3. Menggunjing; Menggunjing atau berghibah adalah perbuatan dosa. Alqur'an melarang seseorang untuk bergunjing.
Allah swt berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang (Q.S. al-Hujurat: 12).Â
Dalam penjelasannya, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa perbuatan menggunjing atau berghibah dosanya lebih besar dari 30 kali perzinahan.
4. Berdebat (bertengkar); Nabi Saw bersabda, "Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah ditepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah di surga yang paling tinggi." Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, "Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang.
5. Mengklaim bersih dari dosa; janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.
Allah Swt. berfirman,
Artinya: "Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa" (Q.S. an-Najm: 32)."
Sebagian ahli hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang buruk?" Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji dirinya sendiri." Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
6. Mencela; Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah swt baik itu hewan, makanan, atapun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai syirik, kafir atau munafik. Karena yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah swt. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, "Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?" Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.
7. Mendoakan keburukan; mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat."