Mohon tunggu...
Aziz Safa
Aziz Safa Mohon Tunggu... Programmer - editor dan operator madrasah

jika hidup mempunyai arti yang beragam, tentunya bahagia juga tak bermakna tunggal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mawar Cinta

29 April 2010   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_129098" align="aligncenter" width="270" caption=""wangi mawar yang tahan lama memang memantaskan dirinya dijadikan duta cinta. disertai harapan cinta yang terbina pun sama lamanya." (www.flickr.com)"][/caption] Sebagai duta cinta, eksistensi bunga mampu melampaui kata-kata. Dari dulu hingga sekarang, bunga dianggap representatif dalam melambangkan cinta. Cukup menyodorkan sekuntum bunga, kuatnya arti pesan cinta tersampaikan. “Ada seikat mawar untuk diingat, dan ada bunga pansy untuk dipikirkan”, begitu kata Ophelia kepada Laertes dalam Hamlet-nya Shakespeare. Bahasa sandi dalam bunga memang mampu menyampaikan hasrat dan sentimen-sentimen yang tidak dapat diungkapkan secara vulgar. Jauh dari sekadar permainan kata-kata, apalagi bagi orang-orang yang gagu untuk mengutarakan cinta seperti saya, bahasa sandi di balik seikat mawar disandarkan pada pemahaman filosofis bahwa kebenaran cinta dapat diekspresikan dengan alam. Bersama lotus, mawar menjadi simbol spiritual dan hasrat manusia. Kuncup-kuncupnya yang bergelung menjadi metafora hati. Helai-helainya yang terpapar terbuka juga merupakan alegori bagi pertumbuhan spiritual anak Adam. Namun, untuk memetik kuncupnya di taman cinta, kadang seseorang dipaksa untuk mengalami banyak frustrasi dan melalui onak duri. Sampai saat ini, kendati kadang berwajah taksa, mawar tetap memiliki sisi romantis dan erotis. Bagaimana pun, ia merupakan simbol karunia Ilahi, keindahan alam, kecantikan yang tercinta, dan sekaligus menjanjikan cinta anak manusia. Tak saja menggambarkan surga di muka bumi, tapi juga merepresentasikan untaian tasbih ibadah di taman surga. Wangi mawar yang tahan lama memang memantaskan dirinya dijadikan duta cinta. Disertai harapan cinta yang terbina pun sama lamanya. Tak heran jika wanginya yang mengandung aprhodisiac begitu kuat menjadi rahasia lama berbagai perusahaan parfum, sehingga memabuk-kepayangkan bagi penciumnya. Begitulah jika cinta dideklarasikan dengan sekuntum bunga. Mau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun