Saya adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Bukan, bukan UGM. Kenapa toh orang-orang suka sekali menyimpulkan orang yang kuliah di Jogja pasti di UGM? Seakan di Yogyakarta itu hanya ada kampus UGM, dan wisatanya cuma ada Malioboro, Tugu, atau Nol Kilometer.
Perlu diketahui ya, di sana juga ada UIN, kampus NEGERI lainnya! Dan yang paling penting di sana juga ada Sarkem, Ngebong, dan Giwangan, juga Kafe Liquid yang makin hari makin ramai namun sekali pun tak pernah saya kunjungi itu.
Maklum. Kan bagaimana pun saya anak UIN. Bukan, ini pun bukan persoalan alim atau brengsek. Hal macam itu.. halah, persetan! Kami anak UIN cuma tidak punya banyak duit!
Buat makan sehari-hari saja kami harus ikut seminar atau menyelinap masuk hajatan orang, apalagi pergi ke tempat begituan? Demikian itu sungguh bukanlah kebijaksanaan mengingat keberlangsungan hidup kami yang cukup mengkhawatirkan.
Saat ini, saya sedang mengerjakan skripsi yang sudah satu tahun setengah lamanya tak kunjung selesai itu. Kok lama amat? Ya, makanya saya kemudian mendefiniskan skripsi sebagai tugas akhir yang tak berakhir-akhir.
Apakah skripsi memang sesulit itu?
Duh, ini adalah sejenis pertanyaan yang gampang-gampang sulit untuk dijawab karena bersifat sangat relatif sekaligus subjektif.
Saya tidak tahu, jujur, tapi beberapa orang memang terberkati dan mudah jalannya, dan beberapa lainnya kena laknat dan merasa seperti sedang berjalan di neraka yang sangat mengerikan.
Saya tidak tahu apa yang dilakukan oleh orang-orang terlaknat ini di masa lalu. Barangkali dulu pernah bikin patah hati pacarnya, dan sungguh, doa mantan yang tersakiti itu mustajab bukan main.
Intinya, ada banyak hal yang dialami oleh orang-orang dalam mengerjakan skripsi. Berbeda-beda dan tidak perlu diperdebatkan, tapi tentu saja boleh dikenang dan dibagikan kesan.