Namun, rekor dunia rupanya tak terlalu penting bagi pengguna. Saat itu banyak pemain mengalami pelambatan (lagging) pada PC high-end, yang akhirnya CM 4 dianggap kurang memuaskan dan tidak realistis seperti seri sebelumnya.
Selain itu, CM 4 juga terlalu mudah dimainkan. Iklim menantangnya permainan ini menjadi pudar. Karena mudahnya transfer pemain antar klub. Hal inilah yang disinyalir menyebabkan SI memutus kerjasama dengan Eidos.
Dari perpisahan ini pada tahun 2003, SI tetap memiliki hak atas database dan juga match engine CM. Sedangkan Eidos, memiliki hak atas judul game Championship Manager dan tampilan (interface) atau dokumen gambar CM.
Akhirnya, pada tanggal 6 November tahun 2004 di United Kingdom SI menggandeng Sega Group alias SEGA dan melahirkan Football Manager 2005. Seolah tak mau kalah, Eidos merangkul  Beautiful Games Studios (BGS) untuk menelurkan Championship Manager 5.
Sejak saat itu pula FM tidak pernah absen setiap tahun untuk memperbarui database dan fitur. Hingga sekarang pada tahun 2020 FM tetap menghadirkan hal-hal baru yang spektakuler dalam dunia permainan simulasi sepak bola.
Selayang pandang era Football Manager hingga sekarang
Pada FM 2005,  2D match engine sangat memukau. Saat pertandingan berlangsung, kita tak hanya melihat tulisan lagi melainkan gambar dan tampilan sepak bola seperti sebenarnya. Fitur tersebut disempurnakan pada FM 2009, dengan hadirnya 3D match engine.
Dengan lahirnya fitur 3D match engine, pengguna FM dapat melihat pertandingan secara langsung seperti sebuah game FIFA, Winning Eleven dan Pro Evolution Soccer yang disimulasikan.
Bagi saya, dari dulu hingga sekarang bermain FM yang paling menarik adalah interaksi antara manajer, pelatih, pemilik atau board, media, dan juga pemain. Beberapa tahun terakhir, update FM juga selalu berkembang positif.
Fitur pre/post match press conference juga satu dari sekain banyak layanan favorit saya. Dimana jawaban dari manajer saat dialog dengan wartawan dapat merubah semangat juang pemain untuk lebih baik atau buruk.