Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merasa Cukup Banyak Waktu

17 Juli 2020   06:55 Diperbarui: 17 Juli 2020   07:21 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Muhammad saw. Bersabda: "Ada dua nikmat, kebanyakan manusia terpedaya olehnya. Yaitu nikmat sehat dan sempat."

Apa yang telah terlewat dari waktu tidak akan pernah terulang. Itulah ciri khas waktu  yang harus selalu kita tempelkan dalam benak kita. Waktu jam 10 hari ini bukanlah waktu jam 10 hari kemarin. Hari Senin sekarang bukanlah pengulangan hari Senin pekan yang lalu. Waktu terus berjalan linier Ke depan. Manusia tidak bisa mengembalikannya dengan mesin waktu.

Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya dialah yang akan memotongmu. Kata hikmah ini konon dinisbatkan pada Imam Syafii, meskipun banyak diragukan. Dalam peperangan, pedang memiliki kecepatan sabetan untuk memenggal musuh dan membunuhnya. Ketika kita tidak bisa memenggal musuh atau melumpuhkannya maka pedang musuh yang akan memenggal kita. Ketika kita tidak bisa memanfaatkan waktu maka kita akan tergilas oleh waktu.

Seperti sabetan pedang, waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin kita memasuki tahun 1990-an sekarang sudah 2020-an. Yang saat ini pensiun, seakan-akan masa pensiun itu hadir begitu saja sementara mulai bekerja rasanya baru kemarin. Demikian pula yang saat ini di bangku kuliah. Dulu membayangkan masa kuliah itu masih lama datangnya, ternyata begitu cepat datangnya.

Bulan Ramadan adalah miniatur kehidupan kita. Di awal Ramadhan terasa masih punya banyak waktu untuk mengkhatamkan Alquran beberapa kali. Di ujung Ramadhan, banyak orang merasa tidak cukup waktu untuk mengkhatamkan Alquran meskipun cuma sekali. Ternyata satu bulan begitu cepat berlalu.

Syeikh Yusuf Qardhawi dalam buku kecil beliau yang berjudul Al Waqtu fi Hayh al-Muslim, menjelaskan 3 penyakit manusia terkait waktu;

Pertama, mencela waktu ( sabbu az-zaman)

Mengambinghitamkan waktu atas kegagalan dan ketidakberuntungan merupakan tradisi orang musyrik jahiliyah. Namun manusia modern juga banyak yang belum bisa lepas dari keyakinan yang dibenci oleh Allah ini. Ada yang menyandarkan petaka kepada hari, bulan, dan tahun tertentu. Ada yang  menyalahkan saat dan hari atas suatu kesialan.

Kedua, lalai (ghaflah). Lalai itu berbeda dengan lupa. Lupa terjadi di luar kontrol dan kesadaran, sedangkan lalai  di dalam kesadaran. Orang yang tidak memakai helm ketika berkendaraan misalnya, ada yang  tidak ingat sama sekali (pikiran blank), maka itu namanya lupa. Tapi ada yang sadar kalau dia tidak pakai helm. Ia juga sadar kalau pakai helm itu wajib dan penting untuk menjaga keselamatan jika terjadi kecelakaan. Tetapi kesadarannya terkalahkan oleh nafsunya yang tidak mau ribet.

Banyak manusia mengetahui bahwa hidup di dunia ini sementara, di akherat selama-lamanya, namun perilakunya tidak mencerminkan pengetahuannya. Ia tahu bahwa waktu itu sangat berharga, tapi justru ia sering menyia-nyiakan waktu. Ia tahu bahwa kematian itu dekat,  tetapi ia tidak menyiapkan diri untuk menghadapinya.

Ketiga, menunda beramal (taswif).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun