Dari hadits di atas kita dapat menyimpulkan bahwasannya berwirausaha atau berdagang merupakan 90 persen dari kunci rezeki kita, hal tersebut dapat kita lakukan jika kita bersungguh-sungguh dalam melakukan wirausaha tersebut dengan tetap mengingat Allah di dalamnya, sehingga nantinya dari hal-hal tersebut Allah akan membuka pintu rezeki kita. Berwirausaha merupakan tuntunan dari Nabi Muhammad SAW, oleh karena itu tentu saja terdapat beberapa keistimewaan di dalamnya termasuk sebagai pembuka utama dalam rezeki kita, oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh dalam berwirausaha untuk kehidupan dunia dan tetap melakukan ibadah-ibadah spiritual guna kehidupan akhirat kita kelak.
Dasar-dasar dalam berdagang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad sebagai panutan kita umat Muslim, dan jika kita telusuri sebenarnya nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW juga menerapkan bibit-bibit kewirausahaan dalam kehidupannya, hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yaitu:
عَنِ المِقْدَامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ(يَدِهِ» (رَوَاهُ الْبُخَارِى
Artinya: “Dari Miqdam R.A. dari Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil buah tangan (pekerjaannya) sendiri.” (H.R. Al-Bukhari).
Dari hadits di atas Nabi Muhammad SAW bersabda bahwasannya makanan yang baik adalah makanan yang kita peroleh dari hasil jerih payah kita sendiri, hal ini dikarenakan rasa kepuasan kita akan bertambah ketika kita makan dari hasil jerih payah kita sendiri. Hal tersebut juga membuat kita menjadi rendah hati dan senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepada kita. Hal seperti ini bahkan telah dilakukan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, seperti halnya Nabi Daud AS yang juga makan dari hasil jerih payah beliau sendiri, dari hadits di atas juga menjadi landasan utama kita sebagai umat Islam untuk melakukan wirausaha di dalam kehidupan kita.
Perlu kita ketahui bahwasannya terdapat banyak nilai-nilai sosial keagamaan yang dapat kita raih dari berwirausaha, diantaranya adalah saling membantu dengan seksama, mmperoleh laba, dan merupakan ibadah. Sebagai seorang wirausahawan nantinya kita sebagai umat Muslim di Indonesia harus peka terhadap realita yang ada di masyarakat, pada saat ini jika kita melihat sekeliling lingkungan kita saja tanpa harus melihat Indonesia secara keseluruhan maka kita akan menemukan dari hal-hal tersebut masih banyak masyarakat kita yang sebenarnya berada dalam usia produktif justru tidak bekerja, hal ini tentu menimbulkan kepiluan tersendiri bagi kita. Disinilah nantinya peran wirausahawan dapat membantu perekonomian Indonesia sekaligus sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Hal tersebut dikarenakan jika kita membuka suatu bisnis atau toko hendaklah kita merintis dan mengembangkan terlebih dahulu, sehingga nantinya toko atau perusahaan kita menjadi semakin besar dan di saat inilah kita mulai merekrut banyak tenaga kerja di sekitar kita yang masih belum terserap secara maksimal untuk kita pekerjakan. Maka sudah barang tentu hal tersebut akan memicu produktifitas kita dan sekaligus merupakan suatu nilai ibadah bagi kita di sisi Allah SWT dengan membantu orang-orang di sekitar kita memperoleh pekerjaan dan sekaligus juga bernilai sedekah jika kita ikhlas memberikan gaji atau upah kepada mereka dengan tepat waktu dan tidak menunda-nunda.
Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan Muslim yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu:
1. Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan sifat-sifat itu kita akan diberi kemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang kita lakukan. Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rezeki yang tidak disangka-sangka. Dengan sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam menjalankan usaha walaupun usaha yang kita jalani memiliki banyak saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkal maka kita akan senantiasa berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukursebagai ungkapan terima kasih atas segala karunia dan kemudahan yang kita terima. Dengan demikian, maka kita akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan tidak dengan terburu-buru.
2. Jujur