Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kedatangan di Mekkah dan Renungan Daya Tarik Mekkah, Catatan Perjalanan Haji 2024 (Bagian 4)

8 Juli 2024   15:12 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:36 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita kembali ke cerita perjalanan dari Jeddah ke Mekkah. Saat kondisi lalu lintas normal, perjalanan membutuhkan sekitar 1 jam lebih 10 menit. Tetapi sedari awal keluar area bandara ke jalan umum, saya sudah merasa bahwa lalu lintas saat itu tidaklah normal. Terlihat di sebelah kiri bus-bus yang membawa penumpang jamaah calon haji dari berbagai negara berjajar 3 hingga empat sehingga membuat laju bus merayap.

Kemacetan parah dan membuat laju bus betul-betul stag terjadi ketika memasuki area check point untuk pemeriksaan tasreh bus di daerah Syumaishi sekitar 40 km sebelum Mekkah. Meskipun saat itu petugas hanya memeriksa tasreh bus dan tidak melakukan pemeriksaan pasport dan visa, namun padatnya antrian bus membuat macet.  Bus yang mengangkut kita nyaris tak bergerak hampir satu jam.

Dalam kegalauan menunggu pergerakan bus, saya melirik ke paket mekanan dan minuman yang disediakan bus. Tanpa basah basi saya melahap semua yang ada di bungkus tersebut; jus nanas, roti isi blue berry, dan roti biscuit. Untuk mineral sudah saya habiskan beberapa saat sejak bus berangkat dari Jeddah.

Setelah semua makanan habis, saya membuka hp dan mengecek info terbaru di wa group karom kloter. Ternyata ada " share-share an" pembagian kamar hotel. Saya pun menyibukkan diri untuk membaca dan memeliti satu persatu anggota rombongan dan kamar yang ditempatinya. Setelah itu saya share file tersebut ke grup rombongan. Kebanyakan anggota rombongan tidak menyempatkan diri mengecek info di grup karena sedang fokus menunggu pergerakan bus dan mengatasin kepenatan. Saya pun beriniatif memgabari anggota rombongan yang duduk dekat saya untuk mengecek info di grup. 

Beberapa saat kemudian mulai terdengar kasak-kusuk memperbincangkan pembagian kamar tersebut hingga menjadi viral dalam bus dan mengalihkan fokus mereka dari menunggu kemacetan kepada pembagian kamar hotel tersebut. Terdengar suara ungkapan syukur dari berapa jamaah karena mendapatkan teman sekamar yang cocok di hati. Ada pula yang menerima dengan penuh kepasrahan dan menyikapi secara positif meskipun  tidak mendapatkan teman sekamar sesuai harapan.

Saya sendiri melanjutkan membuat catatan kamar dan anggota rombongan yang menempatinya agar memudahkan koordinasi. Tiba-tiba kepala terasa pening dan tubuh agak lemas. Saya mencurigai bahwa enegi saya mulai terkuras. Beruntung kursi di sebelah saya tidak ada yang menempati. Satu paket snack yang masih ada di atasnya saya manfaatan untuk mengatasi masalah tersebut hingga energi kembali pulih. Sambil terkantuk-kantuk saya menikmati sisa perjalanan.

Ketika bus memasuki kota Mekkah, ada penyetopan kembali oleh petugas. Beberapa petugas naik ke atas bus dan meminta agar jamaah mengumpulkan pasport. Saya pun mengumpulkan pasport jamaah rombongan saya dan menyerahkannya kepada petugas. Setelah beberapa waktu di Mekkah saya mengatahui bahwa petugas yang mengumpulkan pasport tersebut adalah petugas dari maktab. Maktab adalah pihak ketiga yang diberi amanah masyariq (even organizer di atas maktab) untuk memberikan layanan kepada jemaah haji.
Kebetulan kloter SOC 90 berada di bawah naungan maktab 99 yang kantornya berada di kawasan pemukiman Syauqiyah, sekitar 14 km dari lokasi hotel di kawasan Raudhah. 

Saya sendiri pernah ke kantor tersebut sebanyak dua Kali. Pertama sebelum pelaksanaan haji untuk mendaftarkan jamaah yang mengambil tarwiyah. Saat itu diantar oleh seorang mukimin Indonesia. Kedua, dua pekan sebelum pindah ke Madinah untuk pengecekan data rombongan sebelum penyerahan kembali pasport ke jamaah melalui masing-masing karom saat perpindahan jamaah ke Madinah. Saat itu saya dijemput oleh staf maktab bersama ketua kloter dan para karom SOC 90. Pimpinan maktab 99 bernama Thal'at Ayyub Ibrahim , seorang Arab Saudi yang masih ada garis keturunan dari Kedah Malaysia.
Maktab inilah yang mengatur layanan penginapan, konsumsi, transfortasi hal-hal lain  selama pelaksanaan ibadah haji.

Tak lama kemudian sampailah bus yang mengangkut kita di depan hotel. Beberapa petugas langsung naik ke dalam bus seakan hendak menyerbu kita. Tiba-tiba kita disuguhkan dengan drama perdebatan antar petugas, apakah semua jamaah harus diberi gelang penanda saat itu juga atau nanti saat di hotel masing-masing. Bagi kebanyakan jamaah yang belum kenal gaya bicara orang Arab, perdebatan atau lebih tepatnya diskusi tersebut terdengar seperti pertengkaran. Diskusi sengit itu berhenti ketika ada seorang panitia dari Indonesia yang memberi penjelasan dengan gaya bahasa yang tidak terlihat kalau ia orang Indonesia.

Dua orang cewek usia 17-an kemudian memakaikan gelang kertas berbarkot yang berisi informasi hotel tempat menginap jamaah. Ketika hendak memakaikan gelang ke tangan saya seorang dari keduanya menyapa terlebih dahulu, "ahlan ya hajj". Bahasa Arabnya renyah, tapi wajahnya tampak bukan asli Saudi. Saya pun bertanya penasaran, "Anti Suudiyah?" (Apakah kamu orang Saudi?). Ia menjawab, "Laa, ana Malaiziyyah." (Tidak, saya orang Malaysia).

Ini adalah satu satu bukti firman Allah SWT dalam QS. Al-Haj:28 bahwa ketika kita berhaji akan ditunjukkan berbagai kemanfaatan baik dalam aspek duniawi maupun ukhrawi. Ibadah haji telah memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak manusia dari berbagai negara. Para petugas yang bergabung dalam proses pelayanan ibadah haji Indonesia saja melibatkan berbagai negara. Di kantor maktab 99 yang menaungi kloter Solo misalnya, saya jumpai staf dari Turki, Syiria, selain Saudi dan Indonesia tentunya. Di hotel, saya menjumpai orang Mesir, Banglades, dan Pakistan. Perusahaan katering yang melayani jamaah di hotel kami adalah perusahaan Bin Marta dari Makasar, tetapi pekerjanya ada yang dari Saudi, Malaysia, Banglades, Lampung, Surabaya, Bandung, dan Madura. Di tenda Mina penanggung jawab distribusi konsumsi adalah orang Thailand yang fasih berbahasa Indonesia dan penanggung jawab teknisi per AC an  adalah orang India. Saya juga pernah mengurus jamaah yang sakit di klinik darurat Masjidil Haram dan rumah sakit darurat di As-Sofwah Tower dekat Zam-Zam Tower. Para perawatnya kebanyakan bukan orang Saudi dan saya menjumpai dua perawat Indonesia dari Jakarta dan Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun