Heboh di media massa, walaupun beritanya sekilas. Seorang pria nekat melakukan aksi bakar diri di depan istana negara. Polisi masih menyelidiki apa motif pelaku nekat bunuh diri.
Seorang Pria Membakar Diri di Depan Istana Negara
Latar belakang dan motif apa yang mendorong seorang lelaki nekat membakar diri di depan Istana Negara pada Rabu, 7 Desember 2011 lalu, belum terkuak. Kondisi lelaki itu kini kritis di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Tubuhnya 90 persen hangus, dan kata dokter, hanya sedikit orang bisa bertahan hidup dengan luka bakar seberat itu.
Lelaki bertubuh tinggi 170 sentimeter itu membakar dirinya setelah mengguyur tubuh dengan bensin, dan menyulut api ke badannya. Aksi itu dilakukan sekitar pukul 17.30. Sejam sebelumnya, di tempat itu para kepala desa melakukan unjuk rasa.
Motif di balik aksi bakar diri ini masih terus diselidiki. Tak ada pesan yang jelas, apa keinginan pria yang ditaksir berusia 40 tahun itu berlari ke arah istana saat api membakar tubuhnya.
Sebelumnya, pria berambut pendek itu terlihat menyeberang jalan dari arah Medan Merdeka Barat ke kawasan Monumen Nasional (Monas) yang berada persis di depan gerbang Istana Negara. Kepulan asap mendadak terlihat dari tubuhnya. Pria ini lalu berguling-guling, karena api membakar tubuhnya itu kian membesar. Empat polisi kebetulan ada di lokasi melakukan pertolongan. Tubuh lelaki tanpa identitas itu ditutupi jaket, dan disiram air.
Dengan mobil patroli bak terbuka, lelaki itu dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Tubuhnya menghitam. Pakaian korban terbakar habis, yang tersisa hanya celana dalam dan sepatu. Di bak mobil itu, dia hanya ditutupi kain spanduk.
Alat bantu pernafasan diberikan dokter untuk meningkatkan harapan hidup bagi pria itu. Meski sempat sadar, tapi dokter sengaja membuatnya tak sadar untuk membantu kerja alat bantu nafas.
Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Pramono Anung meminta agar kasus ini dicermati, dan dicari tahu apa penyebabnya. Aksi bakar diri ini tentu menarik perhatian publik, dan perlu diungkap pesan apa yang ingin disampaikan sehingga si lekaki melakukan aksi nekat itu.
Aksi ini juga menggerakkan simpati sejumlah aktivis pemuda dan mahasiswa. Sebanyak 25 orang dari jaringan kampus Jakarta menggelar aksi solidaritas di depan Unit Gawat Darurat RS Cipto Mangunkusumo. Aksi itu semacam ungkapan simpati terhadap korban yang rela membakar diri. Menurut para mahasiswa, aksi nekat lelaki itu pasti erat kaitannya dengan rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Sementara itu Ketua MPR Taufiq Kiemas mengatakan, motif aksi ini harus dipastikan dengan mengungkap identitas korban. Karena itu, tanpa identitas yang jelas dan keterangan yang kuat, aksi ini belum bisa dimaknai sebagai ekspresi ketidakpuasan kepada pemerintah. Apalagi tidak ada pernyataan apapun sebelum orang itu melakukan aksinya.
Source: vivanews tanggal 09/12/2011 05:42:00 PM news
Pertanyaannya kemudian, apakah sedemikian terpuruknya rakyat Indonesia saat ini? Apakah rakyat tertekan, menderita lahir dan batin saat ini? Atau itu hanya ilusi sekilas.
BUNUH DIRI POLITIK
Ada keputusasaan tapi juga memiliki pesan akan harapan perubahan. Sondang meradang, sondang menerjang, yang lamban kita tendang keluar gawang. Apalah arti seorang Sondang yang meradang, membakar diri sebagai bentuk protes akan keadaan dan kemandegan politik.
Seburuk apapun kondisi diri, secarut marut apapun politik ekonomi negara, tetaplah memiliki HARAPAN. karena hanya dengan memiliki harapan kita tetap semangat menjalani hari, sampai satu penantian Tuhan memanggil.
Namun bunuh diri Sondang bukan tanpa harapan, bukan juga suatu kesia-siaan. Aksinya adalah penegasan akan harapan, bahwa kami RAKYAT butuh diperhatikan, didengar dan diberikan solusi bukan sekedar janji, keacuhan dan ketidakpedulian. Diatas permukaan, Indonesia baik-baik saja, namun dibalik itu semua ada kegalauan, dengan sejuta masalah yang menumpuk dan TIDAK MAU diselesaikan, dibiarkan dalam ketidakpedulian, ditinggalkan seakan tidak ada masalah.
Pemimpin negeri ini sesungguhnya tidaklah bodoh, dan tidak juga lamban. Pemimpin negeri ini sesungguhnya adalah cerdas, ganteng, santun, berani, tegas dan dapat diandalkan, karena itulah beliau terpilih kembali untuk kedua kalinya. Apa yang kurang?, apa yang salah? Kami juga tidak tahu!. Kami ingin sekali Tuhan yang berbicara, ada apa dengan Indonesia? kalau kami ini bermasalah Tuhan, berilah kami solusi. Kalau kami ini sakit, berilah kamiobatnya ya Rab…
System politik yang dibangun SBY sebenarnya sudah baik, demokrasi ditegakkan, ekonomi relative stabil, kita hanya kesal dengan gayanya yang lamban, korupsi merajalela dibiarkan, katanya mau perang melawan korupsi tapi kok kenyataannya perang-perangan (perang bohongan, red)”.
Dunia internasional dan Negara adikuasa sebenarnya senang dengan presiden SBY dan para pejabatnya, lamban dan gampang dibodoh-bodohi, mau disogok dan mudah diatur-atur. Presiden kita saat ini adalah cermin bangsa Indonesia, dipilihnya beliau oleh rakyat karena rakyat merasa terwakili dengan figurnya, karakternya dan harapannya.
Sosok Sondang tak ubahnya seperti Sisifus dalam mite yunani kuno, pahlawan kemanusiaan yang telah membuat berang para dewa di khayangan. Pertolongannya kepada manusia, membuatnya terusir dalam surga dan masuk dalam neraka, menjalani hukuman yang absurd. Mengelindingkan batu besar ke atas puncak bukit,lalu batu besar itu turun kembali ke lembah dan sisifus harus mengulanginya mengangkat sampai keatas, lalu turun kembali, mengangkat kembali begitu seterusnya. Tidak ada yang lebih absurd dan sia-sia menurut kita, apa yang telah dilakukan Sisifus itu, seperti halanya kita melihat secara dangkal apa yang telah dilakukan Sondang. Sia-sia, konyol, pahlawan satu minggu, satu bulan, dst. Dalam ketidakabadian manusia, kita seharusnya bangga bahwa kita bisa membuat sejarah, dan saat sejarah itu tertoreh, maka eksistensi kita kemudian menjelma dan menyatu dalam keabadian.
Sondang telah menghentakkan public dengan keberaniannya mengorbankan nyawanya. Kita ingat Mahatma Gandhi pernah melakukan aksi mogok untuk mencegah pertempuran antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam dan walaupun beliau dihentikan sebelum maut, beliau kelihatan rela mati. Ini menarik perhatian kepada perjuangannya dan hormat yang amat kepada beliau sebagai seorang pemimpin rohaniah.
Pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerika Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.
Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.
Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”
# Dari Berbagai Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H