Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mau Anaknya Sholeh? Amalkan ini...

18 Februari 2022   10:28 Diperbarui: 10 April 2022   20:22 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapat kabar dari kaka saya nomer dua, bahwa istrinya telah melahirkan anak laki-laki hebat, hati ini benar-benar bahagia sebab, ini merupakan ponakan laki-laki pertama dari 3 ponakan yang tinggal di Kalimantan.

Melihat ponakan baru ini, saya teringat saat masih kuliah sekitar tahun 2000 dimasa-masa hidup serba memprihatinkan.

Banyak hal unik dan nekat yang saya dan beberap kawan saya yang dilakukan untuk bisa bertahan hidup, mengingat saat itu sekolah kami bermodalkan nekat dan berada di perantauan yang jauh dengan orangtua.

Saat itu saya dan beberapa teman, dengan Percaya diri "menggelari" diri sendiri dan beberapa teman dengan sebutan "PASUKAN BERANI MALU".

sebuah plesetan dari istilah mainstrem tentang "Pasukan Berani Mati" yang dahulu pernah dimunculkan oleh para pendukung setia Alm. Gus Dur. 

Istilah  "PASUKAN BERANI MALU"  muncul untuk menggambarkan kelakuan atau tingkah laku saya dengan beberapa teman yang suka mendatangi kondangan (baik perkaninan, sunat atau hajat lainnya) meskipun kami tidak diundang, kami memaksakan diri untuk menjadi tamu undangan dengan target supaya bisa makan gratis di kondangan. 

Sebab sebagai anak kos yang menu makannya bisa ditebak, yaitu: mie, mie dan mie, maka makan di kondangan adalah impian bagi anak-anak kos, untuk perbaikan gizi.

Tak hanya kondangan non resmi, undangan resmi juga menjadi berkah bagi kami saat itu, sebab dengan motivasi yag sama dengan kehalalan yang jelas tentu dalam merasakan nikmatnya masakan akan sangat berbeda dibanding ketika menjadi anggota PASUKAN BERANI MAU. 

Ada satu cerita menarik yang hingga kini masih terngiang di telinga, yaitu saat mendapat undangan Tasmiyyah dari salah satu teman dari dosen saya dan kebetulan sedang melaksanakan acara Tasmiyyahan, yaitu sebuah acara pemberkatan disaat memberikan nama kepada anak yang baru lahir. 

Kisah tersebut didapat saat mendengarkan ceramah dari sang Kyae yang menjelaskan bagaimana supaya memiliki anak yang insya Allah nantinya bisa menjadi anak yang sholeh atau sholehah. 

Jadi sang penceramah kebetulan dosen kami di kota yang ada di Kalimantan Tengah, dalam ceramahnya dia mengatakan bahwa untuk menjadikan putra putri yang lahir di dunia ini menjadi anak yang sholeh, sehat dan taat pada agama,  bisa dilakukan dengan mengikuti proses, dimana proses tersebut jika dilakukan atau diamalkan insya Allah anak-anak kita menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

Kemudia sang dosen tadi, menceritakan kiat agar anak yang lahir nanti menjadi anak yang sholeh/sholehah dengan rumus yang dia sebut dengan 4 K, atau bisa dibuat rumus 4 K = Anak Sholeh/hah, yaitu:

> Ketika mencari jodoh

Untuk mendapatkan anak yang sholeh dan sholehah bagus dimulai disaat akan menentukan jodoh atau pasangan yang akan menjadi teman hidup kita, ini penting sebab dalam istilah beberapa budaya, misalkan suku jawa dikatakan adanya istilah BIBIT, BEBET DAN BOBOT.  Dari istilah ini seolah-olah menyuruh pada calon pasangan suami istri untuk melihat pada Latar belakang dari calon pasangan kita, kemudian yang berkaitan dengan tingkat ekonomi calon kita, terakhir adalah kualitas diri dari calon, yang spesifik menyorot pada sisi kepribadian, pendidikan dan berbagai capaian lainnya.

jika diperhatikan budaya ini mirip atau hampir serupa dengan apa yang disampaikan dari hadits nabi Muhammad SAW, yang menjelaskan tentang kriteria dalam mencari pasangan hidup/jodoh, yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu:

"Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR Muslim)

> Ketika Bersetubuh

Islam, adalah agama yang sangat memperhatikan nilai-nilai ibadah pada semua lini kehidupan termasuk saat sepasang suami istri melakukan senggama. bahkan senggama dalam Islam memiliki nilai ibadah (nafkah bathin), maka ajaran Islam juga memberikan acuan dan tuntunan dalam bersenggama. seperti membaca do'a  sebelum bersenggama agar dijauhkan dari keikutsertaan Syaitan saat bersenggama. Dengan demikian dapat dipastikan anak yang lahir dari perilaku yang demikian adalah anak yang suci dan jauh dari gangguan Syaitan.

> Ketika hamil

Fase terpenting berikutnya adalah ketika hamil, jadi menurut sang dosen ini menjelaskan bahwa  "K" ketiga yaitu fase ketika hamil menjadi salah satu standar baik tidaknya nanti anak ketika dilahirkan.  Itu bisa dilihat bagaimna perilaku calon orang tua dalam memperlakukan calon bayi saat berada dalam kandungan.

Makanya banyak kita jumpai beberapa tradisi atau kebiasaan orang tua yang sedang hamil dalam memperlakukan kandungannya, seperti: Sang ibu sering mendengar kajian-kajian Islami, memperdengarkan bunyi al-Qur'an  pada  perut ibu yang sedang mengandung, jika menginginkan anaknya cerdas pada satu hal maka ibunya melakukan kegiatan yang diinginkan seperti mengerjakan soal-soala Matematika sesering mungkin karena ingin melatih anaknya agar kelak menjadi anak yang suka dan pandai ilmu matematika.

jadi memperlakukan tradisi kebiasaan yang ingin dimiliki oleh sang calon bayi, oleh orangtuanya sudah dibiasakan disaat calon bayi masih ada pada kandungan. ini merupakan salah satu trik dan cara agar bagaimana nantinya anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan dari kedua orangtuanya, disamping dengan terus menjaga kesehatan bagi sang calon bayi.  

> Ketika melahirkan

Ini adalah sesi  terakhir dari 4 K Proses dalam membentuk anak yang lahir menjadi sholeh/sholehah. Dan saat ini kami sedang menyaksikan dan mengikuti proses dari 4 K tadi, yaitu ketika melahirkan. Jadi menurut sang Dosen "K" terakhir untuk menjadikan anak yang akan lahir menjadi sholeh atau sholehah adalah memperhataikan proses dan laku ketika melahirkan. Dalam Islam ("K" ketika melahirkan), juga merupakan tuntunan atau ajaran yang sudah jelas, misalkan ketika lahir sang anak telinganya didengarkan adzan dan iqonmah, dengan tujuan mengajarkan nilai Tauhid untuk pertama kali yang dia dengar . Kedua memberikan nama yang baik (Tasmiyyah) sebab nama adalah do'a,  dimana setiap saat ketika anak di panggil ketika itulah do'a sedang dipanjatkan. Maka memberikan nama yang baik-baik adalah gambaran bagaimana anak itu nantinya akan tumbuh dan dewasa.

Dalam penutupnya sang kyae yang juga dosen saya menyatakan bahwa  4 "K" yang dia sebutkan tadi adalah temuannya atau karangan yang dikomparasi dari beberapa budaya, ilmu dan ajaran Islam. JIka 4 "K" berupa ketika mencari jodoh, ketika bersenggama, ketika mengandung/hamil dan terakhir ketika melahirkan dipraktekkan sesuai dengan fase-fase yang ada. Insya Allah kita akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka menjadi pertanyaan penting bagi sang pembaca? beranikah menyebarkan dan mempraktekkan 4 "K" dimaksud terlebih yang sudah memiliki pasangan, sebab mengamalkan = Poligami (kecuali mengamalkan sebagian & meninggalkan sebagian).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun