Mohon tunggu...
Abdul Wahab Dai
Abdul Wahab Dai Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Jurnalisme Warga

Gemar membaca buku dan media sejak SD hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Pemilu 1955 Tak Sedemokratis yang Kukira

14 Juli 2024   21:57 Diperbarui: 15 Juli 2024   05:22 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Abdul Wahab Dai
Tinggal di Wajo

Judul: Pemilu 1955 di Sulawesi Selatan/Tenggara (Berebut Suara di Daerah Konflik. Strategi dan Pertarungan Ideologi Partai-partai Politik)

Penulis: Idwar Anwar
Tata Letak/Desain Grafis: Sawerigading Art

Penerbit: Pustaka Sawerigading (Anggota IKAPI)
Cetakan Pertama: Desember

DALAM buku-buku sejarah dan artikel-artikel yang kita baca selalu disebutkan bahwa Pemilu 1955 adalah "pemilu paling demokratis" yang pernah digelar di negeri kita.

Walau hanya berfokus pada Dapil Sulawesi Selatan/Tenggara atau Dapil XII, Idwar Anwar membantah teori tersebut dengan penelusuran pustaka yang dilakukannya.

Pemilu dwitahap memilih anggota DPR dan anggota Konstituante di zona merah Sulselra (Sulawesi Selatan Tenggara) kala itu diwarnai berbagai peristiwa terutama Pemberontakan Kahar Muzakkar yang mengganggu pemilu.

Buku ini menyajikan bukti dan referensi berupa hasutan-hasutan yang berlangsung sebelum Pemilu 1955.

Kendala awal yang dialami penyelenggara pemilu kala itu adalah wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh penyelenggara pemilu.

Disebutkan bahwa pada Pemilu 1955 pada masa Orde Lama terdapat tiga macam peserta pemilu yakni partai, ormas, dan perorangan. Jadi ketiganya bersaing satu sama lain. Juga disebutkan bahwa pegawai pemerintah dapat bergabung pada salah satu partai politik. Bandingkan dengan dewasa ini di mana ASN (PNS/PPPK) tiada boleh bergabung dalam partai politik.

Bandingkan dengan pemilu-pemilu Orde Baru yang pesertanya hanya partai. Dewasa ini pemilu-pemilu era Reformasi pesertanya partai, tetapi mereka bersaing antarpartai. Calon perorangan atau calon senator bersaing antarperorangan, tidak seperti pada Pemilu 1955.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun