Satu tahun lalu saya terakhir pergi menuju pasar. Itu adalah Pasar Roma (rombengan malam). Kabarnya ada pemuda yang pernah meneliti, pasar Roma ini awalnya dari seseorang yang mencoba peruntungan nasib berjualan Hp Second di sepanjang jalan trotoar gatot subroto.Â
Tak jelas siapa yang memulainya, tapi berkat ia tempat itu menjadi perputaran uang yang cukup besar. Banyak yang melihat peluang disana, maka lahirlah penjual-penjual baju, celana, sepatu bekas dan lainnya baik barang bekas lokal atau barang bekas impor.Â
Sekarang pasar ini berkembang tak hanya menjual barang bekas juga ada beberapa barang baru dan palsu.
Dua hal yang paling saya ingat dari pasar ini adalah, saya mengetahui pasar ini melalui sahabat kental selepas melihat konser salah satu band lokal, dan juga kenangan indah bisa memiliki jaket brand ternama dengan harga murah.Â
Soal kualitas, dulu kita harus pandai memilih. Tapi sekarang tentu para penjual telah menyajikan sajian barang bekas terbaiknya.
Saya yakin, setiap sesuatu didirikan, setiap itu pula harapan akan mengikutinya. Demikian pula Pasar Roma ini. Para penjual mengadu nasib dan mengharap keuntungan, sedangkan para pembeli mengharap dapat barang bekas bagus harga miring. Itulah bukti, harapan itu akan selalu ada dalam kehidupan kita.
Sejujurnya, pernah juga ada yang bilang pasar ini adalah pasar maling. Barang-barang yang dijual rata-rata adalah hasil dari mencuri. Tapi saya harap ini adalah kabar angin saja.Â
Bagaimana proses para penjual mendapatkan barang-barang daganganya itu lain soal. Yang kita tahu, ini adalah barang bekas lokal atau impor, banyak barang bergengsi, merk-merk ternama dijual dengan harga yang murah tak masuk akal. Semoga dugaan orang-orang tentang pasar maling itu keliru.
Pasar ini letaknya strategis, dekat dengan Stasiun Kota Baru Malang, dari Kampung Warna Warni hanya cukup jalan kaki, dari Pasar Besar tak mungkin kesasar.Â
Cukup dengan membuka google maps, ketik Pasar Roma Malang, nanti akan muncul lokasinya. Pasar ini buka di depan ruko dan di atas trotoar, aktifnya lebih ke malam hari mulai petang sampai tengah malam. Walau beberapa ada yang jualan pagi sampai sore hari karena ia telah memiliki ruko sendiri.
Penduduk kota Malang, yang suka bekeliaran malam hari pasti tahu. Terutama anak-anak muda. Baik pemuda asli malang atau muda-mudi yang merantau datang dari beragam kota.Â
Beberapa tahun terakhir, saya sering menjumpai pemuda yang berkunjung ke pasar ini wangi-wangi. Bersih-bersih. Pandai berdandan. Tak seperti dulu.
Rupanya kesan barang bekas telah berubah, dengan munculnya istilah baru seperti Thrifting, Preloved dan lainnya. Dulu di Kota ini, kami menyebutnya hanya satu, yaitu dalbo.Â
Mungkin konteks dan situasinya juga sudah berubah. Terlepas dari itu saya pribadi tetap mencintai barang bekas. Bahkan mungkin hampir semua yang melekat pada saya, kecuali pakaian dalam, adalah barang bekas. Jarang, hampir tak pernah saya membeli barang baru.
Tiap malam akan tiba ratusan jiwa. Mengetuk, memilah, memilih baju, sepatu, celana, jaket bekas. Melewati tawar menawar yang mendebarkan. Mereka membanjiri malam dengan transaksi barang bekas. Kawasan sejuk dan rindang kota ini telah menjadi saksi jual beli mereka.
Berdasarkan pengalaman saya menjadi konsumen barang bekas ada beberapa yang perlu diketahui dalam memilah dan memilih. Tentu juga ada beberapa manfaat dari barang bekas ini.Â
Terutama pakaian, atau fashion bekas. Karena ternyata Pasar Roma ini telah menyadarkan saya, bahwa untuk memakai brand ternama tak perlu keluar banyak dana. Dan juga dengan membeli barang bekas kita telah mengurangi dampak buruk ke lingkungan.
Nate Herman, Wakil Ketua Asosiasi Industri Busana dan Sepatu Amerika Serikat, mengakui tingkat polusi bisnis fesyen terus meningkat ke level yang lebih buruk dibanding satu dekade lalu. "Apalagi setelah Cina tidak lagi menampung daur ulang baju bekas, maka dampaknya industri ini akan sulit mempertahankan pola bisnis berkelanjutan," kata Herman saat diwawancara via Instagram.
Bagaimana agar kita mendapatkan barang atau pakaian bekas yang tepat?
Pertama, teguhkan hati jangan sampai kita lupa diri melihat harga murah
Kelebihan pakaian atau barang bekas adalah harganya murah. Jangan sampai kita membeli tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Ada yang bagus, beli. Sedikit keren, beli. Agak kekinian, beli. Kita harus kontrol diri, belilah barang sesuai gaya pribadi dan kebutuhan kita.
Kedua, pasang mata dengan waspada, cek kondisi barang dengan teliti dan hati-hati
Kadang barang bekas tidak sempurna. Walau ada yang seperti baru, tapi itu seribu banding satu. Kita harus teliti, bila kita melihat ada kecacatan dalam pakaian atau barang tersebut yang sangat parah maka lebih baik tak perlu dibeli.Â
Akan tetapi jika cacatnya dalam batas wajar, tidak masalah. Namanya juga barang bekas, kalau mau sempurna ya kita beli barang baru. Perhatikan noda, tag, dan detail-detail barang tersebut. Jika ada kekurangan, biasanya harga juga ikut turun.
Ketiga, kita harus pintar tawar menawar dan fokus
Konon kata ibu saya, tawar menawar adalah seni dalam jual-beli. Jangan lupa, kita bisa menawar pakaian bekas ini jika dirasa terlalu mahal atau jika kita beli dalam jumlah banyak bisa meminta diskon.Â
Intinya tawar menawar ini dilakukan dengan santai, santun dan tidak terburu-buru. Jangan sampai juga kita menawar dengan harga yang tak masuk akal.Â
Sesuaikan tawaran harga kita dengan kondisi barang yang ada. Dan kita juga harus fokus dalam satu pedagang dulu, jangan loncat-loncat ke tempat lain. Cari barang yang kita butuhkan, jika tak ada yang sesuai maka baru beralih ke toko lainnya.
Dalam membeli barang bekas tak cukup pintar memilih dan menawar. Kita juga harus mengerti, bahwa setiap barang bekas telah mengalami banyak sentuhan yang kita tak tahu secara pasti.Â
Maka ketika kita membeli barang bekas, semisal jaket, jangan lupa saat ingin membeli membawa hand gel atau tisu basah untuk membersihkan tangan kita dari bakteri.Â
Setelah barang itu terbeli jangan langsung dipakai, tapi cuci dulu sampai bersih dan steril serta jangan lupa untuk di setrika saat ingin menggunakannya.
"Mengacu pada penelitian terbaru, industri fesyen menghasilkan emisi gas lebih merusak dibanding gabungan industri pelayaran dan penerbangan. Jumlah limbah dari aktivitas pembuatan baju, celana, hingga sepatu di seluruh dunia semakin meningkat, seiring dengan makin banyaknya juga air bersih terbuang demi mengikuti tren fesyen." --- Sarah Sax, Vice News
Dengan membeli barang bekas kita telah mengurangi limbah mode yang sebenarnya merusak lingkungan. Faktanya industri mode telah mendorong kita untuk terus membeli pakaian baru.Â
Kadang, mereka menawarkan harga yang jauh lebih murah dari pakaian bekas. Kita tak boleh terjebak dan harus kontrol diri. Walau ini soal pilihan pribadi, tap coba kita tanamkan dalam diri untuk tidak hanya bermanfaat pada manusia tapi juga lingkungan serta alam.
Pakaian atau barang bekas adalah kanal penting untuk perekonomian dan pengendali kebersihan lingkungan. Dari barang bekas kita bisa membuat banyak orang bisa mencicipi barang layak juga merk ternama. Lapisan-lapisan terbawah barang bekas telah menimbun banyak hati, emosi, harapan dan kebanggaan.
Demikianlah. Pasar Roma ini tidak dibagi diantara manusia biasa dan manusia yang luar biasa. Sama dengan pasar lain, pasar ini dibelah antara Si Penyuka dan Si Tidak Suka. Pasar hanya media belaka. Banyak yang bangga kepada barang bekas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H