Saya teringat kala itu (1980-an), di Pitumpanua, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, koran ini tiba di Pitumpanua dan kerap dibawa oleh salah seorang pegawai ke rumah salah seorang kerabat saya. Saat itu kantor-kantor di daerah tingkat II (kabupaten), bahkan hingga kantor kecamatan, dan dikbudcam (pendidikan dan kebudayan kecamatan) berlangganan surat kabar pagi ini.
Walau kadangkala tiba di kecamatan secara rapelan (tiga sampai empat edisi), akibat persoalan angkutan, koran ini tetap menjadi referensi (baca: pedoman) utama para pegawai pemerintah dan masyarakat. Pada tahun 1990-an hingga 2000-an awal, Pedoman Rakyat tiba saban hari di Pitumpanua, Wajo dengan lancar dengan bantuan salah satu PO (Perusahaan Otobus). Loper mengantarnya ke pelanggan dengan sepeda atau sepeda motor.
Memiliki reporter di setiap kabupaten menjadikan koran ini lengkap dengan berita-berita daerah yang tidak dapat disajikan oleh koran-koran dari Jawa yang beredar di Sulawesi Selatan kala itu.
Untuk peristiwa nasional, Pedoman Rakyat mengandalkan pasokan berita dari Kantor Berita Antara, sementara berita internasional dipasok dari trio agensi berita Reuters, Agence France-Presse, dan Associated Press yang biasanya bekerja sama dengan Antara. Ini dapat dilihat pada awal berita atau ujung berita yang memuat kode seperti: Antara/Reuters, Antara/AFP, Antara/AP.
Tentu tidak luput dimuat peristiwa olahraga lokal, nasional, dan luar negeri. Berita seputar kota Ujungpandang juga mendapat tempat khusus dengan tersedianya rubrik "Jumpandang Sehari-hari".
Untuk urusan berita daerah, saya menyaksikan bagaimana kawan saya Rukman Nawawi menjadi reporter di Wajo pada tahun 1990-2000-an mengirim berita yang dibuatnya dengan mentik berita dengan mesin tik atau komputer (dan dicetak) kemudian hasilnya (termasuk foto) dikirim ke Kantor Redaksi di Jalan Arif Rate di Ujungpandang dengan angkutan umum, sebelum akhirnya dikirim dengan faksimili dengan hadirnya jaringan telepon rumah di Siwa, Sulawesi Selatan.
Beberapa kali saya menyambangi Percetakan Sulawesi (di mana koran ini dicetak di Jalan Andi Mappanyukki, Makassar) pada tahun 1990-an saat mana saya menjemput koran kampus Unhas (Identitas) selesai dicetak. Di percetakan inilah juga, kala itu, harian Kompas dicetak sehingga koran nasional ini dapat beredar di Sulawesi Selatan lebih pagi.
Peristiwa kesulawesiselatanan mendapat porsi yang lebih banyak. Kita dapat membaca laporan-laporan kunjungan Gubernur Amiruddin dan Palaguna misalnya di pedalaman Sulawesi Selatan yang biasanya diikuti wartawan Pedoman Rakyat.
Laporan tentang hukuman pancung Basri Masse (warga Parepare) di Sabah, Malaysia adalah salah satu peristiwa menarik yang pernah dilaporkan Pedoman (sebutan singkat koran ini).
Perjalanan skuad PSM biasanya ke luar Sulsel dan keluar negeri sering diikuti oleh wartawan Pedoman Rakyat sehingga pembaca di Sulawesi Selatan menerima berita dari tangan pertama.
Laporan tentang Peristiwa Helem 1980-an, Kerusuhan Rasial 1990-an, Amarah (April Makassar Berdarah) 1996 tak luput dari liputannya.