[caption id="attachment_129098" align="aligncenter" width="270" caption=""wangi mawar yang tahan lama memang memantaskan dirinya dijadikan duta cinta. disertai harapan cinta yang terbina pun sama lamanya." (www.flickr.com)"][/caption] Sebagai duta cinta, eksistensi bunga mampu melampaui kata-kata. Dari dulu hingga sekarang, bunga dianggap representatif dalam melambangkan cinta. Cukup menyodorkan sekuntum bunga, kuatnya arti pesan cinta tersampaikan. “Ada seikat mawar untuk diingat, dan ada bunga pansy untuk dipikirkan”, begitu kata Ophelia kepada Laertes dalam Hamlet-nya Shakespeare. Bahasa sandi dalam bunga memang mampu menyampaikan hasrat dan sentimen-sentimen yang tidak dapat diungkapkan secara vulgar. Jauh dari sekadar permainan kata-kata, apalagi bagi orang-orang yang gagu untuk mengutarakan cinta seperti saya, bahasa sandi di balik seikat mawar disandarkan pada pemahaman filosofis bahwa kebenaran cinta dapat diekspresikan dengan alam. Bersama lotus, mawar menjadi simbol spiritual dan hasrat manusia. Kuncup-kuncupnya yang bergelung menjadi metafora hati. Helai-helainya yang terpapar terbuka juga merupakan alegori bagi pertumbuhan spiritual anak Adam. Namun, untuk memetik kuncupnya di taman cinta, kadang seseorang dipaksa untuk mengalami banyak frustrasi dan melalui onak duri. Sampai saat ini, kendati kadang berwajah taksa, mawar tetap memiliki sisi romantis dan erotis. Bagaimana pun, ia merupakan simbol karunia Ilahi, keindahan alam, kecantikan yang tercinta, dan sekaligus menjanjikan cinta anak manusia. Tak saja menggambarkan surga di muka bumi, tapi juga merepresentasikan untaian tasbih ibadah di taman surga. Wangi mawar yang tahan lama memang memantaskan dirinya dijadikan duta cinta. Disertai harapan cinta yang terbina pun sama lamanya. Tak heran jika wanginya yang mengandung aprhodisiac begitu kuat menjadi rahasia lama berbagai perusahaan parfum, sehingga memabuk-kepayangkan bagi penciumnya. Begitulah jika cinta dideklarasikan dengan sekuntum bunga. Mau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H