Mohon tunggu...
Humaniora

Ikatan Mahasiswa Kebumen IAIN Surakarta: Sebuah Gerakan Sosio-Keagamaan dan Miniatur IAIN

3 Oktober 2015   11:50 Diperbarui: 3 Oktober 2015   11:50 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai organisasi lokal (Jawa), maka mayoritas mahasiswa Kebumen menempuh sekolah tinggi di universitas-universitas yang berada di kota-kota besar di Pulau Jawa. Mulai dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang maupun Surabaya. Sedangkan jika dilihat dari segi sekolah non-formal (pesantren), maka para santri maupun mahasantri juga tersebar di seluruh Indonesia khususnya di seluruh pelosok kota di Pulau Jawa. Hampir bisa dikatakan setiap Pondok Pesantren di Jawa ini pasti terdapat santri yang berasal dari Kebumen. Begitu pula di kampus, tidak dapat dipungkiri bahwa rasa kebutuhan akan pendidikan baik pendidikan formal (sekolah, kuliah) maupun nonformal (mondok, nyantri) sangat tinggi di masyarakat Kebumen. Oleh karenanya jika kita menengok beberapa kampus di Jawa ini boleh jadi terdapat satu atau dua orang asli Kebumen (minimal memiliki darah Kebumen, keturunan Kebumen).

Mereka (baca: para mahasiswa Kebumen) yang tersebar diberbagai pelosok kampus di Pulau Jawa ini secara psikis, sosiologis dan geografis akan merasakan yang namanya kesepian local wisdom. Dalam arti merasa butuh akan sandaran hati dan pikiran untuk berkecimbung (bergaul) dengan teman se-daerahnya, yakni Kebumen. Karena sudah terbiasa bergaul dengan kawan-kawan Kebumen (sebelum menyelami bangku kuliah) di daerahnya masing-masing, secara tidak langsung mereka juga sebenarnya masih sangat butuh berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat sesama Kebumen.

Banyak hal yang melatarbelakangi berdirinya Ikatan Mahasiswa Kebumen di berbagai kampus di Indonesia, terutamanya di kota Surakarta “Kota Peradaban Islam dan Budaya Jawa” ini. IAIN Surakarta sebagai salah satu kampus serta satu-satunya kampus Islam Negeri di Surakarta (se-karesidenan Solo Raya) lambat laun semakin maju. Berkembangnya kampus STAIN Surakarta menjadi IAIN Surakarta yang awalnya merupakan anak dari IAIN Walisongo ini tentunya mengundang minat yang cukup banyak dari berbagai calon mahasiswa di Indonesia, khususnya di Jawa yakni Kebumen.

Disela-sela berkembangnya kampus yang terkenal sebagai pusat kajian “Islam dan Budaya Jawa” ini, pertumbuhan mahasiswa pun tak dapat dihindarkan. Tercatat pada tahun 2015 peminat (mahasiswa yang mendaftar) di kampus IAIN Surakarta ini menempati peringkat nomor 12 se-Indonesia setelah UIN. Itu artinya IAIN Surakarta menempati tingkat peminat pertama dari seluruh IAIN di Indonesia, setelah 11 UIN yang terdapat di Indonesia. Hal ini pun dapat di sampelkan dari bertambahnya mahasiswa dari daerah Kebumen Jawa Tengah di kampus ini.   

Oleh karenanya, untuk tetap memperteguh kesatuan dan persatuan mahasiswa yang berasal dari Kebumen di IAIN Surakarta tersebut, maka dibentuklah Ikatan Mahasiswa Kebumen Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Misi dari Ikatan Mahasiswa Kebumen di IAIN Surakarta ini dapat dikategorikan menjadi dua misi utama yakni, misi internal dan eksternal. Misi internal meliputi membantu merealisasikan misi dari Perguruan Tinggi Islam utamanya IAIN Surakarta untuk mengkader mahasiswa yang berilmu (intelektual) dan beragama (bermoral), meneguhkan sikap sosialis, soliditas dan loyalitas antar sesama mahasiswa Kebumen, sehingga dengan demikian diharapkan terwujudnya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sedangkan misi ekternal-nya adalah misi-misi yang berkaitan atau diperuntukan demi kemajuan masyarakat diluar mahasiswa Kebumen tersebut seperti, melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat (kelas menengah kebawah) di Soloraya dan Kebumen pada khususnya, dan di Indonesia secara umum.  Oleh sebab itu, Ikatan Mahasiswa Kebumen selain sebagai sebuah komunitas mahasiswa wong ngapak dari Kebumen, juga dapat disebut sebagai sebuah micro organitation (organisasi sederhana) yang berideologi sosio-keagamaan. Artinya organisasi yang menginginkan transformasi sosial (perbaikan kondisi mahasiswa dan masyarakat) serta menginginkan kader yang memiliki kredibilitas keilmuan keislaman (wawasan keislaman) yang tinggi tanpa menghilangkan adab-kesopanan-moral, serta tetap memepertahankan spiritualitas (kondisi batin yang baik).

Pada dasarnya Ikatan Mahasiswa Kebumen juga merupakan jelmaan atau miniatur Perguruan Tinggi Islam dalam hal ini IAIN Surakarta yang menginginkan terbentuknya mahasiswa atau individu yang intelek (akademis/keilmuan) dan moralis (keagamaan/dakwah). Selain juga sebagai sebuah organisasi yang mengikat mahasiswa Kebumen untuk belajar memaknai rasa nasionalisme (kesatuan dan persatuan).

Dengan melihat runtutan latarbelakang diatas, dapat dipahami bahwa sebuah organisasi atau komunitas sangatlah besar manfaatnya. Dalam hal ini Ikatan Mahasiswa Kebumen IAIN Surakarta aka sangat bermanfaat bagi para mahasiswa Kebumen yang turun andil di dalamnya. Satu kata yang perlu dipernyatakan disini adalah “Jangan merehkan satu organisasi apapun, apalagi meremehkan Ikatan Mahasiswa Kebumen”, apapun bentuk aksi kegiatannya sesungguhnya akan terasa manfaatnya disana. Sejelek-jeleknya ulat berjalan dan membumi hanguskan dedauan sampai kocar-kacir tidak karuan, sesungguhnya kelak ia pun akan menjadi kupu-kupu cantik nan indah yang terbang kesana-kemari memperlihatkan keindahannya. Maka, ambillah sisi-sisi positif dari adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Kebumen IAIN Surakarta, jangan mengutuk kegelapan, namun terangilah kegelapan itu dengan lilin. IMAKE IAIN Surakarta akan sangat terbuka menerima saran dan kritik yang sifatnya ‘membangun’ dari semua anggota mahasiswa Kebumen, demi mewujudkan IMAKE IAIN Surakarta lebih baik. Ibarat sebagai satu organisasi yang masih seumur bayi, belum seperti organisasi profesional yang lain, Ikatan Mahasiswa Kebumen IAIN Surakarta tetap berupaya untuk cepat tumbuh menjadi balita, remaja hingga dewasa, sehingga dalam praktik kegiatannya pun tidak mengecewakan para anggotanya. Kalaupun dalam praktiknya IMAKE ini masih cukup jauh dari teori yang disodorkan, kita pun harus mawas dan intropeksi diri, perlu dimaklumi sebagai sebuah organisasi seumuran bayi yang masih latihan merangkak, perlu adanya gotong-royong, kerjasama dari kita semua agar dapat memperlancar jalannya kegiatan-kegiatan maupun misi sebagaimana yang telah dibentuk.

 

 

            [1] Lihat Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20: Permulaan Antara Modernisasi dan Identitas (Jakarta: Kencana, 2012), h. 230-231.

            [2] Mujadil Qomar, Strategi Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 79.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun