Mohon tunggu...
abdul afit
abdul afit Mohon Tunggu... Freelancer - Tutor geografi

Bumi dan bola, sama-sama bundar!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Segara Anakan Menghilang, Pulau Nusa Kambangan Segera Menyatu dengan Pulau Jawa

15 September 2022   08:20 Diperbarui: 22 Juni 2024   22:55 4111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Segara Anakan (Kinder Zee) dan Nusa Kambangan yang dibuat oleh Belanda tahun 1809 (sumber Tjilatjap History) 

Segara dalam bahasa Jawa artinya laut atau lautan, sedangkan anakan artinya anak. Dalam peta lama yang diterbitkan oleh Belanda pada tahun 1809, Segara Anakan ditulis sebagai Kinder Zee (lihat peta dibawah). 

Peta Segara Anakan (Kinder Zee) dan Nusa Kambangan yang dibuat oleh Belanda tahun 1809 (sumber Tjilatjap History) 
Peta Segara Anakan (Kinder Zee) dan Nusa Kambangan yang dibuat oleh Belanda tahun 1809 (sumber Tjilatjap History) 

Secara administratif, Segara Anakan dan pulau Nusa Kambangan terletak di wilayah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Data Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pengelola Sumber Daya Segara Anakan Cilacap menyebutkan, pada tahun 1903 luas Segara Anakan masih 6.450 hektare. Pada tahun 2000 luasnya menyusut hingga tinggal kurang dari 20% atau hanya seluas 1.200 hektare. Tahun 2015 Segara Anakan kembali menyusut hingga tinggal 400 hektare. 

Peta Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan yang dibuat oleh US Army, sekitar tahun 1950an. Perairan Segara anakan masih terlihat luas. 
Peta Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan yang dibuat oleh US Army, sekitar tahun 1950an. Perairan Segara anakan masih terlihat luas. 

Luas Segara Anakan semakin menyusut. Jika kita lihat di google maps, perairan Segara Anakan hanya sedikit tersisa. Pulau Nusa Kambangan hampir menyatu dengan pulau Jawa. Masalah utama penyebab penyusutan Laut Anakan adalah proses pendangkalan (sedimentasi). 

Sungai-sungai besar yang bermuara di Segara anakan seperti sungai Citanduy, Cibeureum dan Cimeneng serta sungai-sungai kecil lainnya membawa lumpur (sedimen) dalam jumlah besar. Menurut Balai Besar wilayah Sungai Citanduy, jumlah Lumpur yang masuk ke Segara Anakan mencapai 5 juta m3 per tahun.

Citra satelit Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan (google maps) 
Citra satelit Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan (google maps) 

Lumpur-lumpur yang masuk ke Segara anakan akan mengendap dan membentuk daratan baru. Dengan kondisi seperti ini, hanya tinggal menunggu waktu Segara Anakan benar-benar hilang. Bukan suatu yang mustahil dalam waktu dekat, pulau Nusa Kambangan akan segera menyatu dengan pulau Jawa. 

Fenomena alam seperti ini juga pernah terjadi di Pulau Jawa sekitar 400 tahun yang lalu. Kota-kota Pantura yang sekarang bernama Jepara, Kudus dan Pati dulu terpisah dari Demak dan daratan Pulau Jawa. 

Ketiga kota ini dulunya terletak di Pulau Gunung Muria yang dipisahkan oleh selat (laut sempit) Muria atau selat Juwana. Sedangkan Demak berada di pesisir pantai Pulau Jawa. 

Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material  hasil letusan Gunung Muria. Letusan gunung Muria mengakibatkan longsoran yang membawa material vulkanik. 

Selain itu, sungai-sungai yang bermuara di selat Muria juga membawa sedimen yang semakin menambah proses penyempitan perairan tersebut.

Pulau Muria sebelum abad ke 17 masih terpisah dari daratan Pulau Jawa (Gunawan Kartapranata via Wikipedia) 
Pulau Muria sebelum abad ke 17 masih terpisah dari daratan Pulau Jawa (Gunawan Kartapranata via Wikipedia) 
Proses pendangkalan yang berawal dari abad ke 13 ini berlangsung hingga abad ke 17 dimana perairan selat Muria sudah hilang akibat penumpukan material sedimentasi. Jepara, Kudus dan Pati yang berada di Gunung Muria yang  awalnya terpisah akhirnya menyatu menjadi satu daratan dengan pulau Jawa. Akibatnya Demak yang awalnya berada di tepi pantai, berada agak ke pedalaman.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun