Baca cerita sebelumnya di sini.
Akhir tahun ini tak seperti yang lalu-lalu. Sudah berhari-hari kadang hujan turun, kadang tidak. Tak seperti tahun sebelumnya. Mendung nyaris hadir setiap hari, tetapi hujan belum tentu datang. Kota ini selalu menyimpan misteri sendiri.
Berada di jalanan pada siang hari terik, kaki ini tak ubahnya seperti bawang yang disangrai di atas wajan. Tapi jika malam hari, jika tak memakai jaket rasanya sangat dingin. Diatas jalanan kota ini, dari kejauhan tampak seorang perempuan paruh baya berjalan cepat sambil membawa tas kresek. Ia membelokkan langkah kakinya menuju rumah megah, berhalaman luas. Temboknya tinggi, pagarnya berwarna merah marun.
"Permisi.. Bu RT.. Assalamualaikum.." Ia mengucap salam sambil menekan bel rumah.
"Bu Tut, ya?" Dengan pelan terdengar balasan dari dalam.
"Iya, Bu."
"Masuk, Bu. Duduk dulu ya. Tunggu sebentar." Sambil mencari kerudung untuk dikenakannya.
***
Sementara itu, di Pabrik tempat Tika bekerja..
"Ka, kamu kenapa? Seharian kok murung saja. Ayo ke kantin, kita makan," ajak Diyah, teman kerja Tika.