradisi atau prinsip dari salah seorang teman di Kantor dalam melaksanakan mudik tahun 2023. Tradisi atau prinsip yang dipatrikan teman saya ini sudah lama dijalankan dan menurut penulis tradisi atau kegiatan itu adalah kegiatan yang menarik dan patut untuk dilestarikan
Yunu Sudarto, S. Ag adalah sosok teman saya yang sama-sama bekerja di IAIN Palangka Raya khususnya di Unit Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Palangka Raya. Dia Asli orang suku banjar dari kabupaten Banjar, sekilas mendengar atau membaca namanya tidak ada yang menyangka jika ia adalah berasal dari suku banjar, sebab Namanya khas dengan suku jawa secara umum
Dari ke kepoan yang penulis miliki, terbukalah ta'bir pemberiaan nama dengan ciri khas nama orang suku jawa. bahwa menurutnya seluruh keluarganya memiliki nama khas dari suku jawa. Â Usut punya usut pemberian nama itu adalah wujud dendam dan pengalaman pahit dari orangtua sahabat saya tadi. (tentang penamaan ini akan penulis ceritakan pada judul tulisan berikutnya)
Jadi tradisi yang sudah mandarah daging dari yunu Sudarto, S. Ag saat mudik adalah memberikan shodaqoh uang dalam amplop sepantasnya pada beberapa tetangga yang nantinya diminta untuk membacakan surah yasin dan tahlil di kubur untuk dihadiahkan pada Ibunya yang sudah meninggal. Walaupun nantinya keluarga besar Yunu Sudarto, S. Ag juga akan ziarah dan membaca Surah Yasin dan Tahlil untuk almarhumah Ibunya, namun di momen hari Raya ini juga banyak warga yang ziarah, maka sekalian mereka diminta tolong untuk juga menyempatkan mampir di makam almuham Ibu Yunu Sudarto, S. Ag untuk membaca yasin dan tahlil bagi ibunya dan diberi penghargaan dengan uang yang sudah disiapkan sebelumnya
Menurut Yunu Sudarto, S. Ag Hari Raya adalah momen spesial, maka sebagaimana orang-orang yang masih hidup merayakan dan mendapat berbagai kebahagiaan, seperti banyaknya makanan, minuman dan berbagai jajanan yang enak-enak juga memakai baju lebaran yang indah dan baru. Maka sepantasnya kami (Keluarga Yunu Sudarto, S. Ag) juga menginginkan keluarganya yang sudah meninggal merasakan kebahagiaan yang sama di hari raya ini, agar mereka yang sudah meninggal juga panen Keberkahan dan pahala. Maka Yunu Sudarto, S. Ag berprinsip tidaklah cukup kebahagiaan mereka (yang sudah meninggal) hanya dari pembacaan yasin dan tahlil dari keluarganya saja.