Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Thawaf Qudum Dan Kerinduan yang Membuncah, Catatan Perjalanan Haji 2024 (Bagian 5)

16 Juli 2024   09:45 Diperbarui: 16 Juli 2024   09:48 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang yang melaksanakan ibadah haji atau umroh, maka hal pertama yang dilakukan di Mekkah adalah melaksanakan thawaf qudum. Thawaf qudum merupakan  thawaf sunnah sebagai penghormatan kepada Baitullah. Bagi jamaah yang melakukan haji ifrad atau qiran, thawaf qudum dilaksanakan tersendiri di hari pertama kedatangannya di Mekkah. Sedangkan bagi jamaah haji yg melakukan haji tamattu, thawaf qudum tidak dilakukan tersendiri,  tetapi sudah termasuk di dalam thawaf umrah.

Mungkin ada yang bingung, mengapa ada thawaf umrah dalam ibadah haji. Penjelasannya seperti ini. Menurut mayoritas ulama, yang diwajiban atas setiap muslim  tidak hanya haji tetapi juga umrah. Keduanya diwajibkan hanya sekali sepanjang umur. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Baqarah: 196, (Dan sempurnakanlah haji Dan umrah karena Allah). Memang ada sebagian ulama Hanafiyah yang berpendapat bahwa hukum umrah tidak wajib tapi sunnah muakkad .

Nah, setiap orang yang berhaji ada dua kemungkinan. Pertama, melakukan haji saja di bulan haji sedangkan umrahnya di lain waktu. Orang yang hajinya seperti ini disebut haji ifrad. Umumnya haji model ini dilakukan oleh penduduk lokal Mekkah dan sekitarnya atau orang asing yang mukim di Mekkah dan sekitarnya. Bagi mereka tidak ada kesulitan untuk berumrah di waktu lain setelah bulan haji.

Kedua, melakukan haji dan umrah di musim haji. Ada yang mendahulukan umrah dulu sebelum haji dan hajinya disebut haji tamattu'. Ada pula yang menggabungkan  niat umrah saat  melakukan thawaf dan sai  ifadhah (thawaf dan sai yang merupakan rukun haji).Haji model terakhir ini disebut haji qiran.

Kebetulan haji yang kami lakukan saat itu adalah haji tamatthu'. Kami datang ke Mekkah sebelum pelaksanaan rangkaian ibadah haji yaitu sebelum tanggal 8 Dzulhijjah. Pada tanggal 8 Dzuhijjah inilah  rangkaian ibadah haji diulai dengan kegiatan tarwiyah, yaitu menginap di Mina pada 8 Dzulhijjah malam sebelum wukuf di Arafah tanggal 9 nya.

Kami tiba di Mekkah sore hari tanggal 6 Juni 2024 atau 29 Dzulqo'dah 1445. Karena kedatangan kami di sore hari, maka waktu ideal untuk melakukan umrah (thawaf, sai dan tahallul)  yang thawafnya sekaligus thawaf qudum adalah di malam hari setelah isya'. Namun kami tidak langsung mengambil waktu setelah isya', melainkan pukul 23.00 WAS untuk memberi kesempatan tubuh ini mengembalikan energi yang terkuras setelah perjalanan panjang dari tanah air.

Pelaksanaan umrah menjadi momentum yang sangat mengaduk-aduk perasaan terutama bagi jamaah yang belum pernah berumroh. Ada rasa rindu, senang, penasaran, gugup dan waswas bercampur menjadi satu.

Pada pukul 22.30 saya dan rombongan jamaah sudah bersiap diri di lobby hotel sambil menunggu teman yang masih tercecer karena antrian masuk lift untuk turun dari lantai 18 dan 19. Sepanjang hari kami penuh kewaspadaan karena masih berihram. Kami saling mengingatkan agar tidak melanggar larangan ihram. Butuh effort dan kewaspadaan tinggi untuk melakukan itu karena harus merubah kebiasaan lama.

Setelah semua anggota rombongan berkumpul, kecuali yang berkursi roda yang tidak kami ikut sertakan malam itu, saya pun mengomando semua jamaah untuk berjalan ke luar hotel melalui pintu belakang. Adapun beberapa jamaah yang berkursi roda kita rencanakan untuk diantar umrah pagi harinya.  

Di luar, seorang pemandu umrah telah menunggu. Kami sengaja meminta bantuan mukimin untuk memandu, karena kebanyakan jamaah belum kenal medan. Pemandu yang sering diistilahkan muthawif menunjukkan jalan menuju pintu Babussalam yang dekat dengan titik memulai thawaf yaitu area yang sejajar dengan hajar aswad. Area ini ditandai dengan lampu hijau yang terlihat di sebelah kanan orang yang thawaf.

Untuk menuju ke Masjidil Haram kami menumpang bus shalawat (bus untuk shalat 5 waktu), istilah untuk armada bus yang disewa oleh pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi angkutan jamaah haji Indonesia dari hotel ke Masjidil Haram. Berdasarkan keterangan Kementerian Agama di media, musim haji tahun 2024 ini pemerintah menyewa sebanyak 450 armada bus yang melayani 22 rute. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun