Kepada debu-debu di ujung sepatumu, aku pun iri!
Kenapa mereka bisa begitu lekat dengan langkah-langkahmu? Dan kepada diri yang jelata, aku mengingatkan, "Hei! Sadar, TOLOL!"
Ya. Aku kemudian sadar diri,
Betapa aku yang jelata ini mesti kembali memeluk mimpi yang sudah kuputuskan belum lama ini.
Mimpi yang terdengar konyol,
Tapi apa bagusnya mimpi yang tak bisa ditertawakan?
Kau tahu, Nona, aku punya mimpi:
Kelak, akan kuajari anak-anak di negeri terbitnya matahari,
Negeri di mana bunga-bunga sakura
Meranum semusim sekali,
Bagaimana cara berpuisi dengan hati;
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!