Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Awas Terjebak Rutinitas

1 Juli 2020   16:49 Diperbarui: 5 Juli 2020   19:13 5618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di sela-sela perbincangan yang ringan tersebut pernah beliau mencari tahu motivasi di balik perilaku riang dan semangat serta pelayanan ekstra pada pelanggan dari tukang parkir tersebut. 

Di balik keluguan dan ceplas ceplosnya muncul jawaban yang mengagumkan, bahwa ia melakukan itu semua untuk menambah amal kebaikan dan pahala. Tukang parkir itu dengan lugu dan ceplas ceplos berkata: “Eealah Den, saya ini orang bodoh dan miskin, bisanya beramal ya dari ini.” Ia maksudkan memberi pelayanan yang baik pada pelanggannya. 

Begitulah tukang parkir tersebut memaknai rutinitasnya, dan itu pula yang memancarkan energi positif yang menghadirkan kebahagiaan dalam hidupnya. 

Seseorang juga bisa terjebak pada rutinitas yang membosankan jika tidak pandai-pandai mengisi waktu. Dalam kehidupan ini semua orang dalam keseharian memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam. Presiden punya waktu 24 jam. Pengusaha sukses punya waktu 24 jam. Penulis produktif punya waktu 24 jam. Pun pemalas dan pengangguran punya waktu 24 jam. 

Ketika waktu 24 jam diisi dengan hal-hal itu-itu saja yang tidak memberi tambahan nilai (value) bagi kehidupan kita,  maka rutinitas hidup berpotensi menjadi kebosanan dan kejenuhan.

Bisa jadi seseorang mengalami kejenuhan  karena merasa tidak ada yang bisa dikerjakan kecuali itu-itu aja. Kalau ini yang terjadi maka solusinya ia harus mengupgrade pengetahuan dan kemampuan diri. 

Di samping menghasilkan  kegiatan yang bermakna, mengupgrade pengetahuan dan kemampuan diri juga memperluas  wawasan dan membuka kesemparan bagi berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menguntungkan. Inilah mengapa Islam mewajibkan umatnya belajar seumur hidup (long life learning).

Hal lain yang menyebabkan seseorang terasa terjebak dalam rutinitas  adalah orientasi hidup duniawi. 

Dunia itu fana. Fana  artinya dapat rusak, tidak abadi. Yang fana dari dunia bukan hanya materinya tetapi juga kenikmatan dan keindahannya.  Dunia seperti bunga yang indah menawan. Tapi begitu dipetik akan layu. Dunia bagaikan fatamorgana yang menggiurkan. Tapi begitu didatangi yang ada hanya kehampaan. 

Kisah keluarga super kaya Amerika Onassis menjadi salah satu pelajaran bagi pemuja dunia. Memiliki  kerajaan bisnis dengan kejayaan yang tidak habis  tujuh turunan, tapi hampir seluruh keluarganya mengalami kematian tragis yang tidak menyedapkan. Ketika hidup, rumah tangganya juga berantakan dan mengalami perceraian. 

Putrinya Cristina Onasis mengalami kehidupan rumah tangga yang lebih buruk. Empat kali ganti pasangan tidak satu pun yang bermuara pada kebahagiaan. Cristina pernah mengucapkan pernyataan yang mengejutkan di hadapan wartawan, “ Saya wanita paling kaya tapi paling menderita di dunia.”. So. Hati-hati dengan dunia!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun