Opini :Â
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh anggota suatu masyarakat.
Di Sulawesi Selatan sendiri terdapat beberapa etnik atau suku yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Keempat suku tersebut tentunya memiliki budaya masing-masing yang diberikan oleh nenek moyangnya.
Misalnya salah satu tradisi yang berkembang  yaitu Tabe' atau Mappatabe'.Tabe' merupakan sebuah norma yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur.Tabe' juga merupakan sebuah budaya yang ada di sulawesi selatan,khususnya bagi  masyarakat suku bugis.
Tentu kata Tabe' tidaklah asing lagi bagi masyarakat bugis.Tradisi ini merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap orang yang muda ke yang lebih tua atau orang yang dituakan.Tidak hanya untuk orang yang lebih tua saja,tetapi juga kepada orang yang tidak dikenal sekalipun.
Tradisi mappatabe' merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat bugis yang menggambarkan adat sopan santun atau tingkah laku yang memiliki arti "permisi".Sebagai gambaran,ketika kita akan lewat di depan orang-orang sedang berbicara maka kita mengucapkan kata "Tabe" dibarengi dengan sikap senyum dan tangan menjulur lurus sejajar dengan lutut ke arah tanah diikuti dengan badan agak membungkuk sedikit.
Kata tabe' simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita, kita tidak boleh berbuat sesuka hati terhadap orang laini.Tabe' juga sejalan dengan falsafah hidup orang bugis yaitu "Taro Ada Taro Gau" yang berarti kesesuaian antara ucapan dan perbuatan,sejalan dengan tradisi Tabe' dimana ucapan berbanding lurus dengan perbuatan.
Sikap tabe' dilakukan dengan melihat pada orang-orang yang dilewati lalu memberikan senyuman, setelah itu mulai berjalan sambil sedikit menundukkan atau merendahkan badan dan meluruskan tangan di samping lutut.
Biasanya sikap menunduk ini menyesuaikan dengan orang yang kita tabe'ki,apabila kita lewat di antara orang-orang yang sedang berdiri maka kita hanya sdikit menundukkan badan.Apabila yang orang-orang yang kita tabe'ki sedang duduk di kursi maka kita menundukkan badan hingga sejajar dengan orang yang kita lewati.Hingga ketika kita lewat di depan orang-orang yang sedang duduk bersila maka kita menundukkan badan dibarengi dengan tangan menjulur lurus kebawah sejajar dengan lutut hingga hampir menyentuh tanah.
Menurut orang bugis semakin ia menundukkan badan dan tangannya,maka itu bermakna bahwa ia sangat berhati-hati agar ketika lewat ia tidak menyenggol ataupun bahkan sampai menginjak orang lain dan itu juga bermakna bahwa ia sangat menghargai dan menghormati orang yang ia tabe'ki.
Sikap tabe' dimaksudkan sebagai penghormatan kepada orang lain yang mungkin saja akan terganggu akibat perbuatan kita meskipun kita tidak bermaksud mengganggu atau menyakiti orang lain.Orang-orang yang mengerti tentang nilai luhur dalam budaya Tabe' ini biasanya juga akan langsung merespon dengan memberikan ruang seperti menarik kaki yang bisa saja akan menghalangi atau bahkan hingga terinjak orang yang lewat, membalas senyuman, memberikan anggukan hingga menjawab "ye, de' megaga" yang berarti "iya,tidak apa-apa".
Tak hanya ketika lewat di depan orang saja,tradisi atau kebiasaan ini juga digunakan pada berbagai kondisi.Misalnya saat kita tidak sengaja menyenggol orang,maka kita mengucapkan "Tabe" sebagai permohonan maaf kita karena ketidaksengajaan menyenggol orang atau ketidaksengajaan perbuatan kita yang dirasa mungkin akan menyakiti orang maka kita mengucapkan kata "Tabe".
Tabe' atau Mappatabe' juga biasa digunakan ketika akan meminta bantuan kepada orang lain,semisal ketika kita memulai sebuah percakapan dengan orang yang lebih tua atau dituakan ataupun ketika kita bertanya alamat kepada orang lain.Dengan menggunakan kata Tabe',maka dengan senang hati bagi orang bugis akan memberikan bantuannya kepada kita.Karena bagi orang bugis Tabe' telah menjadi sebuah norma dan tradisi yang berkembang di masyarakat yang harus diikuti.
Sehingga tradisi Tabe' atau Mappatabe' ini tidak hanya sebagai sebuah norma atau tradisi,tetapi juga sebagai pengingat diri bahwa hendaknya kita lebih menghormati orang yang lebih tua atau dituakan dan senantiasa menghargai orang yang lebih muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H