"Derajat keseriusan seorang mahasiswa Sastra Prancis kala itu diukur dengan apakah dia memiliki dan menenteng kamus besutan pasangan Labrousse-Soemargono ini," ujar Hasbullah dosen Departemen Sastra Prancis Unhas dalam diskusi dengan penulis petang tadi (Sabtu, 16 Maret 2024) terkait wafatnya Labrousse.
***
Saat sinetron Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan di TV ada era 1990-an, tokoh Zaenab kerap tampil menenteng kamus Labrousse-Soemargono saat fragmen pergi atau sepulang dari kuliah. Dibekapnya kamus tebal ini di dadanya.
***
Ditanya mengenai mahasiswa Studi Prancis dewasa ini lebih larut dalam suasana digital dalam mendalami makna dan padanan kata, Hasbullah berpendapat bahwa saat ini memang sebuah kata Prancis cenderung dijelaskan dengan bahasa Prancis sendiri atau secara ekabahasa.
"Jadi menjelaskan makna kata secara dwibahasa sudah berkurang dan ini mungkin yang mungkin membuat kamus dwibahasa berbentuk buku sudah berkurang," terangnya.
Dahulu ada lelucon di kampus bahwa kalau dulu anak Kedokteran membawa buku tebal buku Anatomi di petepete (angkutan kota khas Makassar), maka anak Sastra Prancis menandinginya dengan menenteng kamus Labrousse atau Soemargono yang super tebal.
Lain halnya dengan Masdiana, seorang dosen Departemen Sastra Prancis Unhas lainnya yang menyebut profesi penyusun kamus atau leksikografer yang tidak pernah disebut dalam cita-cita seorang anak TK atau SD.
Wafatnya Labrousse memantik diskusi panjang saya dengan Masdiana sepanjang sore tadi. Masdiana juga mengonfirmasi bahwa mahasiswanya lebih cenderung ke kamus-kamus digital tinimbang kamus berbahan cetak.
Kamus Umum Indonesia-Prancis ini sangat lengkap di mana setiap kata diberi keterangan jenis kata, contoh penggunaan dalam kalimat, dan contoh penggunaan kata dalam ungkapan (idiom).
Walau bukan sebuah kamus bergambar, beberapa kata Indonesia yang sulit dipahami oleh orang Prancis bahkan disertai gambar agar lebih akurat. Misalnya untuk kata "bersila", maka Labrousse menyertakan gambar seseorang yang sedang bersila.