Abu Hamid al-Ghazali atau lebih dikenal luas sebagai al-Ghazali adalah seroang pemikir besar  yang lahir pada masa pemerintahan bani Abbasiyah. Dirinya lahir di Kota Thus, sebuah kota kecil yang berada di Khurasan. Sejak masih kecil, dirinya telah menempuh pendidikan agama, yaitu semenjak ditaruh di panti asuhan oleh ayahnya. Di tempat tersebut ia memperoleh jaminan berupa tempat tinggal, kebutuhan konsumsi, dan pendidikan. Dirinya pun berhasil menjadi orang hebat yang memiliki kedalaman kemampuan dalam berbagai macam disiplin ilmu sehingga wajar jika ia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pengajar di sebuah madrasah kajian ilmu di saat usianya masih belia.Â
Al-Ghazali kala itu menguasai sebagian besar bidang ilmu yang meliputi bidang filsafat, teologi, fiqh, dan lain-lain. Â Bahkan hingga masa dewasa ini namanya masih tetap dikenang karena kontribusinya dalam mengembangkan pemikiran tentang agama Islam. Hal itu membuatnya dijuluki sebagai Hujjatul Islam (Pemelihara aqidah umat Islam) di mana pada saat itu umat berada pada posisi goyah secara keyakinan akibat maraknya isme-isme filsafat metafisika ala aristotelian yang dianggap bertentangan dengan Aqidah dalam ajaran Islam.
Pada saat itu pemikiran filsafat yang diprakarsai oleh Aristoteles banyak diadopsi oleh beberapa filsuf besar dari kalangan Islam sendiri seperti Ibnu Sina dan al-Farabi. Berikut sejumlah pemikiran mahzab aristotelian yang dianggap menyesatkan oleh Imam al-Ghazali.
1. Keberadaan Alam Semesta
Teori tentang ketidakawalan alam semesta pada masa silam pernah dicetuskan oleh seorang filosof besar dunia yang masih popeler hingga kini. filosof tersebut bernama Aristoteles yang dikenal sebagai pemikir beraliran paripatetik. Melalui pemikirannya ia telah banyak melahirkan teori-teori terkemuka
Namun, dalam dunia akdemik Islam ia mendapatkan pertentangan yang berhubungan dengan teori metafisikanya yang menyatakan bahwa alam semesta bersifat abadi. Lebih jauh, teori tersebut menyebutkan bahwasannya alam semesta tidak memiliki keberawalan alias ada bersamaan dengan keberadaan Tuhan. Atas pemikiran tersebut al-Ghazali pun membantahnya.
2. Statement tentang Tuhan memiliki keterbatasan
Dalam mahzab pemikiran aristotelian terdapat sebuah pandangan yang mengatakan Tuhan memiliki keterbatasan. Teori tersebut didasarkan pada sebuah spekulasi bahwa Tuhan tidak memiliki pengetahuan tentang masa depan. Adapun yang diketahui Tuhan hanyalah daya kognitif tentang masa sekarang dan sebelumnya.
Al-Ghazali pun kembali membantah argumen tersebut melalui salah satu karyanya yang sangat fenomenal berjudul at-Tahafut Falasifah (kekcacauan berpikir para filosof). Dalam bukunya itu, dikatakan oleh al-Ghazali bahwa pemikiran semacam itu tumbuh sebagai konsekuensi dari teori yang mereka yakini di mana Tuhan bermanifestasi dalam bentuk alam semesta. Al-Ghazali menuturkan kalau akibat pemikiran tersebut para filosof telah terjebak pada keyakinan yang mana Tuhan dianggap memiliki dimensi ruang dan waktu sama dengan makhluk cipataannya yang berwujud materi.
3. Argumentasi tentang pembelaan terhadap Tuhan oleh para filosof
Salah satu pemikiran kaum filosofis yang terkenal adalah teori Tuhan maujud bersamaan dengan alam semesta. Di mata mereka bila Tuhan ada lebih awal mendahului alam semesta, maka Tuhan belum memiliki pengetahuan dan kehendak akan pengadaannya.Â