Source: vivanews tanggal 09/12/2011 05:42:00 PM news
Pertanyaannya kemudian, apakah sedemikian terpuruknya rakyat Indonesia saat ini? Apakah rakyat tertekan, menderita lahir dan batin saat ini? Atau itu hanya ilusi sekilas.
BUNUH DIRI POLITIK
Ada keputusasaan tapi juga memiliki pesan akan harapan perubahan. Sondang meradang, sondang menerjang, yang lamban kita tendang keluar gawang. Apalah arti seorang Sondang yang meradang, membakar diri sebagai bentuk protes akan keadaan dan kemandegan politik.
Seburuk apapun kondisi diri, secarut marut apapun politik ekonomi negara, tetaplah memiliki HARAPAN. karena hanya dengan memiliki harapan kita tetap semangat menjalani hari, sampai satu penantian Tuhan memanggil.
Namun bunuh diri Sondang bukan tanpa harapan, bukan juga suatu kesia-siaan. Aksinya adalah penegasan akan harapan, bahwa kami RAKYAT butuh diperhatikan, didengar dan diberikan solusi bukan sekedar janji, keacuhan dan ketidakpedulian. Diatas permukaan, Indonesia baik-baik saja, namun dibalik itu semua ada kegalauan, dengan sejuta masalah yang menumpuk dan TIDAK MAU diselesaikan, dibiarkan dalam ketidakpedulian, ditinggalkan seakan tidak ada masalah.
Pemimpin negeri ini sesungguhnya tidaklah bodoh, dan tidak juga lamban. Pemimpin negeri ini sesungguhnya adalah cerdas, ganteng, santun, berani, tegas dan dapat diandalkan, karena itulah beliau terpilih kembali untuk kedua kalinya. Apa yang kurang?, apa yang salah? Kami juga tidak tahu!. Kami ingin sekali Tuhan yang berbicara, ada apa dengan Indonesia? kalau kami ini bermasalah Tuhan, berilah kami solusi. Kalau kami ini sakit, berilah kamiobatnya ya Rab…
System politik yang dibangun SBY sebenarnya sudah baik, demokrasi ditegakkan, ekonomi relative stabil, kita hanya kesal dengan gayanya yang lamban, korupsi merajalela dibiarkan, katanya mau perang melawan korupsi tapi kok kenyataannya perang-perangan (perang bohongan, red)”.
Dunia internasional dan Negara adikuasa sebenarnya senang dengan presiden SBY dan para pejabatnya, lamban dan gampang dibodoh-bodohi, mau disogok dan mudah diatur-atur. Presiden kita saat ini adalah cermin bangsa Indonesia, dipilihnya beliau oleh rakyat karena rakyat merasa terwakili dengan figurnya, karakternya dan harapannya.
Sosok Sondang tak ubahnya seperti Sisifus dalam mite yunani kuno, pahlawan kemanusiaan yang telah membuat berang para dewa di khayangan. Pertolongannya kepada manusia, membuatnya terusir dalam surga dan masuk dalam neraka, menjalani hukuman yang absurd. Mengelindingkan batu besar ke atas puncak bukit,lalu batu besar itu turun kembali ke lembah dan sisifus harus mengulanginya mengangkat sampai keatas, lalu turun kembali, mengangkat kembali begitu seterusnya. Tidak ada yang lebih absurd dan sia-sia menurut kita, apa yang telah dilakukan Sisifus itu, seperti halanya kita melihat secara dangkal apa yang telah dilakukan Sondang. Sia-sia, konyol, pahlawan satu minggu, satu bulan, dst. Dalam ketidakabadian manusia, kita seharusnya bangga bahwa kita bisa membuat sejarah, dan saat sejarah itu tertoreh, maka eksistensi kita kemudian menjelma dan menyatu dalam keabadian.
Sondang telah menghentakkan public dengan keberaniannya mengorbankan nyawanya. Kita ingat Mahatma Gandhi pernah melakukan aksi mogok untuk mencegah pertempuran antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam dan walaupun beliau dihentikan sebelum maut, beliau kelihatan rela mati. Ini menarik perhatian kepada perjuangannya dan hormat yang amat kepada beliau sebagai seorang pemimpin rohaniah.
Pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerika Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.
Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.
Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”
# Dari Berbagai Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H