Kita sering mendengar ungkapan "saya menemukan Islam di negara sekuler" atau ungkapan "orang non muslim ternyata lebih Islami". Tokoh pembaharu Islam Muhammad Abduh ketika berkunjung ke Eropa pernah berkata, "Di sana ada Islam tanpa orang Islam, sedangkan di Mesir banyak orang Islam tanpa Islam."
Bahkan Hossein Askari, seorang profesor hubungan internasional Universitas George Washington AS, melakukan penelitian terhadap  208 negara yang  kesimpulannya  Irlandia, Denmark, Luksemburg, dan Selandia Baru sebagai negara lima besar yang paling islami di dunia.
Hal ini sangat mengejutkan. Yang lebih mengejutkan tidak ada negara Islam atau negara berpenduduk mayoritas muslim yang masuk 30 besar. Paling tinggi Peringkat 33 yang ditempati oleh Malaysia.
Empat faktor menjadi kriteria dalam penerapan ajaran Islam secara ideal dalam penelitian tersebut, yakni pencapaian ekonomi masyarakat, pemerintahan, hak asasi manusia dan politik, serta hubungan internasional.
Tentu ada banyak pertanyaan besar atas kesimpulan-kesimpulan di atas. Tepatkah mendefinisikan islami tidak islaminya individu atau masyarakat hanya dari sebagian aspek Islam dan meninggalkan aspek-aspek lain yang lebih fundamental seperti keimanan?
Ungkapan-ungkapan tersebut juga cenderung hiperbolis atau berlebih-lebihan. Namun demikian orang Islam tidak menutup mata bahwa implementasi ajaran Islam belum terwujud secara kaffah di banyak masyarakat muslim.
Dalam masalah akidah dan ibadah tentu tidak menyematkan predikat islami kecuali kepada orang muslim. Namun dalam masalah perilaku sosial, masih banyak masyarakat Islam yang terlihat bopeng-bopeng dan belum islami seutuhnya.
Tentang kebersihan misalnya. Umat Islam yang memiliki slogan "kebersihan bagian dari iman" masih kalah bersih dari masyarakat non muslim secara umum. Belum lagi persoalan kedisiplinan dan etos ilmu, serta etos kerja.
Negara Islam seperti Arab Saudi, Qatar, dan Malaysia saja dalam penelitian Askari disebut kalah jauh islami dari negara-negara Eropa, apalagi negara Indonesia.
Di negara dengan jumlah penduduk muslim 209 juta lebih atau 87 % dari total penduduk, orang shalih banyak tapi belum dirasakan secara kebangsaan. Orang jujur banyak, tapi korupsi dan penyebaran hoax masih menjadi menyakit publik. Kampanye dan dakwah peduli lingkungan terus dilakukan, tetapi perusakan lingkungan dan pencemaran sungai terus terjadi.
Lihat sungai-sungai yang melintas di kota-kota Indonesia! Sangat langka yang bersih dan bisa dimanfaatkan sebagai wisata air. Bandingkan dengan sungai-sungai yang melintas kota di German, Belanda, Italia, dan negara-negara lain yang sangat bersih dan menjadi tempat wisata di tengah kota.