1 Maret 1947-2023
Abdul Wahab Dai
Narablog, tinggal di Wajo
Suatu ketika sebuah granat ditemukan pada sebuah kebun di Awota, Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada awal tahun 2000-an. Wartawan Pedoman Rakyat Rukman Nawawi (kini Ketua PWI Wajo) yang bertugas kala itu merespon informasi ini dengan cepat dan langsung mencari keterangan dan menyajikannya menjadi sebuah berita. Hari berikutnya berita ini tayang di Pedoman Rakyat.
***
Terbit sejak 1 Maret 1947 dengan segala dinamika hingga berhenti pada penghujung tahun 2007, suratkabar legendaris Sulawesi Selatan yang berbasis di Ujungpandang (Makassar) ini pernah terbit dengan berbagai nama, pernah terbit tengah bulanan, mingguan hingga rutin terbit tiap hari.
Sejarah harian Pedoman Rakyat adalah sejarah Sulawesi Selatan sendiri. Penulis mulai mengenal harian ini pada tahun 1980-an yang rutin hadir di Wajo setiap hari, walau harus tiba siang bahkan sore.
Pedoman Rakyat yang kini hadir kembali dengan versi digital (sejak awal 2022) adalah referensi tentang sejarah panjang Sulawesi Selatan.
Peristiwa-peristiwa lokal Sulawesi Selatan dilaporkan tiap hari di Pedoman Rakyat lebih banyak dibandingkan di koran-koran nasional yang juga hadir di Sulawesi Selatan (1980-an--2000-an), baik koran pagi maupun koran yang terbit sore.
Pernah suatu ketika pasokan kertas nasional mengalami guncangan, Pedoman Rakyat tetap berusaha terbit, walau jumlah halaman dan tiras dikurangi. Namun apa daya, pada tahun 2007 koran ini harus berhenti terbit. Namun koran ini akhirnya terbit dengan versi digital.
***
Saya teringat kala itu (1980-an), di Pitumpanua, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, koran ini tiba di Pitumpanua dan kerap dibawa oleh salah seorang pegawai ke rumah salah seorang kerabat saya. Saat itu kantor-kantor di daerah tingkat II (kabupaten), bahkan hingga kantor kecamatan, dan dikbudcam (pendidikan dan kebudayan kecamatan) berlangganan surat kabar pagi ini.
Walau kadangkala tiba di kecamatan secara rapelan (tiga sampai empat edisi), akibat persoalan angkutan, koran ini tetap menjadi referensi (baca: pedoman) utama para pegawai pemerintah dan masyarakat. Pada tahun 1990-an hingga 2000-an awal, Pedoman Rakyat tiba saban hari di Pitumpanua, Wajo dengan lancar dengan bantuan salah satu PO (Perusahaan Otobus). Loper mengantarnya ke pelanggan dengan sepeda atau sepeda motor.
Memiliki reporter di setiap kabupaten menjadikan koran ini lengkap dengan berita-berita daerah yang tidak dapat disajikan oleh koran-koran dari Jawa yang beredar di Sulawesi Selatan kala itu.
Untuk peristiwa nasional, Pedoman Rakyat mengandalkan pasokan berita dari Kantor Berita Antara, sementara berita internasional dipasok dari trio agensi berita Reuters, Agence France-Presse, dan Associated Press yang biasanya bekerja sama dengan Antara. Ini dapat dilihat pada awal berita atau ujung berita yang memuat kode seperti: Antara/Reuters, Antara/AFP, Antara/AP.
Tentu tidak luput dimuat peristiwa olahraga lokal, nasional, dan luar negeri. Berita seputar kota Ujungpandang juga mendapat tempat khusus dengan tersedianya rubrik "Jumpandang Sehari-hari".
Untuk urusan berita daerah, saya menyaksikan bagaimana kawan saya Rukman Nawawi menjadi reporter di Wajo pada tahun 1990-2000-an mengirim berita yang dibuatnya dengan mentik berita dengan mesin tik atau komputer (dan dicetak) kemudian hasilnya (termasuk foto) dikirim ke Kantor Redaksi di Jalan Arif Rate di Ujungpandang dengan angkutan umum, sebelum akhirnya dikirim dengan faksimili dengan hadirnya jaringan telepon rumah di Siwa, Sulawesi Selatan.
Beberapa kali saya menyambangi Percetakan Sulawesi (di mana koran ini dicetak di Jalan Andi Mappanyukki, Makassar) pada tahun 1990-an saat mana saya menjemput koran kampus Unhas (Identitas) selesai dicetak. Di percetakan inilah juga, kala itu, harian Kompas dicetak sehingga koran nasional ini dapat beredar di Sulawesi Selatan lebih pagi.
Peristiwa kesulawesiselatanan mendapat porsi yang lebih banyak. Kita dapat membaca laporan-laporan kunjungan Gubernur Amiruddin dan Palaguna misalnya di pedalaman Sulawesi Selatan yang biasanya diikuti wartawan Pedoman Rakyat.
Laporan tentang hukuman pancung Basri Masse (warga Parepare) di Sabah, Malaysia adalah salah satu peristiwa menarik yang pernah dilaporkan Pedoman (sebutan singkat koran ini).
Perjalanan skuad PSM biasanya ke luar Sulsel dan keluar negeri sering diikuti oleh wartawan Pedoman Rakyat sehingga pembaca di Sulawesi Selatan menerima berita dari tangan pertama.
Laporan tentang Peristiwa Helem 1980-an, Kerusuhan Rasial 1990-an, Amarah (April Makassar Berdarah) 1996 tak luput dari liputannya.
Pedoman Rakyat melintasi tiga orde dalam perjalanan Republik ini. Berbeda dengan koran-koran lainnya di Sulawesi-Selatan yang terbit secara berjejaring dalam sebuah grup media, Pedoman Rakyat terbit sebagai koran mandiri dan bukan anggota sebuah jejaring media.
Mengusung nama Pedoman Rakyat dengan motto Suara Rakyat Merdeka, koran legendaris ini menemani koran lainnya seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta yang merupakan koran daerah berkarakter di daerah masing-masing.
Untuk urusan berita nasional dan Nusantara, pasokan berita dari Antara menjadi tumpuan utama. Berbeda dengan media lainnya yang pasokan berita nasionalnya berasal dari jejaring grup medianya, Pedoman Rakyat (seingat penulis) menerima pasokan berita dari agensi berita Antara saja.
Nama dan logo koran lawas di halaman depan koran ini sangat khas dengan bentuk yang mudah diingat, namun pernah meninggalkan logo khasnya dengan beralih ke huruf balok, akhirmya kembali lagi ke ciri khas awal.
Rubrik berita seputar kota Ujungpandang, berita daerah antarkabupaten se-Sulawesi Selatan, berita-berita dari belahan Nusantara lainnya, halaman opini, tajuk rencana, berita olahraga lokal, nasional dan mancanegara, dan halaman hiburan, semua tersedia.
Pedoman Rakyat edisi Minggu banyak dinanti anak-anak dengan adanya rubrik Cerita Anak, ada pula halaman untuk cerita pendek dan puisi yang menjadi ajang bagi peminat prosa dan puisi mengasah bakatnya.
Beredar luas di kota-kota kabupaten di Sulsel hingga ke Mamuju, Palopo, Benteng, Watampone, dan kota-kota lainnya membuat Pedoman Rakyat menjadi pedoman bagi rakyat Sulawesi Selatan.
Pada hari-hari tertentu (pada era 1990-an) terdapat halaman suplemen tentang pedesaan dan pendidikan.
***
Kini Pedoman Rakyat kembali hadir dengan edisi digital, "suara rakyat merdeka" tetap menjadi spirit koran ini dalam kiprahnya di belantara pers daerah yang kian ketat.
Selamat hari lahir Pedoman Rakyat, membaca Pedoman Rakyat adalah membaca Sulawesi Selatan.
Sumber Foto: Jejaring Sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H