Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Suprarasional?

9 Juli 2020   20:56 Diperbarui: 2 Juni 2021   12:57 4769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui istilah berpikir suprarasional (shmlool.com)

Istilah berpikir suprarasional pernah ditulis oleh Raden Ridwan Hasan Saputra dalam buku dengan judul yang sama. 

Dalam buku yang ditulis pasa tahun 2017 itu Raden Ridwan  menjelaskan cara berpikir yang tidak hanya berpijak pada hal- hal yang rasional untuk menghadapi berbagai permasalahan dan meraih kesuksesan hidup.

Kata supra sendiri dalam KBBI artinya di atas atau di luar. Sedangkan kata rasional artinya  masuk akal, logis. Sehingga secara sederhana berpikir suprarasional adalah berpikir yang tidak hanya berpijak  pada hal-hal yang bersifat logis dan masuk akal.

Raden Ridwan  menjelaskan empat cara berpikir manusia. Keempat cara  berpikir tersebut adalah sebagai berikut;

Pertama, cara  berpikir natural.  Dengan cara berpikir ini manusia dalam menghadapi masalah cenderung mengikuti pola yang sudah ada atau yang bersifat rutin tanpa ada inovasi.

Kedua, cara berpikir rasional. Yaitu cara berpikir yang sudah melibatkan nalar dan ada inovasi. Pola berpikir ini umumnya tumbuh dari hasil pendidikan dan pengembangan nalar manusia.

Ketiga, cara berpikir supranatural. Yaitu cara berpikir yang tidak biasa atau tidak natural dalam menghadapi masalah dengan meminta bantuan makhluk ghaib. Disebut supranatural karena sebenarnya pemilik pikiran ini bukan orang rasional tapi orang natural yang mencoba cara lain ketika cara biasa dianggap tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.

Keempat, cara berpikir suprarasional. Yaitu cara berpikir orang rasional ketika menghadapi persoalan yang tidak bisa diselesaikan secara rasional, yaitu dengan meminta pertolongan kepada Allah.

Baca juga :Desa Bolang Selesaikan Mushola dengan Cara Suprarasional

Sekilas hampir sama dengan cara berpikir supranatural karena sama-sama bergantung pada yang ghaib. Namun dalam cara berpikir suprarasional pertimbangan untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan yang ghaib adalah pertimbangan rasional. 

Hal itu  terlihat jelas dalam menentukkan Allah sebagai sumber kekuatan dan bukan makhluk yang kekuatannya bergantung kepada Allah.

Kalau boleh disederhanakan, mudah-mudahan tidak tambah rumit,  berpikir suprarasional itu adalah menggunakan cara-cara yang tidak rasional dengan pertimbangan yang rasional. Hal ini berbeda dengan perilaku irasional yang yang tidak memiliki landasan yang rasional.

Cara berpikir suprarasional adalah cara berpikir yang sangat Islami. Ajaran Islam memerintahkan manusia agar selalu menempuh dua jalur atau dua strategi dalam menghadapi permasalahan dan menggapai kesuksesan.

Pertama adalah jalur rasional berupa ikhtiar. Ikhtiar atau sering disebut usaha adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia untuk meraih sesuatu. Allah Swt menetapkan hukum kausalitas atau sebab akibat dalam kehidupan.

Untuk mendapat kekayaan, jalur rasionalnya adalah bekerja. Untuk mendapat kepandaian, jalur rasionalnya adalah belajar. Untuk mendapat pelanggan yang banyak, jalur rasionalnya adalah memperluas jaringan dan melakukan marketing. Untuk mendapat kesembuhan dari penyakit, jalur rasionalnya adalah berobat.

Jalan ikhtiar untuk meraih sesuatu tentu bisa lebih dari satu bahkan lebih dari seribu. Jalan ikhtiar ada yang diketahui secara mudah oleh umumnya orang, ada yang baru diketahui dengan pendalaman ilmu.

Kedua, jalur suprarasional berupa pendekatan diri kepada Allah zat yang mengetahui segala yang ghaib. Segala bentuk ketaatan kepada Allah merupakan sarana mendekatkan  diri kepada Allah. 

Cara berpikir suprarasional menjadikan pendekatan diri kepada Allah sebagai cara untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi permasalahan dan meraih cita-cita kesuksesan.

Baca juga : Neo "The One", Rene Descartes dan Metode Berpikir Rasional

Allah Swt sendiri mendorong hamba-hambanya memberi perhatian besar terhadap jalur ini. Allah memerintahkan orang beriman menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Allah memerintahkan sedekah untuk melipatgandakan rezeki. Allah memerintahkan ketakwaan untuk kehidupan yang dimudahkan. 

Allah memerintahkan membantu orag lain untuk menghadirkan pertolongan Allah, dan masih banyak lagi amal-amal yang diperintahkan oleh Allah yang dapat mendatangkan kemudahan rezeki dan kemudahan hidup meskipun tidak ada hubungan kausalitas.

Orang-orang yang berpikir suprarasional adalah orang-orang yang meyakini bahwa langkah-langkah suprarasional tidak hanya sebagai pendamping bagi langkah ihtiar rasional tapi memiliki pengaruh yang dahsyat. 

Selain itu pola pikir suprarasional akan memberi kekuatan maknawiyah dan ruhiyah pada diri seseorang. Kekuatan itu akan menjadi benteng kokoh dari kegoncangan jiwa saat manusia belum mencapai cita-cita dan keinginan.      

Bagi orang-orang sekular, tentu tidak ada tempat bagi cara berpikir ini. Hukum kausalitas dipahami oleh orang-orang skular tidak menerima usaha yang tidak masuk akal atau tidak rasional. 

Oleh karena itu bangsa-bangsa sekular, di balik gemerlap kemajuannya, menyimpan persoalan kemanusiaan yang akut. 

Baca juga : 16 Cara Berpikir tentang Dunia dan Akhirat dalam Kehidupan Manusia

Jepang misalnya, negeri yang terkenal dengan penduduk workaholic atau mempunyai komitmen yang tinggi untuk bekerja ternyata memiliki 25 ribu gelandangan. Mayoritas dilatar belakangi kegagalan.

Ketika mereka mengalami kegagalan dalam sebuah rencana, mereka akan menghilangkan identitas dirinya dengan menjadi gelandangan; meninggalkan rumahnya, meninggalkan keluarganya. 

Mereka merasa malu dengan kegagalan yang dialami, bahkan sampai pada puncaknya ada diantara mereka yang sampai bunuh diri. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki kekuatan maknawiyah ruhiyah. Kebanyakan mereka tidak memiliki Tuhan. Al-Iydzu billah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun