Mohon tunggu...
Abdul Afwu
Abdul Afwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemikir Lepas

Ini adalah sampah pikiran, saya membuang semuanya di sini. Umpanya itu bermanfaat bagi anda, ambil. Apabila mengganggu saya minta maaf, harap maklum ini sampah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Harga Beras Naik, Saatnya Mengurangi Makan Nasi!

18 September 2023   06:31 Diperbarui: 18 September 2023   12:30 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi harga beras naik. Sumber: Kompas.com/Garry Andrew Lotulung

Beras sebagai komoditas primer bagi mayoritas masyarakat kalangan kelas menengah ke bawah di Indonesia kian lama kian terasa mencekik harganya. 

Kurang dari sebulan harga beras naik cukup signifikan, tercatat data di Bantul, DIY sendiri per tanggal 14 September telah menyentuh range harga Rp 12.600-13.525. Kenaikan ini disinyalir karena supply beras yang mulai terbatas dan faktor adanya El Nino. 

Secara singkat, penawaran yang terbatas akan menyebabkan tingginya harga pada demand yang tinggi, kemudian diperburuk lagi oleh faktor El Nino yang telah memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia.

Umumnya berita kenaikan harga beras di pasaran ini akan memicu dampak-dampak negatif pada masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi. Banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang masih sangat bergantung pada nasi mengeluhkan kenaikan harga beras ini. 

Contohnya, para penjual makan yang mengalami dampak berkurangnya margin keuntungan sebab adanya kenaikan harga beras. Namun tak sedikit dari sebagian lainnya justru menganggap kenaikan harga beras adalah momentum yang baik untuk masyarakat Indonesia. Mengapa demikian?

Pada dasarnya, beras bukanlah makanan pokok masyarakat Indonesia bila dilihat dari sejarahya. Masyarakat Indonesia pada dulunya jusru memiliki makanan pokok yang sangat beragam, hal itu dilandasi dari kekayaan alam dan perbedaan geografi di setiap wilayah. 

Dahulu, masyarakat Timur menjadikan sagu sebagai makanan pokok bagi mereka, di belahan lainnya Jagung, Singkong dan jenis umbian-umbian lain juga dijadikan sebagai makanan pokok. 

Namun kini justru masayarakat Indonesia telah menghilangkan keragaman itu, beralih menjadi beras. Kini diversifikasi terhadap makanan pokok telah benar-benar menghilang.

BENEFIT FOR HEALTH

Mari kita sejenak memandang positif kenaikan harga beras ini untuk disyukuri. Alih-alih harus mengumpat sebab harga beras menjadi naik, baiknya kita patut mengambil hikmah dari kenaikan beras. 

Apa hikmah pertama yang dapat kita ambil? Hikmah pertama adalah kenaikan harga beras secara signifikan telah mendesak untuk mengurangi konsumsi beras pula. 

Sebagian pedagang lebih memilih mengurangi porsi nasi daripada harus menaikkan harga menu makanan mereka. Tentu ini sangat bermanfaat, utamanya bagi kesehatan kita.

Sejak nasi dinyatakan sebagai produk makanan tinggi glukosa, dengan indeks glikemik > 70, banyak kalangan yang meresahkan ini, mengapa masyarakat Indonesia masih terus mengonsuminya? Bahkan kerap muncul kalimat, "belum menjadi sebuah makanan kalau tidak ada nasi di dalamnya". 

Sungguh ini sangat memprihatinkan, sebab diakui atau tidak, nasi putih telah berkontribusi pada penyakit Diabetes, penyakit yang sangat membahayakan.

Tahukah kamu semenakutkan apa penyakit Diabetes itu? Diabetes adalah kondisi rusaknya metabolisme tubuh dalam mengolah glukosa. Pada metabolisme normal, glukosa seharusnya diserap oleh hormon insulin yang dihasilkan dari pankreas.

Saat hormon insulin tidak diproduksi atau mengalami kerusakan, maka glukosa akan menyebar di dalam darah. Efeknya dapat menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan di dalam tubuh. Pengidap diabetes tidak akan bisa sembuh, selamanya harus mendapatkan perawatan jalan secara intensif dan berkala.

Seorang pengidap diabetes pada skala tertentu (skala kronis) akan mudah mengalami pembusukan pada luka di tubuhnya. Selain itu penyandang diabetes dapat mengalami gangguan komplikasi yang berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal kronis, demensia, dan masih banyak lagi. 

Fakta penting lainnya adalah Diabetes menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di urutan ke-3 menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation di tahun 2019.

Bagi kesehatan, tidak makan nasi putih atau mengurangi nasi putih tidak serta merta menghilangkan potensi penyakit diabetes. Olahraga yang cukup dan proporsi asupan yang seimbang turut serta menjadi penyebab dalam mengurangi potensi mengalami diabetes. 

Namun berani berkomitmen untuk mengganti nasi dengan makanan alternatif lain yang rendah glukosa adalah upaya yang sungguh patut untuk diacungi jempol. Berani berhenti atau mengurangi nasi berarti mendobrak perspektif "belum kenyang kalau tidak makan nasi". 

Dalam momentum kenaikan harga beras ini mari kita pandang sebagai titik balik untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap nasi yang kini sudah terlalu berlebih.

BENEFIT FOR SUSTAINABILITY

Permintaan yang tinggi terhadap nasi sebagai bahan pokok makanan telah memicu secara tidak langsung terhadap peningkatan ketersediaannya. Hal ini dilandasi teori ekonomi sederhana supply and demand. 

Akibatnya, pemerintah dan masyarakat juga harus berpikir untuk kemandirian bahan pokok makanannya. Tentu ini mendesak untuk kemudian memperluas sawah; kegiatan pertanian padi. Program berskala nasional yang sudah ditunjukkan oleh pemerintah ialah adanya proyek strategis Food Estate.

Proyek strategis food estate salah satunya diwujudkan dengan penanaman padi secara luas. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat terhadap nasi. 

Padahal tahukah anda bahwa persawahan padi di Indonesia itu tidak ramah lingkungan? Ya benar, cara lazim mempraktikkan metode menggenangkan sawah untuk menekan pertumbuhan gulma ternyata dapat berkontribusi meningkatnya pemanasan global. 

Dilansir dari media Internasional, Bloomberg, bahwa pertanian padi terbukti meningkatkan pemanasan global dalam jangka pendek. Bahkan Environmental Defence Fund (EDF) menyampaikan setara dengan 1.200 pembangkit listrik tenaga batu bara berukuran sedang.

Mengapa bisa demikian terjadi? Jawabannya adalah sebab praktik penggenangan sawah itu dapat memicu pembusukkan bahan organik di bawah air dan menghasilkan gas metana. 

Gas metana sendiri merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat 25x daripada gas CO2 biasanya, meskipun cenderung bertahan dalam waktu yang lebih singkat di atmosfir. 

Fakta lainnya adalah menanam padi di tengah kondisi banjir dapat menyebabkan 12% emisi metana global, gas yang diduga menyebabkan 1/4 pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Oleh karenanya, dalam rangka masa depan bumi yang dapat berkelanjutan, perlu diadakan penelitian dan pembaharuan metode penanaman padi agar tidak menimbulkan dampak kerusakan pada lingkungan.

Namun kini langkah kecil yang bisa diambil dan paling strategis adalah dengan mengurangi demand daripada produk-produk olahan beras itu sendiri termasuk nasi putih. 

Sembari mengembangkan metode penanaman padi yang berbasis sustainablity, kita dapat melakukan tindakan kongkrit pengurangan konsumsi beras, sembari juga meredakan kenaikan harga beras yang tak berimbang.

Pada akhirnya, saya ingin mengatakan:

Beras bukanlah segalanya. Kita tak akan punah saat kehilangan beras. Tak juga mati saat tak makan nasi. Namun sikap adiksi terhadap beraslah yang kemudian menciptakan perspektif bahwa "belum makan kalau bukan nasi", "belum kenyang kalau tak pakai nasi". Dan memang untuk membawa perubahan yang besar ini; melepaskan diri dari belenggu nasi, adalah upaya yang sangat berat. Dibutuhkan pengetahuan yang cukup, kesadaran yang mendalam, dan sikap komitmen yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun