Satu kloter (untuk pesawat dengan 360 penumpang) terdiri dari 9 rombongan, masing-masing terdiri dari 40 jamaah. Dalam perjalanan darat, para jamaah diangkut per rombongan dengan bis. Satu rombongan menempati tempat duduk yang bedekatan di pesawat dan ketika mereka diangkut dengan bis harus sesuai dengan rombongannya.
Ketika berada di embarkasi, para jamaah terlebih dahulu melewati pengecekan kesehatan. Saat pengecekan kesehatan ini perasaan waswas nan berdebar muncul kembali di benak sebagian jamaah.Â
Meskipun jamaah yang diberangkatkan ke embarkasi telah memenuhi kualifikasi istithaah kesehatan, namun pengecekan kesehatan di embarkasi untuk memastikan bahwa jamaah telah layak terbang. Bagi mereka yang secara kesehatan belum layak terbang, maka keberangkatan ke taah suci akan ditunda  hingga dinyatakan sehat dan layak terbang dan bergabung ke kloter baru yang ada tersedia seat.Â
Jika kloter berikutnya tidak ada, maka akan diberangkatkan dengan kloter terakhir yang sering disebut kloter sapu jagat yang biasanya memang dirancang ada beberapa seat kosong untuk menampung jamaah yang tertunda keberangkatannya.Â
Bagi jamaah calon haji yang hingga penerbangan kloter sapu jagat belum layak terbang, maka ia tidak bisa melaksanakan ibadah haji tahun tersebut dan berkesempatan untuk melaksanakannya pada tahun berikutnya.
Purna dari pemeriksaan kesehatan, jamaah calon haji mendapatkan gelang jamaah haji, living cost sebesar 750 SAR untuk tahun 2024 ini, dan penempatan kamar untuk beristirahat sebelum penerbangan.Â
Sebelum tiba waktu penerbangan sekitar 24 jam, para jamaah haji beristirahat dan melaksanakan shalat lima waktu, serta melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi untuk bekal di tanah suci seperti membeli paket data hp roaming Arab Saudi dan menukar uang riyal. Ada juga jasa perbaikan tali tas pasport yang mendapat serbuan jamaah.
Sejak di embarkasi perubahan suasana dan miliu spiritual sudah terasa. Pergerakan para jamaah calon haji ke masjid embarkasi saat tiba waktu shalat menjadi miniatur pergerakan jamaah haji ke Masjidil Haram di Mekah Dan Masjid Nabawi di Madinah. Ikhtiar pengelola embarkasi mengangkat muadzin, Imam dan penceramah dengan standar yang baik, sangat mendukung terwujudnya miliu spiritual yang sangat kondusif (dalam hal ini konteksnya embarkasi Solo). Maka tak pelak hal itu menambah ghirah dan kerinduan jamaah untuk segera terbang ke tanah suci. (Bersambung)