"Setelah baca di Internet, kayanya aku ngalamin depresi deh. Abisnya, gejalanya sama banget. Fix banget nih!!"
Tak jarang kita menjumpai orang-orang "mengklaim" bahwa ia menderita penyakit mental. Depresi, Bipolar, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan berbagai macam lainnya.
Seiring perkembangan teknologi, semua hal dapat dengan mudah di akses melalui internet. Tak terkecuali dengan informasi kesehatan mental. Banyak jurnal, pendapat, gambar, dan gejala-gejala tentang gangguan kesehatan mental berlimpah tersebar di dunia maya.
Semua informasi dapat ditemui hanya dengan mengetik beberapa kata di Google, raksasa mesin pencari itu. Seringkali pencarian ini dilakukan untuk mengetahui informasi penyakit. Tak memungkiri gejala dari mental illness atau gangguan kesehatan mental juga dicari untuk kemudian melakukan self diagnose terhadap kondisinya .
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam beberapa tahun terakhir, hampir 1 miliar manusia hidup dengan gangguan mental, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri.Â
Penyebab gangguan mental memang cukup banyak. Bisa karena faktor genetik, ekonomi, lingkungan, cuaca dan penanganan yang tidak tepat. Dampak terbesar tak tertanganinya kesehatan mental dengan baik pada era teknologi sekarang adalah self diagnose.
Self Diagnose merupakan tindakan mendiagnosa penyakit atau kondisi diri sendiri dengan mencari informasi secara mandiri melalui media tertentu.
Kegiatan self diagnose ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah, jika setelah itu melakukan konsultasi ke orang yang memang profesional. Sebagai manusia, tentu sudah menjadi sebuah keharusan untuk mengenali diri sendiri. Mengenali berbagai macam hal, termasuk kelemahan dan penyakitnya.
Sebenarnya saya juga heran dengan orang-orang yang melakukan self diagnose saja tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Hanya berbekal informasi dari internet atau sumber lainnya, ia mampu mendiagnosa dirinya sendiri. Itu tidak wajar bagi saya.